Share

Bab 2

Penulis: Ardiyani
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-19 12:55:46

Seorang lelaki sedang menatap prosesi pemakaman mendiang istrinya yang sudah hampir selesai dengan wajah tanpa ekspresi, bahkan rahangnya terlihat mengeras seperti orang yang sedang menahan amarah. Dia juga terlihat sedikit melamun hingga tidak menyadari jika proses pemakaman sudah selesai, hanya tinggal pembacaan doa oleh ustaz dan menabur bunga di atas makam bagi keluarga atau teman dekat.

"Raf, ayo!" Halimah, ibu dari lelaki itu menepuk pelan bahu anak lelakinya.

Rafqi tersadar dari lamunannya, "Iya, Ma." jawabnya singkat. Kemudian berjalan mendekat ke gundukan tanah merah yang berada tidak jauh dari tempatnya bediri tadi.

Kini mereka yang hadir berdiri mengelilingi makam dan mendengarkan serta mengaminkan do'a yang dibacakan oleh seorang ustaz. Sebelumnya Rafqi juga menyampaikan permintaan maaf atas nama Puspa, almarhumah istrinya, jika semasa hidup pernah melakukan kekhilafan. Setelah itu satu per satu keluarga dan teman dekat bergantian menaburkan bunga di atas tanah pemakaman yang masih merah itu.

Setelah selesai, petakziah mulai meninggalkan makam. Tidak terkecuali Rafqi dan keluarganya. Mereka langsung menuju kendaraan dan segera keluar dari area pemakaman.

Kasak kusuk terdengar di antara para pelayat yang ikut mengantar dan menyaksikan pemakaman almarhumah istri dari Rafqi. Hampir semua orang bertanya penyebab kecelakaan yang di alami oleh Puspa. Mereka tentu heran mengapa wanita itu pergi sendiri, tanpa di dampingi suami dan anaknya. Tidak sedikit dari mereka yang langsung berspekulasi bahwa Puspa pergi berselingkuh lalu mengalami kecelakaan. Sebagian dari mereka terang-terangan menghujat dengan kata-kata yang tidak seharusnya padahal semua belum jelas. Bahkan Rafqi Aulian Darmawan, sang suami saja belum tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Bukankah seharusnya kita tidak boleh membicarakan hal yang buruk orang yang meninggal saat kita sedang bertakziah. Kita hanya boleh membicarakan tentang kebaikannya saja agar orang yang meninggal itu di permudah jalannya di sana.

Rafqi dan keluarga tentu saja tahu dan mendengar semua itu. Mereka hanya berusaha bersabar saja. Toh, tidak ada gunanya juga menjelaskan kepada orang-orang itu karena rumor tentang perselingkuhan Puspa sudah terlanjur menyebar. Fokus keluarga saat ini hanya mendoakan almarhumah agar mendapat terbaik di sisi-Nya.

Mobil sudah sampai di rumah Rafqi tetapi tidak bisa masuk dan hanya berhenti di jalan komplek. Halaman rumah masih ada tenda dan kursi bekas para pelayat tadi. Tampak juga karangan bunga dari teman,saudara dan rekan kerja yang bejajar di jalan yang terletak di depan kediaman lelaki itu.

Rafqi terlebih dahulu turun, dia meninggalkan keluarganya begitu saja tanpa sepatah kata. Dari wajahnya jelas terlihat jika banyak yang sedang menjadi beban pikiran lelaki itu. Bukan hanya tentang Puspa, tetapi juga Annasya Adreena Saila, putri semata wayangnya yang baru berusia tiga tahun.

Sampai di kamar Rafqi langsung membersihkan diri. Badannya lelah, begitu juga pikirannya. Tidak sampai lima belas menit kemudian lelaki itu telah keluar dari kamar mandi dengan handuk kecil untuk mengeringkan rambutnya. Dia memeriksa ponsel yang nyaris tidak dibuka sejak semalam dan membaca satu persatu pesan dan email yang masuk.

Tok.Tok.Tok.

"Raf," panggil halimah dari balik pintu.

Gegas Rafqi bangkit dan menuju ke arah pintu. "Ya, Mah. Sebentar."

Pintu terbuka, Halimah berdiri sambil menggendong seorang balita yang terlihat baru bangun tidur.

"Nasya kenapa, Mah? Rewel?" tanya Rafqi.

Halimah menggeleng. "Enggak, kok. Mama cuma mau bawa dia aja. Kasihan dari kemarin sama Wati terus."

Rafqi mengangguk lalu mengambil Nasya ari gendongan neneknya. "Mama sama Papanya Puspa masih di sini, Ma?" tanya Rafqi setelah Nasya berada dalam gendongannya.

"Masih, kemungkinan mereka bakalan menginap di sini." jawab Halimah.

"Ouh," gumam Rafqi, "Mama kalau capek istirahat saja, biar Nasya sama aku." tawar lelaki itu.

"Daripada Mama, kamu lebih capek, Raf. Udah istirahat sana, jangan banyak pikiran. Hadapi semua dengan sabar, ya!" nasihat ibu dari tiga orang anak itu.

"Iya, Ma," jawab Rafqi. Lelaki itu kemudian mengarahkan pandangan ke Nasya, putri kecilnya yang sedang asyik memainkan boneka di tangannya. "Nasya sama Nenek dulu, ya. Papa mau istrahat bentar, nanti main lagi."

Balita itu hanya memandang wajah papa dan mengedipkan mata membuatnya terlihat sangat menggemaskan. Rafqi pun mencium kedua pipi putrinya itu lalu menyerahkannya kepada Halimah.

"Mah, nitip Nasya, ya. Kepalaku memang agak pusing, mungkin efek semalaman nggak tidur," pinta Rafqi.

Halimah tersenyum sambil mengangguk. "Ya sudah, Mamah bawa Nasya keluar dulu biar senang. Tadi Mama cuma pingin Nasya lihat kamu aja, kata Wati tadi nyari Papa." Selesai berkata ibu dar Rafqi itu berbalik dan melangkah pergi. Di dalam gendongannya Nasya hanya diam saja sambil terus memainkan boneka Teddy kesayangannya.

Rafqi memandang Mamanya yang berjalan menjauh, tiba-tiba dia merasa sedih mengingat Nasya. Anaknya mungkin belum mengerti jika saat ini mamanya sudah tidak ada lagi di sampingnya. Walau selama ini Nasya memang lebih sering berama pengasuh dari pada Mamanya, tetapi bukan berarti mereka tidak dekat.

Rafqi mendesah untuk mengurai sesak yang ada di dadanya, kemudian berbalik dan masuk ke kamar. Dia butuh istirahat barang sejenak. Banyak yang masih harus dia selesaikan nanti.

Kini lelaki itu sudah berbaring di ranjangnya, menatap langit-langit kamar seolah di sana ada jawaban dari semua tanya yang ada dalam pikirannya. Matanya ingin terpejam tetapi pikirannya kembali melayang. Dia sedang berpikir bagaimana caranya untuk menghentikan rumor yang terlanjur beredar tentang Puspa, mendiang istrinya. Musibah ini benar-benar tidak terbayangkan olehnya. Pernikahannya dengan Puspa baru akan menginjak usia lima tahun, tetapi jujur saja belum banyak yang dia ketahui tentang wanita itu. Mereka sama-sama sibuk, Rafqi sibuk bekerja dan Puspa sibuk mengurus usahanya.

Tiga hari yang lalu Puspa berpamitan untuk pergi ke luar kota untuk urusan bisnis. Seperti biasa Rafqi mengijinkan tanpa banyak bertanya. Dia hafal perangai Puspa jika terlalu banyak ditanya, apalagi dilarang. Namun semalam dia sangat terkejut saat mendapat kabar dari kepolisian jika istrinya mengalami kecelakaan di daerah Puncak dan lebih terkejut lagi saat mengetahui Puspa meninggal saat perjalanan ke rumah sakit. Rafqi tidak merasakan firasat apapun sebelumnya jadi saat Puspa berpamitan dia hanya menjawab seperti biasa. Bahkan saat istrinya hanya beberapa kali mengirim kabar, dia pun membalas sekedarnya karena takut mengganggu wanita itu.

Namun ada hal lain yang membuat lelaki itu seakan tidak percaya yaitu Puspa mengalami kecelakaan bersama seorang lelaki yang dia tidak kenal. Juga mobil itu bukan milik Puspa dan kemungkinan adalah milik lelaki yang ikut tewas bersama mendiang istrinya. Rafqi harus siap menghadapi pertanyaan orang-orang tentang hal itu. Tadi memang belum ada yang bertanya langsung, mungkin karena masih dalam suasana duka. Namun besok dia yakin pertanyaan itu akan muncul.

"Danu Baskara," gumam Rafqi.

Di tengah kantuk yang mulai menyerang Rafqi meraih ponsel yang ada di atas nakas tak jauh dari ranjangnya. Dengan cepat dia menggulir layar ponsel dan mencari nomor kontak seseorang. Setelah menemukan Rafqi segera menghubungi nomor tersebut. Tidak menunggu lama, panggilannya langsung diterima oleh seseorang di seberang sama.

"Hallo Vid. Kamu cari tahu tentang Danu Baskara! Apa hubungan lelaki itu dengan Puspa. Besok saya tunggu laporannya!"

Tanpa menunggu jawaban atau pun kesanggupan dari orang yang di ajak bicara, Rafqi langsung memutus sambungan telepon itu begitu saja. Dia kembali meletakkan ponselnya di atas nakas. Perlahan lelaki itu memejamkan matanya. Badannya lelah, pikirannya lelah, apalagi hatinya. Dia hanya berharap David bisa memberikan informasi yang dia inginkan dan semoga dugaannya tentang Puspa dan lelaki yang bernama Danu salah.

Bab terkait

  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 3

    Tujuh hari sudah berlalu, sebenarnya Zia masih belum bisa percaya dengan kenyataan ini. Terkadang dia masih menganggap Danu hanya pergi ke luar kota untuk bekerja dan akan pulang besok atau lusa. Selama tujuh hari ini, ayah dan adiknya masih setia menemani. Mereka takut kalau di tinggal sendirian Zia akan merasa kesepian dan sangat sedih atau bahkan melakukan hal yang tidak terduga."Zia, kapan kamu akan datang ke kantor almarhum Danu?" tanya Ramat."Mungkin besok, Yah. Kemarin bagian HRD kantor sudah telepon dan berkata jika ada beberapa dokumen yang memerlukan tanda tangan Zia," jawab putri sulung dari Rahmat."Mau Ayah temani?" tawar Rahmat."Tidak usah, Zia bisa sendiri, Yah," tolak Zia, dia tidak mau merepotkan sang ayah."Lalu tentang wanita yang bersama Danu di dalam mobil itu, apa ada pihak keluarga yang menghubungi kamu, Zi?" tanya Rahmat hati-hati, takut menyinggung perasaan putri sulungnya.Zia menggeleng, "Tidak, Yah. Dari pihak kepolisian hanya menjelaskan kalau wanita te

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-21
  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 4

    "Heh, Raf! Sebenarnya mama kenapa? Kok bisa sampai begini?" Rifda, si sulung bertanya sambil berkacak pinggang di depan adik bungsunya."Ya mana aku tahu, Mbak." Papa dari Nasya belum berani berterus terang."La terus, kok bisa darah tingginya kambuh, sampai pingsan juga?" Rifda jelas tidak percaya karena sebelum mendapat kabar Mamanya masuk rumah sakit, dia baru saja melakukan video call."Mungkin mama kecapean terus kurang istirahat jadi darahnya naik." Bungsu dari tiga bersaudara itu beralasan."Aku gak yakin, pasti kamu nyembunyiin sesuat?" kata Rifda sambil memicingkan mata ke arah adiknya.Aditya Darmawan merasa jengkel mendengar perdebatan kedua anaknya. Bukannya berdoa agar sang ibu cepat sembuh, malah bertengkar. "Rifda, Rafqi, sudah! Masalah itu bisa di bahas nanti, 'kan?" bentak ayah tiga anak it dan membuat kedua anak itu terdiam.Tidak lama kemudian seorang dokter keluar dari ruang IGD, mereka bertiga pun langsung mendekat."Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" tanya Adity

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-23
  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 5

    Sekitar pukul lima sore, Rafqi sampai di kediamannya. Sebenarnya Aditya sudah memintanya pulang sejak siang tadi, tetapi tentu saja dia tidak mau. Dia tentu merasa khawatir dengan keadaan mamanya. Setelah selesai membersihkan diri, Rafqi keluar kamar untuk mencari putri semata wayangnya."Wati!" panggil Rafqi."Ya, Pak," pengasuh dari Nasya itu menjawab."Nasya rewel?" tanya Rafqi sambil meminta putri kecilnya dari gendongan sang pengasuh."Tidak, Pak. Seperti biasa saja," jawab Wati.Rafqi hanya mengangguk, kini Nasya sudah ada dalam gendongannya dan lelaki itu bermaksud beranjak dari sana, tetapi urung saat mendengar suara Wati"Pak, bolehkah meminta waktunya sebentar, ada sesuatu yang ingin saya sampaikan?" pinta pengasuh Nasya iyu.Rafqi menoleh sekilas kemudian mengangguk. Dia mengurungkan niatnya untuk bermain dengan Nasya di gazebo dekat kolam renang karena Wati terlihat ingin menyampaikan hal yang penting. Kemudian dia melangkah ke ruang keluarga yang terletak tidak jauh dari

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-23
  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 6

    Pagi ini Zia terkejut dengan kedatangan seorang pria yang mengaku orang suruhan dari suami wanita yang tewas di dalam mobil bersama Danu. Apalagi lelaki itu membawa sejumlah bukti transfer dari wanita bernama Anggraeni Puspa Cantika. Bagaimana dia tidak kaget, almarhum suaminya memakai uang wanita itu dengan jumlah yang sangat fantastis. Lima ratus juta rupiah lebih? Untuk apa uang sebanyak itu?"Maaf, Bu Zia, jadi bagaimana? Kira-kira kapan Ibu bisa mengembalikan uang itu?" tanya lelaki bernama David itu.Zia yang masih setengah bingung hanya memandang David dengan tatapan kosong, bahkan suara lelaki itu tidak dia dengar sama sekali."Ekhm ....." David berdehem."Ya? Ba-bagaimana, Pak?" tanya Zia dengan suara sedikit tergagap.David tersenyum rikuh, walaupun dia pernah berada dalam dunia hitam yang keras, tetapi hatinya tidak tega melihat Zia. Ah, seandainya bukan karena tugas dan kewajibannya sebagai anak buah dari Rafqi, sudah pasti dia akan menolak. "Ekhm, kapan Ibu bisa membayar

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-25
  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 7

    Rafqi menunduk dalam saat Aditya, papanya menatapnya tajam seolah meminta penjelasan. Rupanya lelaki yang menjadi panutannya selama ini itu sudah mengetahui semua rahasia yang dia sembunyikan dengan Puspa."Jadi kamu sudah tahu sejak kapan?" tanya Aditya."Sudah lama, Pah." jawab Rafqi singkat."Keluarga Puspa tahu tentang laki-laki itu?"Rafqi menggeleng, "Kalau itu, Rafqi nggak tahu, Pa."Aditya mendesah, seolah mencoba melepaskan beban yang ada di hatinya. Mata tuanya menerawang jauh, ada sorot kekecewaan di sana."Seandainya kecelakaan ini tidak terjadi, mau sampai kapan kalian akan bermain sandiwara?" tanya Additya lagi.Rafqi menggaruk lehernya yang tentu saja tidak gatal sama sekali. Lelaki itu tidak tahu akan menjawab apa."Papa akui, akting kalian sangat bagus, drama yang kalian buat benar-benar sempurna telah menipu kami!""Pa ... ""Sudahlah, toh semua sudah berakhir, walau dengan tragis. Lalu untuk apa kamu meminta wanita itu untuk mengembalikan uang yang sudah diberikan P

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-28
  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 8

    "Astagfirullahal'adzim," pekik Zia saat membaca pesan dari ponselnya."Kenapa Zi?" tanya Rahmat penasaran karena melihat ekspresi anak sulungnya."Mama masuk rumah sakit, Yah.""Mama?" "Iya, Mama, Yah. Mamanya Mas Danu," terang Zia."Lho, kenapa? Sakitnya kambuh?""Nggak tahu, Pa. Dani cuma bilang kalau Mama masuk rumah sakit semalam.""Terus kamu mau ke sana, Nak?"Zia mengangguk, "Iya, Pa. Kasihan mama. Walaupun Mas Danu udah nggak ada bukan berarti hubungan kami putus begitu saja, kan, Yah?"Rahmat tersenyum memdengar jawaban anak perempuannya. Di dalam hati lelaki itu merasa bangga dengan sikap Zia yang tidak berubah kepada ibu mertuanya itu."Iya, Nak, kita tetap harus menjaga tali silaturahmi bagaimanapun keadaannya.""Iya, Yah," jawab Zia sambil mengangguk.***Nazia masih duduk di kursi samping ranjang pasien. Di atas tempat tidur seorang wanita yang terlihat kurus dengan rambut yang telah berubah warna tampak memejamkan mata. Ya, dia adalah Laela, ibu dari Danu.Nazia masih m

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-16
  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 9

    Rafqi dan David tiba di teras rumah Zia dan langsung menuju ke pintu rumah. Tanpa menunggu perintah dari bosnya, David segera mengetuk pintu. Beberapa kali mengetuk dan tidak ada jawaban membuat kedua lelaki itu saling pandang."Kamu udah kasih tahu dia kalau mau ke sini, 'kan, Vid?" tanya Rafqi."Sudah, kemarin 'kan aku udah ngomong langsung ke dia kalau mau ke sini sama Bos," jelas David."Kok kelihatannya rumahnya kosong?""Sepertinya begitu.""Kemarin kamu bilang nggak mau ke sini jam berapa?" tanya Rafqi lagi. David hanya menggeleng."Huh! Kamu kaya bukan profesional aja, sih, Vid! Harusnya kamu bilang ke dia, kita mau ke sini jam berapa!""Lah, bukannya Bos kemarin belum bisa mastiin mau ke sini jam berapa?""Ya maklumlah aku kan orang sibuk, Vid!" jawab Rafqi tidak mau kalah.David mendengkus pelan mendengar jawaban dari bosnya."Yaudah ngapain diem aja! Coba kamu telpon atau chat!" perintah Rafqi.David tidak menjawab, lelaki itu kemudian mengeluarkan ponsel dari sakunya. Men

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-17
  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 10

    Tergopoh, Zia segera menghampiri dua orang itu, bahkan wanita itu sampai lupa membuka dan mengembalikan helm milik ojeg yang baru saja dia tumpangi. Istri mendiang Danu itu baru saja akan menyapa Rafqi dan David, tetapi urung ketika mendengar sebuah suara."Mba! Tunggu! Ongkosnya belum, main pergi aja!" seru pengemudi ojeg online.Seketika Zia menepuk jidat yang masih tertutup helm, kemudian wanita itu membalikkan Badan, melepas helm lalu mengembalikannya kepada driver ojek online tadi."Aduh, maaf, Mas, saya buru-buru sampai lupa. Ini helm sama ongkosnya. Terima kasih," ucap Zia terburu-buru dan sedikit malu karena dari ekor matanya dia bisa melihat David dan Rafqi memperhatikannya."Iya, sama-sama, Mba." Setelah menerima helm dan uang dari Zia, pengemudi ojeg online langsung menstarter motornya dan meninggalkan halaman rumah Zia.Perlahan Zia kembali membalikkan badan dan melangkah ke arah dua lelaki yang telah menunggunya kini. Dadanya sedikit berdebar karena sekilas dia sudah mel

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-19

Bab terbaru

  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 14

    Suasana ruang inap Halimah mendadak menjadi tegang setelah kehadiran dua orang yang tak lain adalah Papa dan Mama almarhum Puspa. Mereka berdua berencana menjenguk Halimah setelah mendengar kabar jika perempuan itu sakit. Namun saat secara tidak sengaja mendengar pembicaraan antara Rafqi dan papanya, mereka menjadi penasaran dan curiga. Mengapa Rafqi mengenal bahkan mendatangi istri dari lelaki yang tewas bersama almarhum putri mereka yaitu Puspa? Apakah mereka memang saling kenal sebelumnya? Atau bahkan mungkin mereka mempunyai hubungan khusus?Otak tua Gunawan, papa dari almarhum Puspa mendadak dipenuhi dengan berbagai pertanyaan dan kecurigaan. Mungkinkah apa yang menimpa Puspa merupakan sebuah kesengajaan? Bagian dari rencana seseorang yang tidak suka dengan anaknya itu? Ah! Gunawan benar-benar penasaran dan tidak sabar untuk menanyakan kepada menantunya itu."Sebenarnya kamu kenal sama lelaki yang bernama Danu itu, Raf?" tanya Gunawan.Rafqi menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 13

    Zia memutuskan untuk kembali ke rumah sakit, menengok Laila, ibu mertuanya. Dia takut jika tiba-tiba Rafqi menyuruhnya segera bekerja esok hari. Wanita itu melangkah pelan menuju ruang perawatan sambil berfikir bagaimana cara menjelaskan kepada Dani tentang pekerjaannya, juga tentang Rafqi."Lo, Mbak Zia balik lagi?" "Eh! Iya, kan tadi belum sempet ngobrol plus pamitan sama mama," jawab Zia sedikit terbata karena kaget."Ya ampun, kan bisa besok. Mbak 'kan jadi cape bolak-balik.""Nggak cape, lah, Dan. Emang aku jalan apa dari rumah!" Zia mencoba bercanda.Dani terkekeh mendengar jawaban Zia, "Duh, nggak kebayang kalau Mbak jalan dari rumah kesini."Zia hanya menanggapi perkataan Dani dengan senyuman sambil terus memasuki ruang rawat inap ibu dari Danu, almarhum suaminya."Kamu dari mana, Dan?" Dani memperlihatkan keresek berisi makanan dan minuman yang baru saja dia beli, "Baru beli ini di depan, Mbak.""Loh, kamu belum makan?" kaget Zia."Hehehe, belum Mbak."Sampai di ranjang tem

  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 12

    Dalam perjalanan dari rumah Zia menuju rumah sakit, Rafqi dan David sama-sama terdiam. Mereka berdua larut dalam pikiran masing-masing."Kamu lagi mikirin apa, Vid?" Akhirnya Rafqi tidak tahan. Tidak biasanya mereka berdua saling diam saat bersama seperti ini. Jika hanya berdua atau hanya bersama supir Rafqi tidak pernah bersikap seperti Bos karena dia menganggap David adalah sahabtanya. Hanya saat di kantor atau bertemu dengan klien meraka berdua terlihat seperti atasan dan bawahan."Nggak mikir apa-apa." jawab David."Terus kenapa kamu diam saja dari tadi? Sariawan?"Mendengar pertanyaan Rafq, David hanya menggeleng."Nggak usah bohong, Vid!"Walaupun sudah dipaksa oleh Rafqi tetapi David tetap bungkam. Lelaki itu hanya fokus pada kemudi dan jalan yang sedikit macet siang ini."Apa ada hubungannya dengan Zia?" tebak Rafqi to the point.David tetap terdiam. Entah mengapa dia tidak ingin membahas hal terrsebut saat ini."Kenapa kamu begitu mencemaskan wanita itu?" Walaupun David tidak

  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 11

    Suasana di ruangan itu mendadak sunyi setelah kehadiran lelaki yang tidak lain adalah ayah dari Zia."Maaf Pak Rafqi, jika jumlahnya sebanyak itu kami tidak bisa lgs mengembalikannya." Suara Rahmat tiba-tiba terdengar di tengah kesunyian.Rafqi pura-pura berpikir sebelum menjawab, hal itu tentu membuat David sedikit jengah."Ekhm," dehem David."Saya paham akan hal itu, Pak," kata Rafqi"Jadi, bagaimana kami harus membayarnya?" tanya Rahmat kemudian."Begini, saya punya penawaran untuk Bu Zia, Pak.""Penawaran?" Zia dan ayahnya bertanya bersamaan."Ekhm, jadi aya ingin menawarkan pekerjaan untuk Bu Zia.""Pekerjaan?" heran Zia dan Rahmat bersamaan."Iya, pekerjaan. Saya tahu Bu Zia membutuhkannya saat ini bukan?" tanya Rafqi penuh keyakinan.Zia mengangguk, sementara ayahnya hanya memandang Rafqi dengan penuh kecurigaan."Saat ini saya sedang membutuhkan seorang pengasuh untuk menjaga putri saya." Rafqi sengaja menjeda kalimatnya untuk melihat reaksi Zia. Wanita itu terlihat diam dan

  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 10

    Tergopoh, Zia segera menghampiri dua orang itu, bahkan wanita itu sampai lupa membuka dan mengembalikan helm milik ojeg yang baru saja dia tumpangi. Istri mendiang Danu itu baru saja akan menyapa Rafqi dan David, tetapi urung ketika mendengar sebuah suara."Mba! Tunggu! Ongkosnya belum, main pergi aja!" seru pengemudi ojeg online.Seketika Zia menepuk jidat yang masih tertutup helm, kemudian wanita itu membalikkan Badan, melepas helm lalu mengembalikannya kepada driver ojek online tadi."Aduh, maaf, Mas, saya buru-buru sampai lupa. Ini helm sama ongkosnya. Terima kasih," ucap Zia terburu-buru dan sedikit malu karena dari ekor matanya dia bisa melihat David dan Rafqi memperhatikannya."Iya, sama-sama, Mba." Setelah menerima helm dan uang dari Zia, pengemudi ojeg online langsung menstarter motornya dan meninggalkan halaman rumah Zia.Perlahan Zia kembali membalikkan badan dan melangkah ke arah dua lelaki yang telah menunggunya kini. Dadanya sedikit berdebar karena sekilas dia sudah mel

  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 9

    Rafqi dan David tiba di teras rumah Zia dan langsung menuju ke pintu rumah. Tanpa menunggu perintah dari bosnya, David segera mengetuk pintu. Beberapa kali mengetuk dan tidak ada jawaban membuat kedua lelaki itu saling pandang."Kamu udah kasih tahu dia kalau mau ke sini, 'kan, Vid?" tanya Rafqi."Sudah, kemarin 'kan aku udah ngomong langsung ke dia kalau mau ke sini sama Bos," jelas David."Kok kelihatannya rumahnya kosong?""Sepertinya begitu.""Kemarin kamu bilang nggak mau ke sini jam berapa?" tanya Rafqi lagi. David hanya menggeleng."Huh! Kamu kaya bukan profesional aja, sih, Vid! Harusnya kamu bilang ke dia, kita mau ke sini jam berapa!""Lah, bukannya Bos kemarin belum bisa mastiin mau ke sini jam berapa?""Ya maklumlah aku kan orang sibuk, Vid!" jawab Rafqi tidak mau kalah.David mendengkus pelan mendengar jawaban dari bosnya."Yaudah ngapain diem aja! Coba kamu telpon atau chat!" perintah Rafqi.David tidak menjawab, lelaki itu kemudian mengeluarkan ponsel dari sakunya. Men

  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 8

    "Astagfirullahal'adzim," pekik Zia saat membaca pesan dari ponselnya."Kenapa Zi?" tanya Rahmat penasaran karena melihat ekspresi anak sulungnya."Mama masuk rumah sakit, Yah.""Mama?" "Iya, Mama, Yah. Mamanya Mas Danu," terang Zia."Lho, kenapa? Sakitnya kambuh?""Nggak tahu, Pa. Dani cuma bilang kalau Mama masuk rumah sakit semalam.""Terus kamu mau ke sana, Nak?"Zia mengangguk, "Iya, Pa. Kasihan mama. Walaupun Mas Danu udah nggak ada bukan berarti hubungan kami putus begitu saja, kan, Yah?"Rahmat tersenyum memdengar jawaban anak perempuannya. Di dalam hati lelaki itu merasa bangga dengan sikap Zia yang tidak berubah kepada ibu mertuanya itu."Iya, Nak, kita tetap harus menjaga tali silaturahmi bagaimanapun keadaannya.""Iya, Yah," jawab Zia sambil mengangguk.***Nazia masih duduk di kursi samping ranjang pasien. Di atas tempat tidur seorang wanita yang terlihat kurus dengan rambut yang telah berubah warna tampak memejamkan mata. Ya, dia adalah Laela, ibu dari Danu.Nazia masih m

  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 7

    Rafqi menunduk dalam saat Aditya, papanya menatapnya tajam seolah meminta penjelasan. Rupanya lelaki yang menjadi panutannya selama ini itu sudah mengetahui semua rahasia yang dia sembunyikan dengan Puspa."Jadi kamu sudah tahu sejak kapan?" tanya Aditya."Sudah lama, Pah." jawab Rafqi singkat."Keluarga Puspa tahu tentang laki-laki itu?"Rafqi menggeleng, "Kalau itu, Rafqi nggak tahu, Pa."Aditya mendesah, seolah mencoba melepaskan beban yang ada di hatinya. Mata tuanya menerawang jauh, ada sorot kekecewaan di sana."Seandainya kecelakaan ini tidak terjadi, mau sampai kapan kalian akan bermain sandiwara?" tanya Additya lagi.Rafqi menggaruk lehernya yang tentu saja tidak gatal sama sekali. Lelaki itu tidak tahu akan menjawab apa."Papa akui, akting kalian sangat bagus, drama yang kalian buat benar-benar sempurna telah menipu kami!""Pa ... ""Sudahlah, toh semua sudah berakhir, walau dengan tragis. Lalu untuk apa kamu meminta wanita itu untuk mengembalikan uang yang sudah diberikan P

  • Ketika Cinta Telah Memilih   Bab 6

    Pagi ini Zia terkejut dengan kedatangan seorang pria yang mengaku orang suruhan dari suami wanita yang tewas di dalam mobil bersama Danu. Apalagi lelaki itu membawa sejumlah bukti transfer dari wanita bernama Anggraeni Puspa Cantika. Bagaimana dia tidak kaget, almarhum suaminya memakai uang wanita itu dengan jumlah yang sangat fantastis. Lima ratus juta rupiah lebih? Untuk apa uang sebanyak itu?"Maaf, Bu Zia, jadi bagaimana? Kira-kira kapan Ibu bisa mengembalikan uang itu?" tanya lelaki bernama David itu.Zia yang masih setengah bingung hanya memandang David dengan tatapan kosong, bahkan suara lelaki itu tidak dia dengar sama sekali."Ekhm ....." David berdehem."Ya? Ba-bagaimana, Pak?" tanya Zia dengan suara sedikit tergagap.David tersenyum rikuh, walaupun dia pernah berada dalam dunia hitam yang keras, tetapi hatinya tidak tega melihat Zia. Ah, seandainya bukan karena tugas dan kewajibannya sebagai anak buah dari Rafqi, sudah pasti dia akan menolak. "Ekhm, kapan Ibu bisa membayar

DMCA.com Protection Status