Share

Bab 5

Author: Ardiyani
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Sekitar pukul lima sore, Rafqi sampai di kediamannya. Sebenarnya Aditya sudah memintanya pulang sejak siang tadi, tetapi tentu saja dia tidak mau. Dia tentu merasa khawatir dengan keadaan mamanya. Setelah selesai membersihkan diri, Rafqi keluar kamar untuk mencari putri semata wayangnya.

"Wati!" panggil Rafqi.

"Ya, Pak," pengasuh dari Nasya itu menjawab.

"Nasya rewel?" tanya Rafqi sambil meminta putri kecilnya dari gendongan sang pengasuh.

"Tidak, Pak. Seperti biasa saja," jawab Wati.

Rafqi hanya mengangguk, kini Nasya sudah ada dalam gendongannya dan lelaki itu bermaksud beranjak dari sana, tetapi urung saat mendengar suara Wati

"Pak, bolehkah meminta waktunya sebentar, ada sesuatu yang ingin saya sampaikan?" pinta pengasuh Nasya iyu.

Rafqi menoleh sekilas kemudian mengangguk. Dia mengurungkan niatnya untuk bermain dengan Nasya di gazebo dekat kolam renang karena Wati terlihat ingin menyampaikan hal yang penting. Kemudian dia melangkah ke ruang keluarga yang terletak tidak jauh dari sana dan diikuti oleh wanita tersebut.

"Ada apa, Wati?" tanya Rafqi setelah duduk di sofa ruang keluarga.

"Be-begini, Pak, saya mau izin berhenti kerja." Walau takut, akhirnya Wati menyampaikan maksudnya.

"Apa?" tanya Rafqi dengan nada sedikit membentak karena terkejut.

"Sa-saya mau izin berhenti bekerja, Pak," ulang wanita itu masih dengan nada yang gugup dan sedikit tergagap.

"Alasannya?" tanya Rafqi dengan suara lebih pelan, dia menyadari kalau pengasuh Nasya katakutan mendengar suaranya tadi.

Mendengar suara bosnya tidak lagi bernada marah, Wati memberanikan diri menatap Rafqi untuk menyampaikan alasannya. "Emak saya di kampung sakit, Pak. Tidak ada yang mengurus karena saya anak tunggal dan bapak saya sudah lama meninggal." Setelah selesai berkata Wati kembali menunduk.

Rafqi menghembuskan nafasnya dengan kasar. Kepalanya tiba-tiba terasa pusing, tetapi sebagai seorang anak dia juga mengerti dengan alasan yang diberikan Wati.

"Istri saya baru saja meninggal sementara Mama sekarang sedang sakit. Kalau kamu keluar siapa yang mau jagain Nasya?" keluh Rafqi.

"Iya, Pak, tapi ...." Wati bingung harus menjawab bagaimana lagi.

"Ya sudah, beri saya waktu paling lama dua minggu untuk mencari pengasuh baru untuk Nasya. Kamu tahu 'kan kalau selama ini dia susah menerima kehadiran orang baru?" Akhirnya Rafqi memutuskan.

"Baik, Pak, saya mengerti," jawab Wati.

"Lalu sekarang Ibumu siapa yang merawat?" tanya Rafqi penasaran

"Kebetulan kakak sepupu saya kontrak kerjanya sedang habis dan sekarang sedang libur di kampung, Pak, jadi saya meminta bantuannya untuk menjaga emak sementara waktu," terang Wati.

"Ouh, baguslah kalau begitu jadi ibumu masih ada yang merawat selama saya mencari penggantimu. Kalau perlu kamu kasih dia uang sebagai imbalannya, nanti uangnya dari saya," saran Rafqi.

Wati mengangguk, memahami apa yang di maksud oleh bos lelakinya itu dan dia berniat undur diri karena merasa sudah cukup apa yang ingin di sampaikannya, "Iya, Pak, saya mengerti. Kalau begitu saya permisi. Nasya biar sama saya saja." Pengasuh anak dari Rafqi itu menawarkan diri

"Ah, iya. Tadinya mau ajak dia main ke gazebo, tapi sepertinya tidak jadi. Saya harus menghubungi seseorang untuk mencari pengganti kamu." Rafqi berkata sambil menyerahkan putrinya dan hanya di balas dengan anggukan oleh wanita yang kini berdiri tidak jauh dari sofa yang diduki oleh ayah Nasya. Dia harus segera berusaha mencari pengasuh untuk menggantikan Wati.

Rafqi memandang punggung pengasuh anaknya yang berjalan menjauh. Lelaki itu medesah lelah, mengapa seakan-akan masalah hadir silih berganti hanya dalam kurun waktu yang berdekatan. Di mana dia bisa mendapatkan pengasuh anaknya dalam waktu hanya dua minggu? Apa dia harus menghubungi jasa penyedia Baby Sitter? Atau meminta bantuan kedua kakak perempuannya yang super sibuk?

Saat pikirannya tengah sibuk memikirkan di mana dia bisa mendapatkan pengganti Wati, sebuah pesan masuk keponselnya. Sekilas lelaki itu melihat nama David tertera di sana. Orang kepercayaannya itu terlihat mengirim beberapa foto. Tanpa pikir panjang, Rafqi segera membuka pesan itu.

Ayah dari Nasya itu mengerutkan keningnya saat membuka foto yang dikirim oleh David. Ternyata itu berupa foto bukti transaksi dan transfer Puspa untuk Danu dengan jumlah yag sedikit mengagetkan untuknya. Walau jumlah itu tidaklah terlalu besar untuk seoarang Rafqi Aulian Darmawan. Namun jujur saja dia sangat penasaran, untuk apa Puspa mentransfer sejumlah uang itu pada lelaki itu? Apa mereka berencana membuka bisnis bersama?

Untuk mengobati rasa penasarannya Rafqi segera menekan nomor David guna memberikan tugas baru.

"Vid, kamu cari tahu tentang keseharian Danu semasa hidupnya. Uang yang masuk untuk lelaki itu tidak sedikit, jangan-jangan lelaki itu sengaja memanfaatkan uang Puspa. Jangan lupa kamu juga harus cari tahu kabar terbaru tentang istri Danu yang bernama Nazia Syakia!" Rafqi berkata tanpa jeda untuk mejelaskan tugas yang harus di kerjakan oleh seeorang bernama David itu.

"Siap! Sebenarnya saya sudah punya beberapa rincian dipakai untuk apa saja uang itu, tetapi hanya sedikit," jawab seseorang di seberang sana.

"Saya mau yang lebih rinci. Sedikit banyak Puspa memakai uang dariku. Oiya, cari pengasuh baru untuk Nasya. Pengasuh yang sekarang mau berhenti, harus yang bagus, jangan asal!"

Tanpa menunggu kesanggupan dari David, Rafqi mematikan panggilan teleponnya. David adalah orang kepercayaannya yang sudah tidak perlu lagi di ragukan kemampuannya. Lelaki itu juga sangat setia pada Rafqi. Sebenarnya mereka dulu kuliah d kampus yang sama. Namun karena suatu hal, David tidak bisa menyelesaikan kuliahnya dan malah terjun ke dunia hitam. Singkat cerita, Rafqi secara tidak sengaja pernah menolong nyawa lelaki itu , semenjak itu ayah dari Nasya meminta David untuk keluar dari dunia hitam dan bekerja dengannya. Merasa berhutang budi, lelaki itu tidak berani menolak permintaan Rafqi.

Ponsel Rafqi kembali menerima pesan dari David, dengan tidak sabar lelaki itu membukanya. Kembali dahinya mengernyit, dia membaca pesan yang dikirim oleh teman sekaligus orang kepercayaannya dan membuat rasa penasarannya semakin tinggi. Ternyata Danu dan Puspa sudah berhubungan sejak satu tahun yang lalu? Dari mana saja dia sampai tidak menyadarinya? Atau selama ini dia terlalu sibuk dengan dunianya sendiri? Ah, untuk apa dia merasa penasaran dengan semua ini, bukankah sejak awal menikah dia sudah punya perjanjian dengan Puspa untuk tidak mencampuri urusan pribadi masing-masing?

Rafqi bangkit dari duduknya dan melangkah menuju ruang kerja pribadinya untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang seharusnya dia kerjakan hari ini tetapi tertunda karena menunggui sang mama di rumah sakit. Tidak lupa tadi dia juga mengirim pesan untuk kedua kakak perempuannya meminta bantuan mencarikan pengasuh terbaik untuk Nasya. Bagaimanapun hubungannya dengan Puspa selama ini, Rafqi tetaplah mengahargai wanita itu sebagai ibu dari putri cantiknya, juga menyayangi buah hatinya itu dengan segenap jiwa dan raga.

Related chapters

  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 6

    Pagi ini Zia terkejut dengan kedatangan seorang pria yang mengaku orang suruhan dari suami wanita yang tewas di dalam mobil bersama Danu. Apalagi lelaki itu membawa sejumlah bukti transfer dari wanita bernama Anggraeni Puspa Cantika. Bagaimana dia tidak kaget, almarhum suaminya memakai uang wanita itu dengan jumlah yang sangat fantastis. Lima ratus juta rupiah lebih? Untuk apa uang sebanyak itu?"Maaf, Bu Zia, jadi bagaimana? Kira-kira kapan Ibu bisa mengembalikan uang itu?" tanya lelaki bernama David itu.Zia yang masih setengah bingung hanya memandang David dengan tatapan kosong, bahkan suara lelaki itu tidak dia dengar sama sekali."Ekhm ....." David berdehem."Ya? Ba-bagaimana, Pak?" tanya Zia dengan suara sedikit tergagap.David tersenyum rikuh, walaupun dia pernah berada dalam dunia hitam yang keras, tetapi hatinya tidak tega melihat Zia. Ah, seandainya bukan karena tugas dan kewajibannya sebagai anak buah dari Rafqi, sudah pasti dia akan menolak. "Ekhm, kapan Ibu bisa membayar

  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 7

    Rafqi menunduk dalam saat Aditya, papanya menatapnya tajam seolah meminta penjelasan. Rupanya lelaki yang menjadi panutannya selama ini itu sudah mengetahui semua rahasia yang dia sembunyikan dengan Puspa."Jadi kamu sudah tahu sejak kapan?" tanya Aditya."Sudah lama, Pah." jawab Rafqi singkat."Keluarga Puspa tahu tentang laki-laki itu?"Rafqi menggeleng, "Kalau itu, Rafqi nggak tahu, Pa."Aditya mendesah, seolah mencoba melepaskan beban yang ada di hatinya. Mata tuanya menerawang jauh, ada sorot kekecewaan di sana."Seandainya kecelakaan ini tidak terjadi, mau sampai kapan kalian akan bermain sandiwara?" tanya Additya lagi.Rafqi menggaruk lehernya yang tentu saja tidak gatal sama sekali. Lelaki itu tidak tahu akan menjawab apa."Papa akui, akting kalian sangat bagus, drama yang kalian buat benar-benar sempurna telah menipu kami!""Pa ... ""Sudahlah, toh semua sudah berakhir, walau dengan tragis. Lalu untuk apa kamu meminta wanita itu untuk mengembalikan uang yang sudah diberikan P

  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 8

    "Astagfirullahal'adzim," pekik Zia saat membaca pesan dari ponselnya."Kenapa Zi?" tanya Rahmat penasaran karena melihat ekspresi anak sulungnya."Mama masuk rumah sakit, Yah.""Mama?" "Iya, Mama, Yah. Mamanya Mas Danu," terang Zia."Lho, kenapa? Sakitnya kambuh?""Nggak tahu, Pa. Dani cuma bilang kalau Mama masuk rumah sakit semalam.""Terus kamu mau ke sana, Nak?"Zia mengangguk, "Iya, Pa. Kasihan mama. Walaupun Mas Danu udah nggak ada bukan berarti hubungan kami putus begitu saja, kan, Yah?"Rahmat tersenyum memdengar jawaban anak perempuannya. Di dalam hati lelaki itu merasa bangga dengan sikap Zia yang tidak berubah kepada ibu mertuanya itu."Iya, Nak, kita tetap harus menjaga tali silaturahmi bagaimanapun keadaannya.""Iya, Yah," jawab Zia sambil mengangguk.***Nazia masih duduk di kursi samping ranjang pasien. Di atas tempat tidur seorang wanita yang terlihat kurus dengan rambut yang telah berubah warna tampak memejamkan mata. Ya, dia adalah Laela, ibu dari Danu.Nazia masih m

  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 9

    Rafqi dan David tiba di teras rumah Zia dan langsung menuju ke pintu rumah. Tanpa menunggu perintah dari bosnya, David segera mengetuk pintu. Beberapa kali mengetuk dan tidak ada jawaban membuat kedua lelaki itu saling pandang."Kamu udah kasih tahu dia kalau mau ke sini, 'kan, Vid?" tanya Rafqi."Sudah, kemarin 'kan aku udah ngomong langsung ke dia kalau mau ke sini sama Bos," jelas David."Kok kelihatannya rumahnya kosong?""Sepertinya begitu.""Kemarin kamu bilang nggak mau ke sini jam berapa?" tanya Rafqi lagi. David hanya menggeleng."Huh! Kamu kaya bukan profesional aja, sih, Vid! Harusnya kamu bilang ke dia, kita mau ke sini jam berapa!""Lah, bukannya Bos kemarin belum bisa mastiin mau ke sini jam berapa?""Ya maklumlah aku kan orang sibuk, Vid!" jawab Rafqi tidak mau kalah.David mendengkus pelan mendengar jawaban dari bosnya."Yaudah ngapain diem aja! Coba kamu telpon atau chat!" perintah Rafqi.David tidak menjawab, lelaki itu kemudian mengeluarkan ponsel dari sakunya. Men

  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 10

    Tergopoh, Zia segera menghampiri dua orang itu, bahkan wanita itu sampai lupa membuka dan mengembalikan helm milik ojeg yang baru saja dia tumpangi. Istri mendiang Danu itu baru saja akan menyapa Rafqi dan David, tetapi urung ketika mendengar sebuah suara."Mba! Tunggu! Ongkosnya belum, main pergi aja!" seru pengemudi ojeg online.Seketika Zia menepuk jidat yang masih tertutup helm, kemudian wanita itu membalikkan Badan, melepas helm lalu mengembalikannya kepada driver ojek online tadi."Aduh, maaf, Mas, saya buru-buru sampai lupa. Ini helm sama ongkosnya. Terima kasih," ucap Zia terburu-buru dan sedikit malu karena dari ekor matanya dia bisa melihat David dan Rafqi memperhatikannya."Iya, sama-sama, Mba." Setelah menerima helm dan uang dari Zia, pengemudi ojeg online langsung menstarter motornya dan meninggalkan halaman rumah Zia.Perlahan Zia kembali membalikkan badan dan melangkah ke arah dua lelaki yang telah menunggunya kini. Dadanya sedikit berdebar karena sekilas dia sudah mel

  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 11

    Suasana di ruangan itu mendadak sunyi setelah kehadiran lelaki yang tidak lain adalah ayah dari Zia."Maaf Pak Rafqi, jika jumlahnya sebanyak itu kami tidak bisa lgs mengembalikannya." Suara Rahmat tiba-tiba terdengar di tengah kesunyian.Rafqi pura-pura berpikir sebelum menjawab, hal itu tentu membuat David sedikit jengah."Ekhm," dehem David."Saya paham akan hal itu, Pak," kata Rafqi"Jadi, bagaimana kami harus membayarnya?" tanya Rahmat kemudian."Begini, saya punya penawaran untuk Bu Zia, Pak.""Penawaran?" Zia dan ayahnya bertanya bersamaan."Ekhm, jadi aya ingin menawarkan pekerjaan untuk Bu Zia.""Pekerjaan?" heran Zia dan Rahmat bersamaan."Iya, pekerjaan. Saya tahu Bu Zia membutuhkannya saat ini bukan?" tanya Rafqi penuh keyakinan.Zia mengangguk, sementara ayahnya hanya memandang Rafqi dengan penuh kecurigaan."Saat ini saya sedang membutuhkan seorang pengasuh untuk menjaga putri saya." Rafqi sengaja menjeda kalimatnya untuk melihat reaksi Zia. Wanita itu terlihat diam dan

  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 12

    Dalam perjalanan dari rumah Zia menuju rumah sakit, Rafqi dan David sama-sama terdiam. Mereka berdua larut dalam pikiran masing-masing."Kamu lagi mikirin apa, Vid?" Akhirnya Rafqi tidak tahan. Tidak biasanya mereka berdua saling diam saat bersama seperti ini. Jika hanya berdua atau hanya bersama supir Rafqi tidak pernah bersikap seperti Bos karena dia menganggap David adalah sahabtanya. Hanya saat di kantor atau bertemu dengan klien meraka berdua terlihat seperti atasan dan bawahan."Nggak mikir apa-apa." jawab David."Terus kenapa kamu diam saja dari tadi? Sariawan?"Mendengar pertanyaan Rafq, David hanya menggeleng."Nggak usah bohong, Vid!"Walaupun sudah dipaksa oleh Rafqi tetapi David tetap bungkam. Lelaki itu hanya fokus pada kemudi dan jalan yang sedikit macet siang ini."Apa ada hubungannya dengan Zia?" tebak Rafqi to the point.David tetap terdiam. Entah mengapa dia tidak ingin membahas hal terrsebut saat ini."Kenapa kamu begitu mencemaskan wanita itu?" Walaupun David tidak

  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 13

    Zia memutuskan untuk kembali ke rumah sakit, menengok Laila, ibu mertuanya. Dia takut jika tiba-tiba Rafqi menyuruhnya segera bekerja esok hari. Wanita itu melangkah pelan menuju ruang perawatan sambil berfikir bagaimana cara menjelaskan kepada Dani tentang pekerjaannya, juga tentang Rafqi."Lo, Mbak Zia balik lagi?" "Eh! Iya, kan tadi belum sempet ngobrol plus pamitan sama mama," jawab Zia sedikit terbata karena kaget."Ya ampun, kan bisa besok. Mbak 'kan jadi cape bolak-balik.""Nggak cape, lah, Dan. Emang aku jalan apa dari rumah!" Zia mencoba bercanda.Dani terkekeh mendengar jawaban Zia, "Duh, nggak kebayang kalau Mbak jalan dari rumah kesini."Zia hanya menanggapi perkataan Dani dengan senyuman sambil terus memasuki ruang rawat inap ibu dari Danu, almarhum suaminya."Kamu dari mana, Dan?" Dani memperlihatkan keresek berisi makanan dan minuman yang baru saja dia beli, "Baru beli ini di depan, Mbak.""Loh, kamu belum makan?" kaget Zia."Hehehe, belum Mbak."Sampai di ranjang tem

Latest chapter

  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 14

    Suasana ruang inap Halimah mendadak menjadi tegang setelah kehadiran dua orang yang tak lain adalah Papa dan Mama almarhum Puspa. Mereka berdua berencana menjenguk Halimah setelah mendengar kabar jika perempuan itu sakit. Namun saat secara tidak sengaja mendengar pembicaraan antara Rafqi dan papanya, mereka menjadi penasaran dan curiga. Mengapa Rafqi mengenal bahkan mendatangi istri dari lelaki yang tewas bersama almarhum putri mereka yaitu Puspa? Apakah mereka memang saling kenal sebelumnya? Atau bahkan mungkin mereka mempunyai hubungan khusus?Otak tua Gunawan, papa dari almarhum Puspa mendadak dipenuhi dengan berbagai pertanyaan dan kecurigaan. Mungkinkah apa yang menimpa Puspa merupakan sebuah kesengajaan? Bagian dari rencana seseorang yang tidak suka dengan anaknya itu? Ah! Gunawan benar-benar penasaran dan tidak sabar untuk menanyakan kepada menantunya itu."Sebenarnya kamu kenal sama lelaki yang bernama Danu itu, Raf?" tanya Gunawan.Rafqi menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 13

    Zia memutuskan untuk kembali ke rumah sakit, menengok Laila, ibu mertuanya. Dia takut jika tiba-tiba Rafqi menyuruhnya segera bekerja esok hari. Wanita itu melangkah pelan menuju ruang perawatan sambil berfikir bagaimana cara menjelaskan kepada Dani tentang pekerjaannya, juga tentang Rafqi."Lo, Mbak Zia balik lagi?" "Eh! Iya, kan tadi belum sempet ngobrol plus pamitan sama mama," jawab Zia sedikit terbata karena kaget."Ya ampun, kan bisa besok. Mbak 'kan jadi cape bolak-balik.""Nggak cape, lah, Dan. Emang aku jalan apa dari rumah!" Zia mencoba bercanda.Dani terkekeh mendengar jawaban Zia, "Duh, nggak kebayang kalau Mbak jalan dari rumah kesini."Zia hanya menanggapi perkataan Dani dengan senyuman sambil terus memasuki ruang rawat inap ibu dari Danu, almarhum suaminya."Kamu dari mana, Dan?" Dani memperlihatkan keresek berisi makanan dan minuman yang baru saja dia beli, "Baru beli ini di depan, Mbak.""Loh, kamu belum makan?" kaget Zia."Hehehe, belum Mbak."Sampai di ranjang tem

  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 12

    Dalam perjalanan dari rumah Zia menuju rumah sakit, Rafqi dan David sama-sama terdiam. Mereka berdua larut dalam pikiran masing-masing."Kamu lagi mikirin apa, Vid?" Akhirnya Rafqi tidak tahan. Tidak biasanya mereka berdua saling diam saat bersama seperti ini. Jika hanya berdua atau hanya bersama supir Rafqi tidak pernah bersikap seperti Bos karena dia menganggap David adalah sahabtanya. Hanya saat di kantor atau bertemu dengan klien meraka berdua terlihat seperti atasan dan bawahan."Nggak mikir apa-apa." jawab David."Terus kenapa kamu diam saja dari tadi? Sariawan?"Mendengar pertanyaan Rafq, David hanya menggeleng."Nggak usah bohong, Vid!"Walaupun sudah dipaksa oleh Rafqi tetapi David tetap bungkam. Lelaki itu hanya fokus pada kemudi dan jalan yang sedikit macet siang ini."Apa ada hubungannya dengan Zia?" tebak Rafqi to the point.David tetap terdiam. Entah mengapa dia tidak ingin membahas hal terrsebut saat ini."Kenapa kamu begitu mencemaskan wanita itu?" Walaupun David tidak

  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 11

    Suasana di ruangan itu mendadak sunyi setelah kehadiran lelaki yang tidak lain adalah ayah dari Zia."Maaf Pak Rafqi, jika jumlahnya sebanyak itu kami tidak bisa lgs mengembalikannya." Suara Rahmat tiba-tiba terdengar di tengah kesunyian.Rafqi pura-pura berpikir sebelum menjawab, hal itu tentu membuat David sedikit jengah."Ekhm," dehem David."Saya paham akan hal itu, Pak," kata Rafqi"Jadi, bagaimana kami harus membayarnya?" tanya Rahmat kemudian."Begini, saya punya penawaran untuk Bu Zia, Pak.""Penawaran?" Zia dan ayahnya bertanya bersamaan."Ekhm, jadi aya ingin menawarkan pekerjaan untuk Bu Zia.""Pekerjaan?" heran Zia dan Rahmat bersamaan."Iya, pekerjaan. Saya tahu Bu Zia membutuhkannya saat ini bukan?" tanya Rafqi penuh keyakinan.Zia mengangguk, sementara ayahnya hanya memandang Rafqi dengan penuh kecurigaan."Saat ini saya sedang membutuhkan seorang pengasuh untuk menjaga putri saya." Rafqi sengaja menjeda kalimatnya untuk melihat reaksi Zia. Wanita itu terlihat diam dan

  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 10

    Tergopoh, Zia segera menghampiri dua orang itu, bahkan wanita itu sampai lupa membuka dan mengembalikan helm milik ojeg yang baru saja dia tumpangi. Istri mendiang Danu itu baru saja akan menyapa Rafqi dan David, tetapi urung ketika mendengar sebuah suara."Mba! Tunggu! Ongkosnya belum, main pergi aja!" seru pengemudi ojeg online.Seketika Zia menepuk jidat yang masih tertutup helm, kemudian wanita itu membalikkan Badan, melepas helm lalu mengembalikannya kepada driver ojek online tadi."Aduh, maaf, Mas, saya buru-buru sampai lupa. Ini helm sama ongkosnya. Terima kasih," ucap Zia terburu-buru dan sedikit malu karena dari ekor matanya dia bisa melihat David dan Rafqi memperhatikannya."Iya, sama-sama, Mba." Setelah menerima helm dan uang dari Zia, pengemudi ojeg online langsung menstarter motornya dan meninggalkan halaman rumah Zia.Perlahan Zia kembali membalikkan badan dan melangkah ke arah dua lelaki yang telah menunggunya kini. Dadanya sedikit berdebar karena sekilas dia sudah mel

  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 9

    Rafqi dan David tiba di teras rumah Zia dan langsung menuju ke pintu rumah. Tanpa menunggu perintah dari bosnya, David segera mengetuk pintu. Beberapa kali mengetuk dan tidak ada jawaban membuat kedua lelaki itu saling pandang."Kamu udah kasih tahu dia kalau mau ke sini, 'kan, Vid?" tanya Rafqi."Sudah, kemarin 'kan aku udah ngomong langsung ke dia kalau mau ke sini sama Bos," jelas David."Kok kelihatannya rumahnya kosong?""Sepertinya begitu.""Kemarin kamu bilang nggak mau ke sini jam berapa?" tanya Rafqi lagi. David hanya menggeleng."Huh! Kamu kaya bukan profesional aja, sih, Vid! Harusnya kamu bilang ke dia, kita mau ke sini jam berapa!""Lah, bukannya Bos kemarin belum bisa mastiin mau ke sini jam berapa?""Ya maklumlah aku kan orang sibuk, Vid!" jawab Rafqi tidak mau kalah.David mendengkus pelan mendengar jawaban dari bosnya."Yaudah ngapain diem aja! Coba kamu telpon atau chat!" perintah Rafqi.David tidak menjawab, lelaki itu kemudian mengeluarkan ponsel dari sakunya. Men

  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 8

    "Astagfirullahal'adzim," pekik Zia saat membaca pesan dari ponselnya."Kenapa Zi?" tanya Rahmat penasaran karena melihat ekspresi anak sulungnya."Mama masuk rumah sakit, Yah.""Mama?" "Iya, Mama, Yah. Mamanya Mas Danu," terang Zia."Lho, kenapa? Sakitnya kambuh?""Nggak tahu, Pa. Dani cuma bilang kalau Mama masuk rumah sakit semalam.""Terus kamu mau ke sana, Nak?"Zia mengangguk, "Iya, Pa. Kasihan mama. Walaupun Mas Danu udah nggak ada bukan berarti hubungan kami putus begitu saja, kan, Yah?"Rahmat tersenyum memdengar jawaban anak perempuannya. Di dalam hati lelaki itu merasa bangga dengan sikap Zia yang tidak berubah kepada ibu mertuanya itu."Iya, Nak, kita tetap harus menjaga tali silaturahmi bagaimanapun keadaannya.""Iya, Yah," jawab Zia sambil mengangguk.***Nazia masih duduk di kursi samping ranjang pasien. Di atas tempat tidur seorang wanita yang terlihat kurus dengan rambut yang telah berubah warna tampak memejamkan mata. Ya, dia adalah Laela, ibu dari Danu.Nazia masih m

  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 7

    Rafqi menunduk dalam saat Aditya, papanya menatapnya tajam seolah meminta penjelasan. Rupanya lelaki yang menjadi panutannya selama ini itu sudah mengetahui semua rahasia yang dia sembunyikan dengan Puspa."Jadi kamu sudah tahu sejak kapan?" tanya Aditya."Sudah lama, Pah." jawab Rafqi singkat."Keluarga Puspa tahu tentang laki-laki itu?"Rafqi menggeleng, "Kalau itu, Rafqi nggak tahu, Pa."Aditya mendesah, seolah mencoba melepaskan beban yang ada di hatinya. Mata tuanya menerawang jauh, ada sorot kekecewaan di sana."Seandainya kecelakaan ini tidak terjadi, mau sampai kapan kalian akan bermain sandiwara?" tanya Additya lagi.Rafqi menggaruk lehernya yang tentu saja tidak gatal sama sekali. Lelaki itu tidak tahu akan menjawab apa."Papa akui, akting kalian sangat bagus, drama yang kalian buat benar-benar sempurna telah menipu kami!""Pa ... ""Sudahlah, toh semua sudah berakhir, walau dengan tragis. Lalu untuk apa kamu meminta wanita itu untuk mengembalikan uang yang sudah diberikan P

  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 6

    Pagi ini Zia terkejut dengan kedatangan seorang pria yang mengaku orang suruhan dari suami wanita yang tewas di dalam mobil bersama Danu. Apalagi lelaki itu membawa sejumlah bukti transfer dari wanita bernama Anggraeni Puspa Cantika. Bagaimana dia tidak kaget, almarhum suaminya memakai uang wanita itu dengan jumlah yang sangat fantastis. Lima ratus juta rupiah lebih? Untuk apa uang sebanyak itu?"Maaf, Bu Zia, jadi bagaimana? Kira-kira kapan Ibu bisa mengembalikan uang itu?" tanya lelaki bernama David itu.Zia yang masih setengah bingung hanya memandang David dengan tatapan kosong, bahkan suara lelaki itu tidak dia dengar sama sekali."Ekhm ....." David berdehem."Ya? Ba-bagaimana, Pak?" tanya Zia dengan suara sedikit tergagap.David tersenyum rikuh, walaupun dia pernah berada dalam dunia hitam yang keras, tetapi hatinya tidak tega melihat Zia. Ah, seandainya bukan karena tugas dan kewajibannya sebagai anak buah dari Rafqi, sudah pasti dia akan menolak. "Ekhm, kapan Ibu bisa membayar

DMCA.com Protection Status