“Aku pulang ya,” kata Adrian mengulang. Aruna mengikuti Adrian untuk membantunya membuka pintu mobil. Isvara diletakan di kursi bayi yang masih muat ia duduki. Sekarang tidurnya bisa lebih nyaman di kursi itu dan juga aman karena menggunakan double seatbelt. “Sampai ketemu di latihan balet Ara,”
Mobil Adrian telah terparkir di depan sebuah klinik kulit dan kecantikan yang didirikan oleh Trisha bersama tiga temannya. Setelah lulus dari kedokteran, Trisha mengambil kursus kecantikan sambil menunggu internship. Dia juga mengikuti seminar demi seminar hingga akhirnya memutuskan untuk membangu
Pintu ruang tunggu VIP sudah di depan mata, entah kenapa Aruna jadi gugup, detak jantungnya menaikkan tempo debaran. Aruna mengangkat tangan lalu ia mendorongnya perlahan sehingga pintu terbuka. “Selamat si … ang,” sapa Aruna dengan suara mengecil diakhir kalimat dan senyum yang pudar setelah meli
“Enggak, saya enggak pernah bermaksud seperti itu.” Aruna menyanggah. “Trish … kita pulang!” Adrian beranjak berdiri menarik tangan Trisha sebelum mulut Trisha menyakiti Aruna lagi. “Enggak, aku mau dengar dari perempuan ini dulu … perempuan ini yang udah buat kita jadi jauh akhir-akhir ini, perem
“Papi … mami mana?” Isvara berlari menghampiri papinya sambil bertanya. Tutunya bergoyang-goyang ketika dia berlari. Adrian beranjak dari kursi yang selama satu jam dia duduki bersama Miss Diora. Kedua tangannya terentang untuk menyambut Isvara ke dalam gendongannya. “Maminya masih kerja, sayang
Irma mengembuskan napas jengah, ia menyandarkan punggungnya dengan kepala menengadah pada langit-langit. Dia sudah bahagia ketika mengetahui Aruna dicintai oleh pria yang menurutnya adalah pria yang tepat tapi kemudian muncul kabar buruk ini. Sungguh, Irma sangat kecewa. “Pokoknya inget Aruna, ka
“Loh … Papa di sini juga?” Adrian sempat terkejut melihat sang Papa di halaman rumah Om Bagja, ia lantas meraih tangan opa Kusuma untuk kemudian dikecup bagian punggungnya. Adrian baru saja turun dari dalam mobil setelah memarkirkan mobil di samping mobil papa Kusuma. “Iya … Om kamu yang undang, a
“Ingat makan siang terakhir kita di restoran tempo hari? Saat itu aku masih ingin mempertahankan kamu … makanya meminta kamu untuk berusaha lebih keras lagi mendapatkan hati Ara.” Sebenarnya dusta, Adrian sedang membela diri. Dia harus terlihat benar untuk membuat masalah ini tidak berimbas pada O