Bab 20Abi menoleh ke belakang, di mana sang mama berada. Ia menatap wajah ayu wanita paruh baya tersebut dengan tatapan tak setuju."Kenapa lama sekali, Ma? Seminggu saja cukup," protes Abi setelah mendengarkan berita tersebut."Kalian menikah karena perjodohan, butuh waktu lebih lama untuk kalian saling mengenal dan pendekatan. Mama akan sangat senang sekali kalau setelah pulang dari honeymoon itu kalian lebih dekat dan sudah tumbuh benih cinta. Apalagi kalau sudah tumbuh janin, waaah Mama akan sangat bahagia sekali. Kamu juga ingin cepat punya anak kan, Sayang?" ucap Bu Rumaisha pada Nisrina yang sejak tadi hanya diam sambil sesekali meremas jemarinya.Nisrina mengangguk. "Rina ikut apa kata Mama saja."Anak? Wanita mana yang tak berharap bisa punya anak, begitu pula dengan Nisrina. Sayangnya, ia sudah mengubur keinginan itu dalam-dalam sejak hari pertama mereka menikah. Kehadiran Rania membuat Nisrina harus rela menghilangkan keinginan itu.Abisatya seketika mengerutkan dahi mende
Bab 21Dahi Nisrina mengerut. Ia tak mengerti mengapa ada perempuan itu di dalam mobil sang suami setelah sama-sama saling menyetujui sebuah perjanjian pasca nikah.Rania. Ya, Rania yang ada di sana. Ia duduk dengan tanpa rasa bersalah sedikit pun. Bibirnya mengulum senyum, seolah apa yang ia lakukan adalah hal biasa.Sesama wanita Rania bahkan tak peduli jika hati Nisrina tersakiti sebab tingkahnya yang sudah keterlaluan. Ia hanya mau Abi, tak peduli ada hati lain yang terluka."Kamu? Tidak bisa kah kamu tidak mengganggu kami selama sebulan ini?" ujar Nisrina yang sudah mulai kehilangan kesabarannya. Akan tetapi yang bersangkutan tidak bersuara. Perempuan yang ada di dalam mobil itu lebih memilih diam. Ia tahu berbagai pertanyaan bernada tidak setuju pasti didapatkan dari mulut istri kekasihnya. Akan tetapi ia tidak mau tahu."Bi, kamu gila?" Ferdy tak mau kalah. Ia menatap laki-laki yang baru saja tiba di hadapannya dengan sorot mata tak setuju. Reaksi yang sama dengan Nisrina."Su
Bab 22Nisrina melangkah dengan ragu. Tidak ia dapati sang suami di dalam kamar ini. Akan tetapi terdengar suara di dalam kamar mandi yang ada di sudut ruangan. Sambil menunggu Abi keluar, Nisrina mengambil baju di dalam koper. Baju yang sopan untuk tidur, bukan baju minim bahan seperti pemberian mertuanya.Nisrina terperanjat kaget saat mendapati pintu kamar mandi terbuka dan menampakkan laki-laki yang tengah bertelanjang dada. Ia meremas baju yang ada di dalam genggamannya. Berada dalam satu ruangan dengan lelaki yang berstatus suami dengan benteng besar diantara mereka membuat Nisrina kikuk. Ia tak tahu harus bagaimana bersikap."Aku ... emm ... aku disuruh Mama masuk," ujar Nisrina terbata. Ia tak tahu harus bilang apa. "Biar aku nanti tidur di sofa itu saja," sambungnya lagi masih dengan perasaan salah tingkah."Terserah kamu." Abi mengabaikan istrinya itu. Ia berjalan tanpa rasa bersalah menuju lemari untuk mengambil pakaian.Dengan langkah cepat, Nisrina melangkah menuju kama
Bab 23"Kamu berharap untuk bisa menghabiskan waktu denganku di Bali?" tanya Abisatya dengan nada sinis. "Jangan harap. Karena aku tidak mungkin menyakiti hati Raniaku. Cukup sudah dia banyak mengalah dengan kita, aku tidak mau membuat dia makin terluka." Wajah Abi mengeras. Ia bahkan tak sedikitpun menatap lawan bicaranya. Pandangan Nisrina yang sebenarnya tengah dirasakannya pun tak dihiraukan. Abi tenggelam dalam lautan amarah.Emosi Rania semalam dalam pesan telah berhasil menghilangkan kewarasan Abisatya. Nisrina berusaha mengendalikan rasa terkejutnya. Meskipun di dalam hati ia berharap untuk bisa menghabiskan waktu sekedar saling mengenal dengan sang suami di momen honeymoon itu, tapi sekarang ia harus mengalah dengan keputusan sepihak yang dibuat Abi. Akan ada banyak kesempatan hingga tiga puluh hari ke depan."Tidak masalah. Meskipun tidak di Bali, kita bisa menghabiskan waktu di rumah berdua. Tidak mungkin kan dalam waktu sebulan itu, Mas bersama Rania setiap saat? Kalau M
Bab 24Ferdy pun mengajak Nisrina menuju rumahnya, dari pada harus menunggu di rumah tanpa jelas kapan Abisatya akan datang. "Kamu ngga izin Abi dulu?" tanya Ferdy ragu. Ia khawatir jika apa yang ia lakukan ini membuat masalah baru bagi Nisrina dan suaminya."Nanti aku izin lewat chat, Mas. Toh dia lagi mesra-mesraan sama pacarnya."Dahi Ferdy mengerut. "Kamu santai banget? Ngga cemburu?"Nisrina terkekeh. "Seharusnya, tapi aku sadar diri. Kedatanganku yang baru ini kalah dengan hubungan mereka yang sudah lama itu. Mereka saling mencintai, sementara aku? Jangankan cinta, kenalan saja baru beberapa hari sebelum akad.""Tapi pernikahan kalian ini harusnya cukup jadi bukti bahwa kamu lebih unggul dari dia. Tanpa pacaran kalian menikah, sedangkan dia sudah lama tapi tak kunjung dinikahi.""Itu berlaku bagi yang mau mikir, kalau dia ngga bisa mikir begitu ya sama saja.""Kamu benar. Menasehati orang yang sedang jatuh cinta itu buang-buang waktu saja. Bagi mereka yang bener cuma mereka sen
Bab 25"Kenapa sih dengan perempuan itu? Adaaaa saja maunya," gerutu Rania. Ia kesal dengan istri Abisatya sebab selalu menjadi penghalang kebersamaannya dengan sang kekasih. "Ngga bisa ya, lihat orang seneng dikit?" sambung Rania lagi. Hatinya bergemuruh mendapati sikap sang kekasih yang lagi-lagi berubah karena ulah istrinya."Sabar ya, Sayang? Untuk satu bulan ini kamu memang harus banyak mengalah. Setelah itu, baru kita akan bebas menikmati kebersamaan kita ini. Kamu percaya kan sama aku? Aku cinta sama kamu. Aku ngga akan lagi mau jauh-jauh darimu," rayu Abi. Ia berusaha menyentuh pipi Rania, akan tetapi Rania lebih dulu bangkit dari duduknya.Dengan kasar Rania meraih tas yang sebelumnya ia letakkan di atas meja. Emosi yang masih menggebu itu sengaja dilampiaskan pada koper yang ada di dekat pintu. Ia menendang koper milik Nisrina yang baru saja diletakkan oleh Abi.Abisatya tercengang melihat sikap Rania, akan tetapi ia mencoba bersabar."Sayang, jangan marah dong. Selama seb
Bab 26"Ehhmm." Deheman Abi membuat seluruh isi ruangan menatapnya seketika. "Jangan kayak Tante Rina, tuh Om ngga setuju. Tante Rina cuma punya Om Abi. Nanti Papa carikan Mama yang lebih cantik, oke?" jawab Ferdy sambil menahan tawa.Demikian juga dengan Nisrina. Ia segera menguasai dirinya dan bergegas menyusul sang suami yang sudah lebih dulu berada di luar rumah."Tante pulang dulu ya, Sayang? Lain waktu kita main lagi?" ucap Nisrina sambil mengusap rambut Caca yang ikal."Iya, Tante. Aku nanti main sama Papa."Nisrina mengangkat jari jempolnya sebelum meninggalkan ruang tengah tempat mereka berbincang.Ferdy mengantar kepergian sepupunya. Seharusnya ia sudah ada di kantor pagi ini, tapi terpaksa izin telat sebab menunggu Nisrina yang sedang bermain dengan Caca. "Hati-hati ya? Lain kali istrinya jangan diturunin pinggir jalan lagi. Untung aku yang nemu, kalau ditemu sama orang lain gimana? Apalagi yang lebih kece darimu, bisa langsung ditinggalin kamu," ucap Ferdy saat mengantar
Bab 27Dahi Abisatya mengerut. Ia berjalan menuju meja makan tempat Nisrina sedang menulis sesuatu."Perjanjian apa? Macam film aja kamu.""Kalau Mas bisa sedikit lebih dewasa mungkin aku ngga akan begini. Tapi berhubung Mas macam ABG yang lagi labil jadi harus ada hitam di atas putih biar ngga asal aja kalau mau ngapa-ngapain," ucap Nisrina setelah meletakkan bulpen ke atas meja. Ia menatap wajah suaminya dengan tatapan tajam penuh penekanan.Abi melengos. Ia tak terima disebut anak ABG. "Ngga ada anak ABG yang bisa urus perusahaan kayak aku."Nisrina tersenyum miring. Ngga ada kecap nomor dua, semuanya selalu menganggap dirinya baik dan nomor satu tapi lupa bahwa setiap manusia punya kelemahan masing-masing.Setelah beberapa saat menulis butir perjanjian, Nisrina bangkit dari duduknya menuju sofa yang ada di depan televisi, di mana Abi sedang duduk di atasnya."Mau kubacain apa dibaca sendiri?" tawar Nisrina sambil memegang lembaran kertas berisi poin yang baru saja ditulisnya.Abi