“Papi … mami mana?” Isvara berlari menghampiri papinya sambil bertanya. Tutunya bergoyang-goyang ketika dia berlari. Adrian beranjak dari kursi yang selama satu jam dia duduki bersama Miss Diora. Kedua tangannya terentang untuk menyambut Isvara ke dalam gendongannya. “Maminya masih kerja, sayang
Irma mengembuskan napas jengah, ia menyandarkan punggungnya dengan kepala menengadah pada langit-langit. Dia sudah bahagia ketika mengetahui Aruna dicintai oleh pria yang menurutnya adalah pria yang tepat tapi kemudian muncul kabar buruk ini. Sungguh, Irma sangat kecewa. “Pokoknya inget Aruna, ka
“Loh … Papa di sini juga?” Adrian sempat terkejut melihat sang Papa di halaman rumah Om Bagja, ia lantas meraih tangan opa Kusuma untuk kemudian dikecup bagian punggungnya. Adrian baru saja turun dari dalam mobil setelah memarkirkan mobil di samping mobil papa Kusuma. “Iya … Om kamu yang undang, a
“Ingat makan siang terakhir kita di restoran tempo hari? Saat itu aku masih ingin mempertahankan kamu … makanya meminta kamu untuk berusaha lebih keras lagi mendapatkan hati Ara.” Sebenarnya dusta, Adrian sedang membela diri. Dia harus terlihat benar untuk membuat masalah ini tidak berimbas pada O
Aruna : Ma, Aruna akan memberikan rumah itu sama Rika jadi tolong sampaikan sama Rika, temui Aruna di kantor Notaris besok untuk balik nama. Mama Tina : Gitu donk, coba kalau dari kemarin kamu sadar—Mama ‘kan jadi enggak perlu buang-buang kuota untukchat kamu. Aruna membaca kembali percakapan anta
“Aruna ….” Ibu Olive memanggil dengan suara serak. Beliau mengangkat kedua tangan mengundang Aruna masuk ke dalam pelukannya. Reaksi ibu Olive tersebut sungguh di luar perkiraan Aruna. Meski begitu, Aruna masuk juga ke dalam pelukan ibu Olive. “Kenapa kamu enggak cerita kalau Bian punya istri la
“Sekarang di sini adanya Rika, kalau sama Rika aja gimana?” Dengan penuh percaya diri Rika berkata demikian membuat si tukang bakpao nyaris menyemburkan tawa. Sekarang Adrian yang balik memindai Rika dari atas sampai bawah. “Si Bian bener-bener turun level dari Aruna ke perempuan ini,” batinnya bi
Bisa dibilang saat ini Aruna nyaris putus asa, dia setengah depresi karena kenyataan pahit menerpanya bertubi-tubi. Sepertinya kebahagiaan hanya menyambanginya sebentar saja kemudian semua itu harus terenggut kembali. Tapi Aruna selalu bisa menunjukkan dirinya baik-baik saja di depan semua orang.