Aruna menganggukan kepala, satu buliran kristal mengalir dari mata sebelah kanan ketika ia memejamkan mata sekilas. Bukan air mata kesedihan tapi air mata bahagia karena dia akan menikahi pria yang begitu mencintainya. Aruna tidak mau mundur dan mengalah begitu saja, dia akan membuktikan kalau anc
“Lho … lho … ada apa ini?” Oma Yeni menatap om Bagja dan tante Wina secara bergantian meminta jawaban kenapa Trisha beserta kedua orangtuanya bisa hadir dalam acara arisan keluarga di rumahnya karena oma Yeni dan opa Kusuma tidak pernah memberi undangan kepada mereka untuk menghadiri acara arisan ke
Trisha menatap mereka berdua dengan senyum sinis. “Ini mami Ara, mami Ara cantik kan?” celetuk Isvara yang berdiri di depan Aruna sambil memegang tangannya. “Iya, cantik … kaya mami Tyas, ya?” celetuk salah satu keluarga. “Kaya mami Tyas sayangnya sama Ara,” timpal keluarga yang lain membuat Tris
Dia tidak bisa menyerang Aruna dari asal-usul keluarganya karena mendiang sang Papa ternyata memiliki jabatan tinggi di perusahaan BUMN. Hampir seluruh anggota keluarga tampak terkejut, mereka saling menatap antara tidak percaya dan tidak menyangka. Aruna menundukan kepala, dadanya terasa sesak da
“Ma ….” Adrian datang menghampiri oma Yeni dan Aruna. Dia duduk di samping Aruna. “Sebentar ya … Mama tarik napas dulu, masih kesel Mama sama keluarga Om kamu itu.” Adrian lantas menoleh pada Aruna lalu menggenggam tangannya. “Kalau kamu mau pulang sekarang, aku akan anter.” “Aku mau temenin Ma
“Aruna, aku difitnah.” Adrian tidak peduli dengan yang lain, dia hanya butuh Aruna mempercayainya. “Kamu percaya aku, kan?” Adrian berlutut dengan satu kaki di depan Aruna, memegang pergelangan tangan Aruna yang menatapnya penuh kecewa. “Kamu lupa kalau waktu itu kamu merayu aku, aku mengerti kala
Dia merebut tumpukan piring dari tangan Aruna. “Mamiii … Ara ngantuk.” Isvara datang sambil menggisik matanya. “Sebentar ya, Mami cuci tangan dulu.” Aruna bergerak ke depan bowl sink. “Aruna … tidur di sini aja ya, besok baru kalian pulang ….” “Aruna harus pulang, Ma … tapi nidurin Ara dulu.”
Plak!!!! Trisha merasakan sengatan perih di pipi, kepalanya sampai menoleh ke samping karena tamparan sang Papa begitu kencang hingga membuat telinganya mendengung dan kepalanya terasa pening. Mungkin ini yang dirasakan Aruna ketika dia menamparnya beberapa hari lalu. “Papa!” seru mama Metha mena