“Rika enggak kerja karena harus ngurus Abrizam yang masih kecil jadi kamu transfer lah barang berapa ke Rika setiap bulan … Abrizam itu ‘kan anak mendiang suami kamu jadi kamu harus tanggung jawab … selama Bian hidup, kamu udah kenyang morotin hartanya Bian!” Mama Tina mengatakannya dengan intonasi
“Enggak aku buatin kopi, biar nanti sampe rumah Mas langsung tidur ya.” Aruna memberikan mug di tangannya pada Adrian. “Aku boleh nginep aja di sini, enggak?” Pria itu merayu Aruna. “Enggak Mas, Mas harus pulang … nanti Ara nyariin.” Aruna duduk di samping Adrian sementara pria itu menunjukkan t
KEPINGAN HATI CHAPTER 31 PERJUANGAN DIMULAI Pandangan Aruna langsung tertuju pada Trisha dan wanita paruh baya di sampingnya ketika baru saja keluar dari sebuah ruangan penuh gaun pengantin. Adrian menoleh padanya, Aruna bisa melihat cemas di mata pria itu. Begitu juga dengan ibu Olive yang tam
Aruna menganggukan kepala, satu buliran kristal mengalir dari mata sebelah kanan ketika ia memejamkan mata sekilas. Bukan air mata kesedihan tapi air mata bahagia karena dia akan menikahi pria yang begitu mencintainya. Aruna tidak mau mundur dan mengalah begitu saja, dia akan membuktikan kalau anc
“Lho … lho … ada apa ini?” Oma Yeni menatap om Bagja dan tante Wina secara bergantian meminta jawaban kenapa Trisha beserta kedua orangtuanya bisa hadir dalam acara arisan keluarga di rumahnya karena oma Yeni dan opa Kusuma tidak pernah memberi undangan kepada mereka untuk menghadiri acara arisan ke
Trisha menatap mereka berdua dengan senyum sinis. “Ini mami Ara, mami Ara cantik kan?” celetuk Isvara yang berdiri di depan Aruna sambil memegang tangannya. “Iya, cantik … kaya mami Tyas, ya?” celetuk salah satu keluarga. “Kaya mami Tyas sayangnya sama Ara,” timpal keluarga yang lain membuat Tris
Dia tidak bisa menyerang Aruna dari asal-usul keluarganya karena mendiang sang Papa ternyata memiliki jabatan tinggi di perusahaan BUMN. Hampir seluruh anggota keluarga tampak terkejut, mereka saling menatap antara tidak percaya dan tidak menyangka. Aruna menundukan kepala, dadanya terasa sesak da
“Ma ….” Adrian datang menghampiri oma Yeni dan Aruna. Dia duduk di samping Aruna. “Sebentar ya … Mama tarik napas dulu, masih kesel Mama sama keluarga Om kamu itu.” Adrian lantas menoleh pada Aruna lalu menggenggam tangannya. “Kalau kamu mau pulang sekarang, aku akan anter.” “Aku mau temenin Ma