Home / Rumah Tangga / Ketika Adikku Inginkan Suamiku / Bab 3. Aku Mau Tau Reaksinya, Bila Aku Menyerah Mencintainya

Share

Bab 3. Aku Mau Tau Reaksinya, Bila Aku Menyerah Mencintainya

last update Last Updated: 2024-12-10 16:48:41

****

Gegas aku keluar dari toko. Agak ragu, untuk melangkah menuju rumah.

“Hey, Diky! Ke sini!”

Aku menoleh, Andi dan Rani berjalan menuju mobil. Di belakangnya Bik Yerti.

Aku mendekat, Andi mengeluarkan berbagai wadah dari dalam mobil.

“Kok, telat? Prose lamarannya sudah selesai. Sekarang acara makan siang bersama. Bantuin ngangkat makanan ini ke dalam rumah, tolong!” kata Andi.

“Maaf, aku telat,” ucapku menerima wadah yang paling besar, dan membawanya ke dalam.

Kupindai seluruh ruangan tengah. Mereka duduk di atas tikar yang dihamparkan di atas lantai.  Mungkin karena jumlah orangnya banyak, sehingga makan siang itu dihidangkan di atas tikar, bukan di meja makan.

Wajah Mala tak terlihat, hanya Melur yang menyambutku dengan senyuman.

“Dia sudah enggak nangis. Dia ada di dapur, mengambil piring dan gelas, temui sana!” keta Melur berbisik.

Aku menurut, setelah menyalami semuanya. Melur sempat memperkanalkanku kepada Rehan abangnya. Cepat aku berjalan menuju dapur.

Malaku sedang mengeluarkan piring dari dalam lemari kaca, ditumpuknya jadi satu. Aku melangkah mengendap, lalu berdiri tepat di belakangnya. Pelan kupeluk pinggangnya dari belakang.

“Eh … Mas! Kamu …?” sergahnya berbalik setelah berhasil melepaskan pelukanku.

“Aku kangen … enggak tahan  … makanya aku nyusul, maaf, ya?” kataku dengan suara yang kubuat-buat. Persis seperti anak kecil yang  meminta dibelikan sesuatu oleh ibunya.

“Aneh! Pacar bukan, istri bukan, dikangenin!” katanya meneruskan pekerjaannya.

“Lho, kita pacaran, kan? Semua orang taunya kita pacaran, lho? Kalau orang pacaran pasti kangen-kangenan, dong!” tuntutku tetap tersenyum menggodanya.

“Mas, kita pacarannya cuma bohongan, kalau di depan orang banyak aja. Dan satu lagi, hanya sampai Melur dan Reno sah lamaran. Hari ini mereka sudah sah lamaran, kan? Berarti kontrak pacaran kita selesai. Ok, kita putus!”

“Ok, kita putus, sekarang kita enggak pacar kontrak lagi, kan? Aku mau cari pacar yang sesungguhnya sekarang. Boleh, kan?” tantangku sengaja ingin tahu reaksinya.

“Boleh, dong. Silahkan!” jawabnya terlihat semringah.

“Kamu enggak cemburu, misal aku jalan sama cewek lain?” tantangku.

“Enggak bakal, justru aku akan senang sekali. Bisa terbebas dari kejaranmu. Tapi, aku mau ucapin terima kasih dulu, ya, beberapa bulan ini sudah jadi pacar pura-puraku. Usaha kita juga tidak sia-sia, Melur dan Reno sudah bersatu. Tugasmu sudah selesai. Semoga kamu segera menemukan kekasih yang sesungguhnya, ya, Mas!”

Bah!  Mala bisa berkata seperti itu? Oh, benar-benar, berarti tak ada harapan untukku. Tapi, masa iya, sih, sedikitpun tak ada rasa di hatinya? Ok, meskipun tak sebesar rasa cintanya kepada Reno, aku yakin sekali dia memiliki rasa sedikit saja untukku. Buktinya dia memilih aku yangmenjadi pacar pura-puranya.

Bukankah banyak cowok lain  di sekitarnya. Kenapa dia memilih aku, coba?  Aku yakin  dia memilihku, karena ada sesuatu  di hatinya. Hanya saja, dia tidak mau mengakuinya, atau memang sengaja dihilangkannya. Ok, akan kupikirkan nanti, bagaimana cara mengujinya.

“Piringnya mana?” Rani  menyusul ke dapur.

“Oh, iya. Ini, udah selesai.”

“Yuk, angkat!”

Makan siang itu berlangsung dengan santai penuh kekeluargaan. Melur dan Reno terlihat begitu bahagia. Malaku juga sama, dia terlihat ikut berbahagia, keikhlasan terpancar nyata. Senyumannya begitu tulus,  meski  ada duka di hatinya.

*

Setelah acara bubar, semua kembali pulang ke Medan. Untuk menyempurnakan sandiwara kami, Mala terpaksa pulang denganku. Saat pamit,  dipesankannya kepada Melur, agar segera mencari tenaga kasir baru. Alasanya karena mulai sibuk menyambut Ujian Semester kuliahnya.

Alasan yang sangat masuk akal. Melur mungkin percaya. Tapi, aku tidak. Itu hanyalah alasan agar segera menjauh dari kehidupan sahabatnya. Menghindar dari Reno cinta matinya. Tujuannya sudah tercapai, menyatukan Melur dan Reno.  Tugasku sebagai pacar pura-pura pun, sudah berakhir.

“Pegangan yang kencag, dong!” perintahku saat motor yang kami kendarai mulai memasuki jalan raya padat kendaraan.

“Ini udah!” tukasnya tetap tak mau merapatkan tubuh.

“Gimana kesan-kesannya selama menjadi pacar pura-puraku?” tanyaku melambatkan laju motor.

“Biasa aja,” jawabnya datar.

“Kira-kira apa ya, yang kurang dariku,agar bisa kuperbaiki saat menjalin hubungan yang benar-benar  nanti?”

“Mungkin, apa, ya? Aku enggak tahu, bagiku enggak ada yang kurang. Entah kalau sama pacar kamu yang sungguhan nanti.”

“Jadi kita udah enggak ada hubungan sekarang, ya?” pancingku.

“Enggak. Kita hanya teman sekarang,” jawabnya dengan nada sangat tegas.

Sakit hatiku mendengarnya.  Aku tak boleh putus asa. Cinta perlu diperjuangkan. Reno dan Melur saja, penuh perjuangan hingga berhasil sampai proses lamaran. Aku akan berbuat yang sama.  Masing-masing pasangan, tentu berbeda-beda tantangannya.

“Mala, aku udah nolongin kamu menyatukan sahabatmu. Aku sebenarnya enggak minta konpensasi, sih. Aku ikhlas menolongmu. Tapi, kalau aku butuh bantuanmu juga, kira-kira, mau enggak bantu aku?” tanyaku mulai memasang strategi.

“Boleh, asal tidak memberatkan.”

“Enggak berat, sih. Tapi, bagiku penting banget.”

“Bilang aja! Aku enggak kerja lagi  di toko Melur, artinya aku punya banyak waktu luang sekarang. Aku bisa bantu kamu, asal itu enggak berat banget.”

“Gini, keluargaku maksa aku terus cepat-cepat nikah. Kata mereka umurku hampir kepala tiga. Duh! Aku pusing ngadapin tuntutan mereka.”

“Ya, udah, nikah aja! Susah amat?” jawabnya enteng.

“Masalahnya aku belum nemukan cewek yang aku cintai, La. Cuma kamu satu-satunya pilihanku. Tapi, karena kamu tetap enggak mau nerima aku, terpaksa, aku akan cari cewek lain,” pancingku.

“Ya, udah, cari aja! Banyak, kok, cewek lain yang cantik-cantik, yang seperti apa pun yang kamu mau, ada. Kamu tinggal pilih.”

“Nah, itu yang susah.”

“Terus, kamu minta tolong  apa? Carikan cewek buatmu, gitu?”

“Bukan! Aku mau kamu pura-pura jadi pacar aku di hadapan keluargaku. Sama seperti saat aku pura-pura jadi pacarmu  di hadapan Melur.”

“Pacar pura-pura lagi?” sergahnya.

“Iya, biar Mama dan Papa enggak cerewet terus. Nanti kalau dituntut nikah, aku punya alasan kamu belum kelar kuliah. Aku janji, akan segera cari pacar yang sebenarnya. Mau, ya!” rengekku meniru rengekannya dulu saat memintaku jadi pacar bohongannya.

“Ok, deh. Tapi jangan lama, ya. Aku bosan berpura-pura terus,” katanya kemudian.

“Janji, enggak akan lama. Sebenarnya sekarang aku udah ada target, sih. Anaknya cantik dan baik. Tapi aku ragu, takut di tolak lagi, seperti kamu menolakku. Sakit tau, ditolak cewek terus,” kataku mulai memasang umpan.

“Oh, ya?  Kamu udah ada target, Mas? Maksudnya, kamu naksir dia, begitu?” tanyanya  agak merapatkan tubuh ke punggungku. Mungkin dia takut tidak bisa mendengar dengan jelas ucapanku.

“Aku enggak naksir. Udah kubilang, aku cintanya cuma sama kamu. Dia jadi target, demi keluargaku yang udah enggak sabar aku nikah. Toh, ngarapkan kamu, enggak ada harapan, bukan? Jadi aku coba deh,  deketin dia meski tak cinta, biar udah nikah aja, memenuhi harapan ortu.”

Mala diam, aku juga diam. Sengaja kubiarkan dia berpikir dan merenungi ucapanku. Aku mau tau reaksinya, bila aku menyerah mencintainya.

*****

Related chapters

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 4. Senjata Makan Tuan

    *****Tak terasa perjalanan telah sampai. Kutepikan motorku di depan rumahnya, sengaja tak mengantarnya masuk ke halaman.“Ok, sampai di sini, ya. Pokoknya, kalau Mama dan Papa mendesak mau kenal sama pacarku, aku akan bawa kamu. Tapi, aku pasti berusaha mendekati cewek yang kumaksud tadi. Mumpung lagi of, aku mau ke sana sekarang. Makin cepat makin baik, bukan?” kataku langsung memutar arah motor.Lama gadis itu tercenung. Dahinya mengernyit keras, sepertinya sedang sibuk berpikir dan menimbang-nimbang.“Ok, aku pergi. Doakan, semoga sukses!” ucapku bersiap-siap melajukan motor.“Mas .. tunggu!”Aku bersorak. Mala-ku, menghentikanku.Aku menoleh, Mala menatapku sekilas, lalu menunduk. Gadis yang selalu menggetarkan hatiku ini menggigit bibirnya bagian bawah. Aku tahu, dia ingin berucap, tapi masih ragu.“Kenapa? Ada yang ketinggalan?” tanyaku pura-pura lugu.“Anu, emh, kamu bilang butuh bantuan aku? Aku mau ikut … nemuin cewek itu. Nanti, aku kasih pendapat, cocok enggak dia sama k

    Last Updated : 2024-12-10
  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 5. Mala Dan Mama Bagai Bertemu Sahabat Lama

    *****“Masuk, yuk! Aku kenalin sama Papa dan Mama!” ajakku setelah dia mulai tenang.“Enggak mau, aku berdebar. Takut juga iya,” katanya tetap menolak.“Berdebar kenapa? Takut apa?”“Kamu masuk aja! Aku nunggu di sini!”“Enggak bisa! Paling kamu ngintip lagi!”“Mas …!” Mala menatapku, kubalas menatap tepat di manik-manik matanya. Gadis itu menunduk. Baru kali ini, dia menunduk saat kutatap. Biasanya balas menatap, lalu membuang pandangannya. Sama sekali tak ada respon dari sorot matanya. Kenapa kali ini berbeda? Apakah sesuatu telah terjadi padanya?“Mala … kenapa?” tanyaku lembut. Ingin sekali kuraih tanganya, meremas lembut jemarinya. Tetapi aku takut, pasti dia akan segera menolak seperti biasanya.“Mas, gadis yang bernama Dyah itu, manis, ya?” lirihnya tiba-tiba. Dia berkata masih dengan menunduk.“Kamu melihatnya?” tanyaku dengan dada berdebar. Entah kenapa, aku begitu bahagia, mendengar kalimatnya. Sepertinya harapan baru telah mekar, karena kulihat rona cemburu di wajah jel

    Last Updated : 2024-12-10
  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 6. B0m Cinta Mel3dak Di Rumahku

    *****Sifat Mala yang seperti inilah yang membuat rasa kagumku semakin berlipat-lipat ganda. Anehnya dia bisa bersikap seperti itu kepada semua orang. Semua … orang. Kecuali aku. Kalau menghadapiku, dia selalu ketus. Kenapa, coba. Apakah dia bersikap begitu karena akulah yang paling istimewa baginya? Bah! Orang yang istimewa, kok malah disiksa.“Dagang juga pekerjaan yang mulia, Nak. Enggak masalah bagi kami, ya, kan, Ma?” Untung Papa sangat pintar menetralkan suasana. Meskipun Mala tampak tidak tersinggung, namun, tetap aku khawatir perasaannya terluka.“Udah, sore, Pa! Kita balik, yuk! Ntar kemaleman lagi,” kata istri Om Rijal tiba-tiba.“Oh, iya. Kami permisi, ya. Ayo, Diyah!” Mereka bangkit bersamaan.“Lho, kok, buru-buru. Belum hilang kangennya, lho!” kata Papa berbasa-basi.“Masih banyak waktu, lain kali kita sambung lagi.”Mereka melangkah keluar setelah saling bersalaman sekali lagi. Mama dan Papa mengantar mereka hingga teras.“Kok, enggak diantar si Diyah itu setidaknya

    Last Updated : 2024-12-19
  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 7. Menjelang Lamaran

    *****VOP MalaJujur, aku tidak mencintainya. Pemuda yang telah mengejarku sekian tahun ini sama sekali tak kuingini. Berkhayal menjado istri seorang polisi saja aku tidak pernah. Bukan karena dia kurang tampan. Bukan pula karena kurang kaya. Tidak ada yang kurang pada dirinya. Tapi, cinta tak juga mau bertaut di hati ini.Wajah Mas Reno telah memenuhi ruang di hati. Tidak ada yang bisa menggantikan posisinya. Meski tak dapat kumiliki, biarlah, dia saja yang tetap bertahta di hati ini. Cukup bayangannya, tak usah wujud nyatanya.Namun, entah kenapa ada rasa asing yang tak kupahami, saat Mas Diky akan berpaling ke wanita lain. Bukankah sangat wajar dia mencari cinta yang lain, karena cintanya tak jua tertaut di hatiku? Sementara orang tua nya sudah tak sabar lagi. Mas Diky harus segera menikah.Aku paham saat dia akan dijodohkan dengan wanita yang mereka anggap pantas mendampingi Mas Diky. Awalnya aku tak peduli, tapi saat melihat betapa manisnya gadis yang bernama Diyah i

    Last Updated : 2024-12-20
  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 8. Pria Pilihan Papa Ternyata ….

    *****"Tidak mungkin, Ma!""Mala, kau tahu, Papamu pernah stres karena dulu gagal jadi angkatan, kau tidak mau kan, dia stres lagi karena kecewa padamu? Hanya kau harapannya saat ini, Nak! Adikmu masih terlalu kecil untuk menikah.""Mas Diky juga angkatan, Ma. Lalu apa bedanya dengan lelaki pilihan Papa itu?""Bedanya, karena yang ini anak temannya. Orang yang sangat dia banggakan. Teman dia berjuang dulu. Cepat kau telpon pacarmu itu sekarang juga, suruh jemput cincinnya itu, lekas!""Mala enggak berani, Ma. Mala enggak tega.""Jadi, sama Papamu, kau tega?"Aku tercenung lama. Papa memang sangat menyayangiku, tapi dia juga sangat keras dan kejam bila sudah marah. Kata nenek, dia sempat depresi, dulu, saat gagal jadi angkatan. Tentu saja aku tak ingin dia depresi lagi. Tapi, haruskah aku mengecewakan Mas Diky.Ah, sudahlah. Toh, aku tidak mencintainya. Mas Diky akan segera menemukan penggantiku, mungkin Diyah, gadis manis tadi sore, afalah jodohnya."Mala,

    Last Updated : 2024-12-20
  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 9. Lamaran Istimewa

    *****"Kita nekat kawin lari, yuk. Kita nikah secara militer aja, mau enggak?" ajak Mas Diky terdengar makin putus asa."Emang bisa?" tanyaku menahan geli. Kedua orang tua kami menahan tawa."Iyakan aja!" bisik Papanya. Mereka sepertinya ingin mengerjai Mas Diky."Bisa, ayuklah! Mau, ya, Sayang! Tolong! Daripada suamimu mampus karena kutembak, bagus kita nekat sekarang. Iya, kan?""Kalau kau tembak suamiku, kamu masuk penjara, aku jadi janda, dong? Ntar, aku nikah lagi," ancamku sengaja mempermainkan hatinya."Aku tembak lagi!" Dia balik mengancam."Kamu penjara lagi!""Biarin!""Aku nikah lagi!""Kutembak lagi!""Panjara lagi!" 

    Last Updated : 2024-12-21
  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 10. Awal Pernikahan Dengan Seorang Tentara

    *****"Ayo, dong, dandan! Pak Penghulunya bentar lagi datang, lho!" Mas Diky mengalungkan tangannya di leherku."Mas Diky, ngapain masuk kamar, coba! Gimana aku mau dandan kalau dipeluk terus begini? Juru riasnya malah diusir keluar," protesku melonggarkan pelukannya."Aku takut, Sayang. Makanya, aku mau menjagamu dua puluh empat jam.""Takut apa?""Takut, kalau kau berubah pikiran. Karena, aku sangat paham, kau belum juga bisa menerima aku di hatimu.""Ya, enggak mungkinlah aku berubah pikiran. Secara, para tamu undangan udah pada datang, Pak Penghulu udah dalam perjalanan, masa iya, aku berubah pikiran."Wajahnya terlihat mendung, sorot mata itu kini sayu."Banyak kok kejadian, calon pengantin melarikan diri sedetik sebelum akad nikah," sergahnya dengan nada begitu serius."Jangan takut, Mas. Kalau Kak Mala melarikan diri, ada Rara yang bersedia menjadi pengantin pengganti, hehehe ...."Serempak kami menoleh ke pintu kamar. Rara adikku satu-satunya telah b

    Last Updated : 2024-12-22
  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 11.  Malam Pertama Menjelang Subuh

    *****“Kenapa, Sayang? Kamu capek? Ok, Maaf, mungkin aku yang terlalu terburu-buru,” ucap Mas Diky menegakkan tubuh, lalu bangkit dan berjalan ke kamar mandi. Terdengar suara cidukan air dari bak. Sepertinya dia mencuci muka atau membasahi kepalanya.Kurapikan kembali pakaianku yang berantakan. Meneliti tubuh yang tak karuan. Lalu duduk di bibir ranjang.Mas Diky keluar dari kamar mandi dengan kepala basah. Airnya bahkan menetes membasahi lantai. Seketika timbul rasa iba di hati. Kuraih handuk kecil dari dalam lemari, lalu bergerak mendekatinya yang kini duduk di bibir ranjang.Kukeringkan kepala dan wajah yang basah dengan lembut. Kuseka leher dan tengkuk. Mas Diky hanya pasrah, tidak ada sepatah katapun yang terucap dari bibirnya. Kepalanya mungkin sudah dingin karena siraman air yang dingin, api hatinya mungkin masih panas karena amarah

    Last Updated : 2024-12-22

Latest chapter

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 68. Ekstra part 2 (Tamat)

    ****Kuhirup udara kebebasan dalam-dalam, begitu diri ini berada di luar. Setelah tiga tahun lima bulan terkurung di balik tembok tinggi, terisolasi dari hiruk pikuknya dunia luar, kini aku kembali dipercaya untuk melanjutkan hidup.Aku tahu, masa tahanan ini cukup singkat, dibanding dengan kejahatan yang telah kulakukan. Papa dan Kak Mala, berjuang agar masa tahananku sesingkat mungkin. Padahal, andai seumur hdup di penjara pun, aku ikhlas.Bukan suatu masalah buatku, hidup di dalam penjara. Jujur, aku malah merasa, lebih baik hidup terisolasi di dalam sana dari pada terbuang di luar sini. Yah, aku pasti hidup terbuang di luar ini.Siapa yang peduli padaku, coba? Sapa yang akan mendampingi orang cacat sepertiku? Hanya akan menjadi beban buat orang lain. Bukankah lebih baik hidup di balik jeruji? Entah untuk apa Papa dan Kak Mala berj

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 67.  Ekstra Part 1

    *****POV Rara (Malam sebelum Ratna Tertusuk)“Tidur, Nak! Sudah malam, ayo!” Ibu Niken mendorong kursi rodaku menuju kamar.“Baik, Bu,” sahutku.Tante Lena dan Nenek mengikuti kami, setelah lelah berbincang tentang persiapan pernikahan Bu Niken dengan Papa esok pagi. Tante Lena dan Nenek masuk ke kamar mereka. Sedangkan aku dan BU NIken masuk ke kamar kami sendiri. Sejak aku tinggal di rumah Kak Mala, Bu Nikenlah yang merawatku. Dia sendiri yang menawarkan diri. Kmai sekamar berdua, Nennek dimintanya pindah ke kamar Tante Lena. Alasannya agar mugah melayani segala keperluanku.Sungguh tak kusangka, wanita yang pernah dihancurkan oleh Mama, justru bersikap begitu baik padaku. Saat aku tak berdaya, dia tampil sebagai. Tiada pamrih apa-apa, aku dapat merasakan ketulusan dari setiap tindakannya.Pantas Kak Mal

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 66. Gerimis di Akhir Badai

    *****POV MalaTekad Papa untuk menikahi Ibu kembali sepertinya sudah sangat bulat. Dia memenuhi janjinya pada Ibu dan nenek. Sehari setelah surat cerai untuk Mama Ratna keluar, dia langsung datang ke rumah untuk melamar Ibu. Alhamdulillah, Ibu menerima lamaran Papa.Pernikahan mereka akan diadakan seminggu lagi. Ibu tak ingin ada pesta, cukup pernikahan sederhana saja.Bertolak belakang dengan Papa dan Mama mertua. Mereka justru diambang perceraian. Mama mertua tetap menggugat pisah. Segala bujukan dan jalan damai telah kutempuh. Bekerja sama dengan Kak Rahma, kami berusaha menyatukan mereka kembali, tetapi pintu hati mama mertua sepertinya sudah benar-benar tertutup. Anehnya Mas Diky malah mendukung.“Apapun akan Diky lakukan untuk Mama, asal itu membuat Mama bahagia,” janjinya pada ibunya.“Izinkan mama

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 65. Tobatku Karena Kak Mala

    *****POV RaraPerlahan kesadaranku telah kembali. Yang pertama, ternyata aku masih hidup. Saat ini berada di sebuah rumah sakit, tentu saja aku yakin ini adalah sebuah rumah sakit karena ada jarum inpus yang melekat di pergelangan tangan. Ada selang yang ikut bergerak, jika tangan ini kugerakkan. Sebuah botol berisi cairan tergantung di sebuah tiang besi, diatas tempat tidur. Berbagai selang dan wayar menempel di hidung dan tubuh. Aroma obat bercampur karbol menyerang penciuman, Aroma khas rumah sakit.Ingat bagimana tubuh ini terjatuh menyentuh aspal, langsung terlindas sebuah kendaraan. Kukira sudah berakhir. Kenapa, masih berlanjut? Kenapa derita ini masih berlanjut, bahkan efisode berikutnya lebih getir. Skenario yang telah disiapkan oleh Allah, di babak kedua hidup ini, pasti lebih getir. Tentu saja! Wajah-wajah penuh derita telah menyambut kedatanganku. Aku melihat itu.&n

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 64.  Kenapa Kak Mala Melarang Aku Melihat  Kakiku?

    *****POV RaraBenar kata orang, penyesalan itu datangnya selalu terlambat. Seperti halnya yang aku alami saat ini. Entah untuk apa dulu aku meminta preman ini mengobrak-abrik rumah Kak Mala. Usahnya gagal, aekarang malah aku terjebak di sini. Kini, aku harus membayar mahal perbuatan itu.Entah bagaimana caranya agar bisa lolos dari orang sangar ini. Katakutan ini membuatku tak dapat lagi berpikir. Dia akan menjualku kepada laki-laki yang entah siapa, bagaimana tampangnya, bagimana wataknya, dan aku takut. Mama … tolong Rara …. Papa … liat nasip Rara ini Pa!Kak Mala … biasanya kau selalu hadir dan menyelesaikan setiap masalahku. Jangankan masalah yang sulit, masalah yang gampang seklaipun kau sellau hadir untuk menyelesaikannya. Saat akum alas mengerjakan PR sekolah, kau pasti mengerjakannya untukku, saat aku bermasalah dengan teman, kau selal

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 63. Pacar Adikku Memilih Pergi

    *****“Tunggu!”Aku tersentak taget. Alat tulis yang sudah kupegang terlepas dari tangan. Serempak kami menoleh ke arah pintu. Papa dan Ibu berdiri di sana.“Apa yang kau lakukan, Sayang?” Papa mendekat, meneliti gambar di layar, membaca kertas yang hampir saja kutandatangan.“Papa ….” Lirihku menyebut namanya. Wajah Papa memucat, segera mas Diky bangkit, menyeret kursi bekas didudukinya ke belakang Papa. Dengan lunglai, Papa mengjatuhkan tubuh di sana.“Kenapa Ibu membawa Papa ke sini?” tanya Mas Diky berbisik pada Ibu, tapi kami dapat mendengar.“Dia maksa, Nak Diky. Ibu sudah berusaha mencegah,” jawab Ibu membela diri.“Tidak apa-apa, Nak Diky. Papa baik-baik saja,” kata Papa dengan suara lemah.“Papa e

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 62. Rara Melompat Dari Motor, Kenapa?

    *****POV MalaBayangan saat Rara dibawa pergi oleh lelaki sangar itu tak bisa hilang juga. Sungguh aku tak habis pikir, kok mau-maunya si Rara pacaran dengan preman. Apa yang ada laki-laki yang lebih baik lagi?Usahaku membujuk Mama mertua juga sia-sia belaka. Percuma aku merekam percakapan antara Rara dengan Papa mertua di warung bakso tadi. Sedikitpun hati Mama tidak tersentuh. Dia hanya menatap layar dengan wajah membentuk segi delapan. Bibirnya mencibir, lalu mengembalikan ponselku tanpa ekspresi.Sudah tertutup rapat kah pintu hati wanita itu? Kenapa tiada maaf? Setelah pernikahan yang mereka bina selama puluhan tahun, tak bisa kah, dia mengesampingkan ego, demi Anak-anak dan cucu? Begitu sakitkah hatinya? Bukankah Papa mertuaku sudah meminta maaf?Kenapa Ibu bisa memaafkan Papa? Bukankah posisi mereka hampir sama? Sama-sama dihancurkan oleh Rat

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 61. Bang Gandi Menjual Rara

    *****POV RaraNyalang kutatap wajah perempuan yang berdiri di teras sudut warung. Sebenarnya aku sudah melihatnya sedari tadi, tak lama setelah Om Herman masuk ke dalam warung. Syal panjang dan lebar yang digunakannya untuk menutupi wajah dan sebagian tubuh, membuat aku tak mengenalinya. Kukira hanya seorang pelanggan warung bakso. Tanpa kusadari dia merekam semua pembicaraanku dengan Om Herman.Mereka keterlaluan! Sengaja menjebak aku rupanya. Om Herman juga, pura-pura jual mahal! Pura-pura tak perduli lagi pada Mama, rupanya karena takut pada Kak Mala dan Kak Rahma. Pasti mereka datang bersamaan tadi, sengaja untuk mempermalukan.Kak Rahma dan Kak Mala tersenyum puas. Panas rasa hatiku.“Oh, jadi kalian sengaja menjebakku! Om Herman bilang dia datang sendiri, dia sembunyi-sembunyi ke sini, padahal kalian sekongkol! Bangs*t kalian semua!” teriakku meradang. Semua meja yang

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 60. Rara Dibawa Preman

    *****Kembali POV MalaSudah tiga hari Mama mertua tinggal di rumahku. Polisi membebaskannya berdasarkan permintaan keluarga korban, yaitu Papa. Ucapan terima kasih tak henti terucap dari mulutnya. Papa yang sudah mulai sering berkunjung untuk menemui Ibu, menanggapinya dengan santai.“Saya khilap, Bang. Gak nyangka banget, si Ratna setega itu. Saya sudah membela dia mati-matian di depan Abang waktu itu, kan? Berbulan-bulan dia dan anaknya itu saya kasih makan secara gratis, kok malah mencuri suami saya,” tuturnya saat baru pulang dari penjara tiga hari lalu.“Iya, Dek Lena, tapi, lain kali, jangan pernah main senjata tajam lagi. Masalah apapun, hadapilah dengan kepala dingin. Seperti halnya sekarang. Cobalah menghadapi Herman dengan kepala dingin!” kata Papa, sepertinya sengaja memancing isi hati Mama mertua.&

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status