Share

Bab 6

Author: Ardiyani
last update Last Updated: 2023-02-25 09:07:20

Pagi ini Zia terkejut dengan kedatangan seorang pria yang mengaku orang suruhan dari suami wanita yang tewas di dalam mobil bersama Danu. Apalagi lelaki itu membawa sejumlah bukti transfer dari wanita bernama Anggraeni Puspa Cantika. Bagaimana dia tidak kaget, almarhum suaminya memakai uang wanita itu dengan jumlah yang sangat fantastis. Lima ratus juta rupiah lebih? Untuk apa uang sebanyak itu?

"Maaf, Bu Zia, jadi bagaimana? Kira-kira kapan Ibu bisa mengembalikan uang itu?" tanya lelaki bernama David itu.

Zia yang masih setengah bingung hanya memandang David dengan tatapan kosong, bahkan suara lelaki itu tidak dia dengar sama sekali.

"Ekhm ....." David berdehem.

"Ya? Ba-bagaimana, Pak?" tanya Zia dengan suara sedikit tergagap.

David tersenyum rikuh, walaupun dia pernah berada dalam dunia hitam yang keras, tetapi hatinya tidak tega melihat Zia. Ah, seandainya bukan karena tugas dan kewajibannya sebagai anak buah dari Rafqi, sudah pasti dia akan menolak.

"Ekhm, kapan Ibu bisa membayar uang itu? Pak Rafqi tidak meminta semuanya. Dia hanya meminta setengah dari nominal itu," papar David

"Setengah?" tanya Zia polos.

"Ya, Pak Rafqi hanya meminta tiga ratus juta saja," jawab David tegas.

"Eum, bukannya semua hampir enam ratus juta? Lebih malah?" Zia bertanya lagi untuk meyakinkan.

"Ya, benar, tetapi Pak Rafqi tidak sekejam itu. Beliau anggap sisanya adalah investasi yang gagal." Ah, sebenarnya jawaban itu hanya karangan Davis saja.

Rahmat yang sedari awal terdiam karena sama terkejutnya kemudian angkat bicara, "Apa tidak ada rincian tertulis dan surat perjajiannya uang itu digunakan untuk apa saja?"

David tersenyum, untung saja dia sudah menyiapkan jawaban dari pertanyaan yang lelaki itu sudah perkirakan sebelumnya, "Selama ini Pak Rafqi percaya sepenuhnya kepada Ibu Puspa, jadi beliau sama sekali tidak tahu tentang bisnis antara istrinya dengan Bapak Danu."

"Kalau begitu, kami butuh waktu untuk mengumpulkan uang itu, Pak." Rahmat mencoba bernegosiasi.

"Kira-kira berapa lama, ya?" David memastikan.

Zia dan sang ayah hanya saling pandang, untuk saat ini, jujur saja mereka belum bisa berfikir.

"Kami juga belum tahu, Pak," lirih Zia.

David berfikir sejenak sebelum kembali berkata, "Baiklah kalau begitu, besok saya akan kembali lagi bersama Pak Rafqi. Tadi beliau berniat ikut datang, tetapi mendadak ada urusan. Kalau begitu, saya pamit dulu, Pak, Bu."

Rahmat dan Zia ikut berdiri dan sama-sama mengangguk, kemudian mengantar David menuju pintu. Tidak lama kemudian mobil yang dikendarai lelaki tadi meninggalkan halaman rumah mereka.

Sepeninggal David, Zia dan ayahnya kembali duduk di ruang tamu dan saling terdiam. Ada banyak hal yang kini sedang mereka pikirkan juga segudang pertanyaan yang ada di hati mereka.

"Zi, bagaimana dengan sertifikat rumah ini?" tanya Rahmat.

Zia menoleh, kemudian menunduk, "Zia baru ingat, sertifikat rumah ini di jadikan jaminan sama Mas Danu di Bank, Yah," lirihnya.

"Danu pinjam uang ke Bank?" Rahmat terkejut.

Zia mengangguk, "Iya."

"Untuk apa?" penasaran Rahmat.

"Kalau tidak salah, saat itu Mas Danu butuh uang untuk biaya kuliah Dani, sama beresin urusan sengketa warisan sama pamannya yang licik itu, Yah," papar Zia.

"Kenapa Danu nggak mau cerita? Ayah masih ada sedikit tabungan, 'kan bisa dipakai dulu, daripada harus pinjam ke Bank," sesal Rahmat.

Rahmat menghela nafas panjang, dadanya tiba-tiba terasa sesak. Bukan hanya karena masalah yang kini sedang mereka hadapi. Ada sejumput rasa penyesalan dalam hatinya. Seandainya saja dulu dia tidak mengenalkan Zia kepada Danu yang merupakan anak salah satu sahabatnya mungkin nasib Zia tidak akan seperti ini. Menjadi janda di usia yang masih tergolong muda dengan hutang yang besar.

"Yah, jangan terlalu difikirkan, nanti tensinya naik, Zia gak mau Ayah sakit gara-gara masalah ini," khawatir Zia

Rahmat berusaha tersenyum untuk menghibur sang putri, "Maaf, ya, Nak. Kalau saja dulu Ayah nggak ngenalin kamu sama Danu–"

"Ayah! Jangan ngomong gitu, Zia nggak menyesal sama sekali mengenal dan menjadi istri Mas Danu, Yah," potong Zia.

Lelaki yang sebentar lagi memasuki usia 58 tahun itu terharu mendengar perkataan putri sulungnya, setelah semua yang terjadi pun dia tetap membela almarhum suaminya, "Masih berapa sisa pinjaman ke Bank, Zi?"

"Sekitar dua puluh juta lagi, kemarin Dani bilang, dia yang akan membayar cicilannya tiap bulan."

Ayah dua anak itu mengangguk, "Dani dan Diah sekarang sudah bekerja, 'kan?"

"Iya, Yah. Setidaknya ada yang menanggung kebutuhan Mama sehari-hari," jawab Zia sambil mengingat tentang ibu mertuanya.

Mereka kembali terdiam sesaat, kemudian Rahmat kembali bersuara, "Jadi gimana kita ngembaliin uang Pak Rafqi, ya, Zi?"

Zia menggeleng karena dia pun bingung, "Apa kita jual saja rumah ini?"

"Ayah ada tabungan tapi tidak sebesar itu. Kalau bisa rumah ini jangan samapai dijual, Zi. Apa kita minta bantuan Zila dan Zidan?"

"Jangan, Yah! Mereka pasti banyak kebutuhan juga, Zia nggak mau merepotkan mereka, kasihan," tolak Zia.

Rahmat mengangguk, walaupun Zila, dan suaminya sama-sama bekerja, tetapi tidak enak rasanya kalau harus merepotkan mereka. Apalagi selama ini, Zila lah yang memenuhi kebutuhan Rahmat di rumah.

"Yasudah, kita tunggu Pak Rafqi saja besok, Yah." Zia mencoba tersenyum untuk menentramkan hati sang Ayah.

*****

David duduk di depan Rafqi setelah menyerahkan kembali berkas yang tadi dia bawa ke rumah Zia. Dia mengamati raut muka sang bos yang terlihat sedang kurang bersahabat. Sebagai teman sekaligus bawahan, dia sudah sangat hafal dengan tabiat dan kebiasaan Rafqi.

"Vid, kira-kira kalau aku tawarin wanita itu buat jadi pengasuh, gimana?" tanya Rafqi.

David mengernyitkan dahi mendengar ide bossnya. "Maksudnya?"

"Ekhm, ya gitu, aku tawarin dia jadi pengasuhnya Nasya. Dia pasti gak bisa balikin uang itu, 'kan?" remeh Rafqi.

"Kalau dilihat, sih, iya," jawab David agak ragu.

"Ya makanya, aku tawarin dia jadi pengasuh aja, buat nyicil."

David mendengkus, "Kenapa gak di ikhlasin aja, sih! Uang segitu juga gak ada artinya buat Bos!"

"Bos!" David yang melihat Rafqi tersenyum sendiri menjadi agak khawatir.

Lelaki tiga puluh lima tahun itu sedikit terkejut, "Apa, sih, Vid!"

"Lah, Bos senyum-senyum kenapa?" David balik bertanya.

"Gak apa-apa!" Rafqi mengalihkan pembicaraan.

"Jangan bilang Bos jatuh cinta sama wanita itu?" David berkata sambil memicingkan mata.

"Sembarangan! Justru aku mau bantu wanita itu biar punya kerjaan!" elak Rafqi.

"Ya, tapi gak harus jadi pengasuhnya Nasya juga, Bos! Dia itu lulusan Sarjana, lho!"

Ayah dari Nasya menyeringai, "Kamu kirq aku nggak tahu!"

"Ya, ma–"

David belum selesai berbicara tetapi Rafqi langsung memotong, "Kamu kok cerewet, memangnya kenapa kalau lulusan Sarjana jadi pengasuh? Atau jangan-jangan kamu naksir dia?" tuduh Rafqi balik.

David hanya menggeleng, ingin rasanya dia memukul kepala teman sekaligus bosnya itu jika tidak mengingat sopan santun. Lelaki itu memilih diam dan tidak lagi mendebat.

Rafqi mengalihkan pandangan keluar jendela sambil sambil mendesah, "Dia tidak akan benar-benar menjadi pengasuh Nasya."

"Maksudnya?" tanya David tidak mengerti.

"Nanti juga kamu bakalan tahu, Vid!" jawab Rafqi tanpa beban membuat lelaki yang duduk di depannya semakin bingung.

Related chapters

  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 7

    Rafqi menunduk dalam saat Aditya, papanya menatapnya tajam seolah meminta penjelasan. Rupanya lelaki yang menjadi panutannya selama ini itu sudah mengetahui semua rahasia yang dia sembunyikan dengan Puspa."Jadi kamu sudah tahu sejak kapan?" tanya Aditya."Sudah lama, Pah." jawab Rafqi singkat."Keluarga Puspa tahu tentang laki-laki itu?"Rafqi menggeleng, "Kalau itu, Rafqi nggak tahu, Pa."Aditya mendesah, seolah mencoba melepaskan beban yang ada di hatinya. Mata tuanya menerawang jauh, ada sorot kekecewaan di sana."Seandainya kecelakaan ini tidak terjadi, mau sampai kapan kalian akan bermain sandiwara?" tanya Additya lagi.Rafqi menggaruk lehernya yang tentu saja tidak gatal sama sekali. Lelaki itu tidak tahu akan menjawab apa."Papa akui, akting kalian sangat bagus, drama yang kalian buat benar-benar sempurna telah menipu kami!""Pa ... ""Sudahlah, toh semua sudah berakhir, walau dengan tragis. Lalu untuk apa kamu meminta wanita itu untuk mengembalikan uang yang sudah diberikan P

    Last Updated : 2023-02-28
  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 8

    "Astagfirullahal'adzim," pekik Zia saat membaca pesan dari ponselnya."Kenapa Zi?" tanya Rahmat penasaran karena melihat ekspresi anak sulungnya."Mama masuk rumah sakit, Yah.""Mama?" "Iya, Mama, Yah. Mamanya Mas Danu," terang Zia."Lho, kenapa? Sakitnya kambuh?""Nggak tahu, Pa. Dani cuma bilang kalau Mama masuk rumah sakit semalam.""Terus kamu mau ke sana, Nak?"Zia mengangguk, "Iya, Pa. Kasihan mama. Walaupun Mas Danu udah nggak ada bukan berarti hubungan kami putus begitu saja, kan, Yah?"Rahmat tersenyum memdengar jawaban anak perempuannya. Di dalam hati lelaki itu merasa bangga dengan sikap Zia yang tidak berubah kepada ibu mertuanya itu."Iya, Nak, kita tetap harus menjaga tali silaturahmi bagaimanapun keadaannya.""Iya, Yah," jawab Zia sambil mengangguk.***Nazia masih duduk di kursi samping ranjang pasien. Di atas tempat tidur seorang wanita yang terlihat kurus dengan rambut yang telah berubah warna tampak memejamkan mata. Ya, dia adalah Laela, ibu dari Danu.Nazia masih m

    Last Updated : 2023-03-16
  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 9

    Rafqi dan David tiba di teras rumah Zia dan langsung menuju ke pintu rumah. Tanpa menunggu perintah dari bosnya, David segera mengetuk pintu. Beberapa kali mengetuk dan tidak ada jawaban membuat kedua lelaki itu saling pandang."Kamu udah kasih tahu dia kalau mau ke sini, 'kan, Vid?" tanya Rafqi."Sudah, kemarin 'kan aku udah ngomong langsung ke dia kalau mau ke sini sama Bos," jelas David."Kok kelihatannya rumahnya kosong?""Sepertinya begitu.""Kemarin kamu bilang nggak mau ke sini jam berapa?" tanya Rafqi lagi. David hanya menggeleng."Huh! Kamu kaya bukan profesional aja, sih, Vid! Harusnya kamu bilang ke dia, kita mau ke sini jam berapa!""Lah, bukannya Bos kemarin belum bisa mastiin mau ke sini jam berapa?""Ya maklumlah aku kan orang sibuk, Vid!" jawab Rafqi tidak mau kalah.David mendengkus pelan mendengar jawaban dari bosnya."Yaudah ngapain diem aja! Coba kamu telpon atau chat!" perintah Rafqi.David tidak menjawab, lelaki itu kemudian mengeluarkan ponsel dari sakunya. Men

    Last Updated : 2023-03-17
  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 10

    Tergopoh, Zia segera menghampiri dua orang itu, bahkan wanita itu sampai lupa membuka dan mengembalikan helm milik ojeg yang baru saja dia tumpangi. Istri mendiang Danu itu baru saja akan menyapa Rafqi dan David, tetapi urung ketika mendengar sebuah suara."Mba! Tunggu! Ongkosnya belum, main pergi aja!" seru pengemudi ojeg online.Seketika Zia menepuk jidat yang masih tertutup helm, kemudian wanita itu membalikkan Badan, melepas helm lalu mengembalikannya kepada driver ojek online tadi."Aduh, maaf, Mas, saya buru-buru sampai lupa. Ini helm sama ongkosnya. Terima kasih," ucap Zia terburu-buru dan sedikit malu karena dari ekor matanya dia bisa melihat David dan Rafqi memperhatikannya."Iya, sama-sama, Mba." Setelah menerima helm dan uang dari Zia, pengemudi ojeg online langsung menstarter motornya dan meninggalkan halaman rumah Zia.Perlahan Zia kembali membalikkan badan dan melangkah ke arah dua lelaki yang telah menunggunya kini. Dadanya sedikit berdebar karena sekilas dia sudah mel

    Last Updated : 2023-03-19
  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 11

    Suasana di ruangan itu mendadak sunyi setelah kehadiran lelaki yang tidak lain adalah ayah dari Zia."Maaf Pak Rafqi, jika jumlahnya sebanyak itu kami tidak bisa lgs mengembalikannya." Suara Rahmat tiba-tiba terdengar di tengah kesunyian.Rafqi pura-pura berpikir sebelum menjawab, hal itu tentu membuat David sedikit jengah."Ekhm," dehem David."Saya paham akan hal itu, Pak," kata Rafqi"Jadi, bagaimana kami harus membayarnya?" tanya Rahmat kemudian."Begini, saya punya penawaran untuk Bu Zia, Pak.""Penawaran?" Zia dan ayahnya bertanya bersamaan."Ekhm, jadi aya ingin menawarkan pekerjaan untuk Bu Zia.""Pekerjaan?" heran Zia dan Rahmat bersamaan."Iya, pekerjaan. Saya tahu Bu Zia membutuhkannya saat ini bukan?" tanya Rafqi penuh keyakinan.Zia mengangguk, sementara ayahnya hanya memandang Rafqi dengan penuh kecurigaan."Saat ini saya sedang membutuhkan seorang pengasuh untuk menjaga putri saya." Rafqi sengaja menjeda kalimatnya untuk melihat reaksi Zia. Wanita itu terlihat diam dan

    Last Updated : 2023-03-23
  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 12

    Dalam perjalanan dari rumah Zia menuju rumah sakit, Rafqi dan David sama-sama terdiam. Mereka berdua larut dalam pikiran masing-masing."Kamu lagi mikirin apa, Vid?" Akhirnya Rafqi tidak tahan. Tidak biasanya mereka berdua saling diam saat bersama seperti ini. Jika hanya berdua atau hanya bersama supir Rafqi tidak pernah bersikap seperti Bos karena dia menganggap David adalah sahabtanya. Hanya saat di kantor atau bertemu dengan klien meraka berdua terlihat seperti atasan dan bawahan."Nggak mikir apa-apa." jawab David."Terus kenapa kamu diam saja dari tadi? Sariawan?"Mendengar pertanyaan Rafq, David hanya menggeleng."Nggak usah bohong, Vid!"Walaupun sudah dipaksa oleh Rafqi tetapi David tetap bungkam. Lelaki itu hanya fokus pada kemudi dan jalan yang sedikit macet siang ini."Apa ada hubungannya dengan Zia?" tebak Rafqi to the point.David tetap terdiam. Entah mengapa dia tidak ingin membahas hal terrsebut saat ini."Kenapa kamu begitu mencemaskan wanita itu?" Walaupun David tidak

    Last Updated : 2023-03-25
  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 13

    Zia memutuskan untuk kembali ke rumah sakit, menengok Laila, ibu mertuanya. Dia takut jika tiba-tiba Rafqi menyuruhnya segera bekerja esok hari. Wanita itu melangkah pelan menuju ruang perawatan sambil berfikir bagaimana cara menjelaskan kepada Dani tentang pekerjaannya, juga tentang Rafqi."Lo, Mbak Zia balik lagi?" "Eh! Iya, kan tadi belum sempet ngobrol plus pamitan sama mama," jawab Zia sedikit terbata karena kaget."Ya ampun, kan bisa besok. Mbak 'kan jadi cape bolak-balik.""Nggak cape, lah, Dan. Emang aku jalan apa dari rumah!" Zia mencoba bercanda.Dani terkekeh mendengar jawaban Zia, "Duh, nggak kebayang kalau Mbak jalan dari rumah kesini."Zia hanya menanggapi perkataan Dani dengan senyuman sambil terus memasuki ruang rawat inap ibu dari Danu, almarhum suaminya."Kamu dari mana, Dan?" Dani memperlihatkan keresek berisi makanan dan minuman yang baru saja dia beli, "Baru beli ini di depan, Mbak.""Loh, kamu belum makan?" kaget Zia."Hehehe, belum Mbak."Sampai di ranjang tem

    Last Updated : 2023-03-28
  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 14

    Suasana ruang inap Halimah mendadak menjadi tegang setelah kehadiran dua orang yang tak lain adalah Papa dan Mama almarhum Puspa. Mereka berdua berencana menjenguk Halimah setelah mendengar kabar jika perempuan itu sakit. Namun saat secara tidak sengaja mendengar pembicaraan antara Rafqi dan papanya, mereka menjadi penasaran dan curiga. Mengapa Rafqi mengenal bahkan mendatangi istri dari lelaki yang tewas bersama almarhum putri mereka yaitu Puspa? Apakah mereka memang saling kenal sebelumnya? Atau bahkan mungkin mereka mempunyai hubungan khusus?Otak tua Gunawan, papa dari almarhum Puspa mendadak dipenuhi dengan berbagai pertanyaan dan kecurigaan. Mungkinkah apa yang menimpa Puspa merupakan sebuah kesengajaan? Bagian dari rencana seseorang yang tidak suka dengan anaknya itu? Ah! Gunawan benar-benar penasaran dan tidak sabar untuk menanyakan kepada menantunya itu."Sebenarnya kamu kenal sama lelaki yang bernama Danu itu, Raf?" tanya Gunawan.Rafqi menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

    Last Updated : 2023-06-24

Latest chapter

  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 14

    Suasana ruang inap Halimah mendadak menjadi tegang setelah kehadiran dua orang yang tak lain adalah Papa dan Mama almarhum Puspa. Mereka berdua berencana menjenguk Halimah setelah mendengar kabar jika perempuan itu sakit. Namun saat secara tidak sengaja mendengar pembicaraan antara Rafqi dan papanya, mereka menjadi penasaran dan curiga. Mengapa Rafqi mengenal bahkan mendatangi istri dari lelaki yang tewas bersama almarhum putri mereka yaitu Puspa? Apakah mereka memang saling kenal sebelumnya? Atau bahkan mungkin mereka mempunyai hubungan khusus?Otak tua Gunawan, papa dari almarhum Puspa mendadak dipenuhi dengan berbagai pertanyaan dan kecurigaan. Mungkinkah apa yang menimpa Puspa merupakan sebuah kesengajaan? Bagian dari rencana seseorang yang tidak suka dengan anaknya itu? Ah! Gunawan benar-benar penasaran dan tidak sabar untuk menanyakan kepada menantunya itu."Sebenarnya kamu kenal sama lelaki yang bernama Danu itu, Raf?" tanya Gunawan.Rafqi menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 13

    Zia memutuskan untuk kembali ke rumah sakit, menengok Laila, ibu mertuanya. Dia takut jika tiba-tiba Rafqi menyuruhnya segera bekerja esok hari. Wanita itu melangkah pelan menuju ruang perawatan sambil berfikir bagaimana cara menjelaskan kepada Dani tentang pekerjaannya, juga tentang Rafqi."Lo, Mbak Zia balik lagi?" "Eh! Iya, kan tadi belum sempet ngobrol plus pamitan sama mama," jawab Zia sedikit terbata karena kaget."Ya ampun, kan bisa besok. Mbak 'kan jadi cape bolak-balik.""Nggak cape, lah, Dan. Emang aku jalan apa dari rumah!" Zia mencoba bercanda.Dani terkekeh mendengar jawaban Zia, "Duh, nggak kebayang kalau Mbak jalan dari rumah kesini."Zia hanya menanggapi perkataan Dani dengan senyuman sambil terus memasuki ruang rawat inap ibu dari Danu, almarhum suaminya."Kamu dari mana, Dan?" Dani memperlihatkan keresek berisi makanan dan minuman yang baru saja dia beli, "Baru beli ini di depan, Mbak.""Loh, kamu belum makan?" kaget Zia."Hehehe, belum Mbak."Sampai di ranjang tem

  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 12

    Dalam perjalanan dari rumah Zia menuju rumah sakit, Rafqi dan David sama-sama terdiam. Mereka berdua larut dalam pikiran masing-masing."Kamu lagi mikirin apa, Vid?" Akhirnya Rafqi tidak tahan. Tidak biasanya mereka berdua saling diam saat bersama seperti ini. Jika hanya berdua atau hanya bersama supir Rafqi tidak pernah bersikap seperti Bos karena dia menganggap David adalah sahabtanya. Hanya saat di kantor atau bertemu dengan klien meraka berdua terlihat seperti atasan dan bawahan."Nggak mikir apa-apa." jawab David."Terus kenapa kamu diam saja dari tadi? Sariawan?"Mendengar pertanyaan Rafq, David hanya menggeleng."Nggak usah bohong, Vid!"Walaupun sudah dipaksa oleh Rafqi tetapi David tetap bungkam. Lelaki itu hanya fokus pada kemudi dan jalan yang sedikit macet siang ini."Apa ada hubungannya dengan Zia?" tebak Rafqi to the point.David tetap terdiam. Entah mengapa dia tidak ingin membahas hal terrsebut saat ini."Kenapa kamu begitu mencemaskan wanita itu?" Walaupun David tidak

  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 11

    Suasana di ruangan itu mendadak sunyi setelah kehadiran lelaki yang tidak lain adalah ayah dari Zia."Maaf Pak Rafqi, jika jumlahnya sebanyak itu kami tidak bisa lgs mengembalikannya." Suara Rahmat tiba-tiba terdengar di tengah kesunyian.Rafqi pura-pura berpikir sebelum menjawab, hal itu tentu membuat David sedikit jengah."Ekhm," dehem David."Saya paham akan hal itu, Pak," kata Rafqi"Jadi, bagaimana kami harus membayarnya?" tanya Rahmat kemudian."Begini, saya punya penawaran untuk Bu Zia, Pak.""Penawaran?" Zia dan ayahnya bertanya bersamaan."Ekhm, jadi aya ingin menawarkan pekerjaan untuk Bu Zia.""Pekerjaan?" heran Zia dan Rahmat bersamaan."Iya, pekerjaan. Saya tahu Bu Zia membutuhkannya saat ini bukan?" tanya Rafqi penuh keyakinan.Zia mengangguk, sementara ayahnya hanya memandang Rafqi dengan penuh kecurigaan."Saat ini saya sedang membutuhkan seorang pengasuh untuk menjaga putri saya." Rafqi sengaja menjeda kalimatnya untuk melihat reaksi Zia. Wanita itu terlihat diam dan

  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 10

    Tergopoh, Zia segera menghampiri dua orang itu, bahkan wanita itu sampai lupa membuka dan mengembalikan helm milik ojeg yang baru saja dia tumpangi. Istri mendiang Danu itu baru saja akan menyapa Rafqi dan David, tetapi urung ketika mendengar sebuah suara."Mba! Tunggu! Ongkosnya belum, main pergi aja!" seru pengemudi ojeg online.Seketika Zia menepuk jidat yang masih tertutup helm, kemudian wanita itu membalikkan Badan, melepas helm lalu mengembalikannya kepada driver ojek online tadi."Aduh, maaf, Mas, saya buru-buru sampai lupa. Ini helm sama ongkosnya. Terima kasih," ucap Zia terburu-buru dan sedikit malu karena dari ekor matanya dia bisa melihat David dan Rafqi memperhatikannya."Iya, sama-sama, Mba." Setelah menerima helm dan uang dari Zia, pengemudi ojeg online langsung menstarter motornya dan meninggalkan halaman rumah Zia.Perlahan Zia kembali membalikkan badan dan melangkah ke arah dua lelaki yang telah menunggunya kini. Dadanya sedikit berdebar karena sekilas dia sudah mel

  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 9

    Rafqi dan David tiba di teras rumah Zia dan langsung menuju ke pintu rumah. Tanpa menunggu perintah dari bosnya, David segera mengetuk pintu. Beberapa kali mengetuk dan tidak ada jawaban membuat kedua lelaki itu saling pandang."Kamu udah kasih tahu dia kalau mau ke sini, 'kan, Vid?" tanya Rafqi."Sudah, kemarin 'kan aku udah ngomong langsung ke dia kalau mau ke sini sama Bos," jelas David."Kok kelihatannya rumahnya kosong?""Sepertinya begitu.""Kemarin kamu bilang nggak mau ke sini jam berapa?" tanya Rafqi lagi. David hanya menggeleng."Huh! Kamu kaya bukan profesional aja, sih, Vid! Harusnya kamu bilang ke dia, kita mau ke sini jam berapa!""Lah, bukannya Bos kemarin belum bisa mastiin mau ke sini jam berapa?""Ya maklumlah aku kan orang sibuk, Vid!" jawab Rafqi tidak mau kalah.David mendengkus pelan mendengar jawaban dari bosnya."Yaudah ngapain diem aja! Coba kamu telpon atau chat!" perintah Rafqi.David tidak menjawab, lelaki itu kemudian mengeluarkan ponsel dari sakunya. Men

  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 8

    "Astagfirullahal'adzim," pekik Zia saat membaca pesan dari ponselnya."Kenapa Zi?" tanya Rahmat penasaran karena melihat ekspresi anak sulungnya."Mama masuk rumah sakit, Yah.""Mama?" "Iya, Mama, Yah. Mamanya Mas Danu," terang Zia."Lho, kenapa? Sakitnya kambuh?""Nggak tahu, Pa. Dani cuma bilang kalau Mama masuk rumah sakit semalam.""Terus kamu mau ke sana, Nak?"Zia mengangguk, "Iya, Pa. Kasihan mama. Walaupun Mas Danu udah nggak ada bukan berarti hubungan kami putus begitu saja, kan, Yah?"Rahmat tersenyum memdengar jawaban anak perempuannya. Di dalam hati lelaki itu merasa bangga dengan sikap Zia yang tidak berubah kepada ibu mertuanya itu."Iya, Nak, kita tetap harus menjaga tali silaturahmi bagaimanapun keadaannya.""Iya, Yah," jawab Zia sambil mengangguk.***Nazia masih duduk di kursi samping ranjang pasien. Di atas tempat tidur seorang wanita yang terlihat kurus dengan rambut yang telah berubah warna tampak memejamkan mata. Ya, dia adalah Laela, ibu dari Danu.Nazia masih m

  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 7

    Rafqi menunduk dalam saat Aditya, papanya menatapnya tajam seolah meminta penjelasan. Rupanya lelaki yang menjadi panutannya selama ini itu sudah mengetahui semua rahasia yang dia sembunyikan dengan Puspa."Jadi kamu sudah tahu sejak kapan?" tanya Aditya."Sudah lama, Pah." jawab Rafqi singkat."Keluarga Puspa tahu tentang laki-laki itu?"Rafqi menggeleng, "Kalau itu, Rafqi nggak tahu, Pa."Aditya mendesah, seolah mencoba melepaskan beban yang ada di hatinya. Mata tuanya menerawang jauh, ada sorot kekecewaan di sana."Seandainya kecelakaan ini tidak terjadi, mau sampai kapan kalian akan bermain sandiwara?" tanya Additya lagi.Rafqi menggaruk lehernya yang tentu saja tidak gatal sama sekali. Lelaki itu tidak tahu akan menjawab apa."Papa akui, akting kalian sangat bagus, drama yang kalian buat benar-benar sempurna telah menipu kami!""Pa ... ""Sudahlah, toh semua sudah berakhir, walau dengan tragis. Lalu untuk apa kamu meminta wanita itu untuk mengembalikan uang yang sudah diberikan P

  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 6

    Pagi ini Zia terkejut dengan kedatangan seorang pria yang mengaku orang suruhan dari suami wanita yang tewas di dalam mobil bersama Danu. Apalagi lelaki itu membawa sejumlah bukti transfer dari wanita bernama Anggraeni Puspa Cantika. Bagaimana dia tidak kaget, almarhum suaminya memakai uang wanita itu dengan jumlah yang sangat fantastis. Lima ratus juta rupiah lebih? Untuk apa uang sebanyak itu?"Maaf, Bu Zia, jadi bagaimana? Kira-kira kapan Ibu bisa mengembalikan uang itu?" tanya lelaki bernama David itu.Zia yang masih setengah bingung hanya memandang David dengan tatapan kosong, bahkan suara lelaki itu tidak dia dengar sama sekali."Ekhm ....." David berdehem."Ya? Ba-bagaimana, Pak?" tanya Zia dengan suara sedikit tergagap.David tersenyum rikuh, walaupun dia pernah berada dalam dunia hitam yang keras, tetapi hatinya tidak tega melihat Zia. Ah, seandainya bukan karena tugas dan kewajibannya sebagai anak buah dari Rafqi, sudah pasti dia akan menolak. "Ekhm, kapan Ibu bisa membayar

DMCA.com Protection Status