Home / Rumah Tangga / Ketika Adikku Inginkan Suamiku / Bab 10. Awal Pernikahan Dengan Seorang Tentara

Share

Bab 10. Awal Pernikahan Dengan Seorang Tentara

last update Last Updated: 2024-12-22 00:44:39

*****

"Ayo, dong, dandan! Pak Penghulunya bentar lagi datang, lho!" Mas Diky mengalungkan tangannya di leherku.

"Mas Diky, ngapain masuk kamar, coba! Gimana aku mau dandan kalau dipeluk terus begini? Juru riasnya malah diusir keluar," protesku melonggarkan pelukannya.

"Aku takut, Sayang. Makanya, aku mau menjagamu dua puluh empat jam."

"Takut apa?"

"Takut, kalau kau berubah pikiran. Karena, aku sangat paham, kau belum juga bisa menerima aku di hatimu."

"Ya, enggak mungkinlah aku berubah pikiran. Secara, para tamu undangan udah pada datang, Pak Penghulu udah dalam perjalanan, masa iya, aku berubah pikiran."

Wajahnya terlihat mendung, sorot mata itu kini sayu.

"Banyak kok kejadian, calon pengantin melarikan diri sedetik sebelum akad nikah," sergahnya dengan nada begitu serius.

"Jangan takut, Mas. Kalau Kak Mala melarikan diri, ada Rara yang bersedia menjadi pengantin pengganti, hehehe ...."

Serempak kami menoleh ke pintu kamar. Rara adikku satu-satunya telah b
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 11.  Malam Pertama Menjelang Subuh

    *****“Kenapa, Sayang? Kamu capek? Ok, Maaf, mungkin aku yang terlalu terburu-buru,” ucap Mas Diky menegakkan tubuh, lalu bangkit dan berjalan ke kamar mandi. Terdengar suara cidukan air dari bak. Sepertinya dia mencuci muka atau membasahi kepalanya.Kurapikan kembali pakaianku yang berantakan. Meneliti tubuh yang tak karuan. Lalu duduk di bibir ranjang.Mas Diky keluar dari kamar mandi dengan kepala basah. Airnya bahkan menetes membasahi lantai. Seketika timbul rasa iba di hati. Kuraih handuk kecil dari dalam lemari, lalu bergerak mendekatinya yang kini duduk di bibir ranjang.Kukeringkan kepala dan wajah yang basah dengan lembut. Kuseka leher dan tengkuk. Mas Diky hanya pasrah, tidak ada sepatah katapun yang terucap dari bibirnya. Kepalanya mungkin sudah dingin karena siraman air yang dingin, api hatinya mungkin masih panas karena amarah

    Last Updated : 2024-12-22
  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 12.  Kuseret Adikku Keluar Kamar

    *****Ponselku dan ponsel Mas Diky berbunyi berbarengan. Beberpa kali kami biarkan. Rasa lelah dan sakit di bagian tertentu tubuh membuatku enggan untuk bergerak. Mas Diky juga enggan bergerak. Dia terlihat begitu lelah. Tetapi, wajahnya terlihat tenang dan terang. Tak lagi kusut dan gelap seperti tadi malam.Suara ribut panggilan masuk di ponsel masih membahana. Kuraih benda itu dari atas nakas. Kuusap layar dengn mata terpejam.“Cepat bersiap-siap kalian! Petugas travel akan segera menjemput. Pesawatnya berangkat pukul sepuluh!” perintah Mbak Rahma.Aku baru ingat, hari ini kami akan berangkat. Bulan madu yang telah mereka siapkan dan hadiahkan untuk kami. Kakak iparku yang baik dan penuh perhatian.Ponsel Mas Diky berhenti berbunyi. Mungkin karena telah tersambung ke ponselku tadi.Aku harus segera bangkit dan membersihka

    Last Updated : 2024-12-23
  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 13. Apakah Pernikahanku Sah?

    *****Kupandangi dengan seksama foto di tanganku. Bayi merah berbalut kain tebal di sekujur tubuh. Hanya bagian wajah yang tampak. Tergeletak beralaskan kain panjang bermotif batik. Di atas keset tepat di depan pintu.Siapa yang telah begitu tega membuang bayi malang ini. Membuang darah dagingnya sendiri? Andaipun itu adalah bayi yang tak diinginkan, tidak seharusnya dia menaruhnya di depan pintu rumah orang lain. Bayi itu tidak tahu apa-apa. Andai dia bisa berbicara, dia pasti akan berkata kalau diapun tak ingin dilahirkan ke dunia.Lalu, kenapa rumah orang tua Rara yang dia pilih? Mereka memang sangat baik. Aku wajib berterima kasih karena telah merawat dan membesarkan aku. Tapi, kalau boleh memilih, tetap aku ingin bersama orang tua kandung meskipun hidup susah.Kuseka sekali lagi, air mata di pipi. Tak ingin Mas Diky melihat tangis ini. A

    Last Updated : 2024-12-23
  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 14. Buah Jatuh Tak Jauh Dari Pohonnya

    *****Mas Diky sedang bersiap untuk berangkat tugas. Masa cutinya sudah selesai. Tubuh atletis dengan rambut masih basah itu baru saja keluar dari kamar mandi. Aku sempat memandanginya dari balik selimut. Tubuh kekar yang hanya berbalut handuk setengah badan dan dada telanjang itu kini berdiri di depan cermin. Penasaran, kuintip lagi dari balik selimut.Ops!Ketahuan. Mata kami bersetatap melalui pantulan cermin.“Mau lagi, ya! Hem, nantang, nih?” katanya melompat ke atas ranjang. Dengan penuh semangat ditariknya selimut yang menutupi seluruh tubuhku.“Enggak, ampun … udah, dong!” teriakku manja sambil menghindari serangannya di wajah.“Bangun makanya, jangan menggoda terus! Jadi males, kan aku berangkatnya!” sungutnya menghentikan serangan.“Jangan malas, dong! Nanti komandan kamu marah, kena hukum enggak boleh pu

    Last Updated : 2024-12-24
  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 15. Ibu Kandungku Ternyata Hadir di Pernikahanku

    *****Wanita yang kupanggil dengan sebutan mama itu terlihat semakin pucat. Dengan jari saling memilin, tatapan bertumpu pada meja, menggambarkan kalau suasana hatinya sedang kacau.“Mas Diky janji, akan mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang wanita yang bernama Niken itu, Ma,” ucapku pura-pura geram. Aku harus bersandiwara di depan wanita ini. Tanpa aku tahu selama ini, ternyata dia bukan ibu kandungku.“Mencari informasi? Diky?” ulangnya dengan mata terbelalak.“Ya, aku mau tahu seperti apa rupa wanita kejam yang telah tega menelantarkan aku. Untung ada wanita sebaik Mama yang mau merawat dan membesarkanku, kalau tidak, mungkin aku sudah jadi santapan anjing liar di tempat pembuangan sampah sana,” tuturku geram.“Sebaiknya tidak usah, Mala. Bilang sama Nak Diky, batalkan saja mencari tahu tentang Niken!” katanya terlihat gelisah. Sorot mat

    Last Updated : 2024-12-24
  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 16. Suamiku Bersama Adikku di Restoran

    *****“Rani! Kau bisa jelaskan semua ini!” lirihku. Lututku tiba-tiba terasa lemas. Tubuh ini sangat berat. Aku tak sanggup berdiri lebih lama. Tanpa ragu, kujatuhakn tubuh di trotoar jalan.“Mala … kau baik-baik saja?” Rani mengguncang bahuku.“Lho, kenapa, Mbak? Kok malah meniru ibu-ibu yang kemarin itu, duduk lemas dengan wajah pucat, persis di trotoar itu,” celetuk abang tukang cilok. Hatiku kian teriris. Ibuku duduk di sini? Dia duduk di sini sambil menyaksikan pernikahanku? Kenapa disini? Harusnya dia mendampingiku di sana! Di samping pelaminan mewah waktu itu.“Jangan di situ, dong, Mbak. Itu menghalangi orang lewat, Menghalangi pengguna jalan! Nanti Pak KamTibMas datang, dagangan saya yang diangkut, Mbak. Tolonglah! Jangan terulang lagi, dong peristiwa seminggu yang lalu!” oceh

    Last Updated : 2024-12-25
  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 17.  Penyelidikan Dilanjutkan

    ****“Tunggu!”Rani menarik lenganku dengan kencang. Dia membawaku kembali ke luar restoran.“Kenapa kau tidak bilang kalau di sana ada suamimu? Jadi itu sebabnya kau membisu dari tadi? Bodoh!” omelnya sambil melepas pegangannya di lenganku.“Ternyata yang bersama Rara adalah Mas Diky. Aku mau tahu apa yang mereka lakukan? Kenapa mereka bersama-sama? Di tempat ini, Ran? Ini jauh dari lokasi kampus Rara, jauh juga dari kantor Mas Diky. Berarti mereka sengaja, kan, datang ke sini? Untuk apa?” sergahku pelan.“Kau cemburu? Hehehe … begitu cintanya kau sekarang pada Pak Pol itu? Dulu aja, kau cuek banget?” tuding Rani terkekeh kecil.“Bukan masalah cemburu! Tpi Rara! Dia bermaksud tidak baik pada rumah tanggaku, Ran!” desisiku lemah.Ponselku yang masih berada di tangan Rani tiba-tiba berbunyi.

    Last Updated : 2024-12-25
  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 18. Kulepas Suamiku dari Jeratan Adikku

    ****Rani turun, setelah aku mengambil alih kemudi motor meticku.“Besok pagi, aku jemput bareng Mas Andy. Desa Karang sari itu terlalu jauh kalau kita tempuh dengan motor. Aku akan rayu Mas Andy buat mengawal kita besok,” katanya sekali lagi.“Makasih, Ran. Kamu baik banget. Tapi, urusan kampus gimana?”“Enggak apa-apa. Kta tinggal nyusun, kan? Yang penting kamu fokus dulu ke urusan ibu kandungmu, setelah itu baru fokus nyusun skripsimu!” usulnya menyemangati.Aku mengangguk.“Jangan mikir yang macam-macam dulu, tentang Rara dan suamimu! Jangan gegabah dan langsung bertindak di luar kendali! Waspada penting, tapi gegabah bikin pusing, ngerti?”Aku mengangguk lagi.&n

    Last Updated : 2024-12-26

Latest chapter

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 62. Rara Melompat Dari Motor, Kenapa?

    *****POV MalaBayangan saat Rara dibawa pergi oleh lelaki sangar itu tak bisa hilang juga. Sungguh aku tak habis pikir, kok mau-maunya si Rara pacaran dengan preman. Apa yang ada laki-laki yang lebih baik lagi?Usahaku membujuk Mama mertua juga sia-sia belaka. Percuma aku merekam percakapan antara Rara dengan Papa mertua di warung bakso tadi. Sedikitpun hati Mama tidak tersentuh. Dia hanya menatap layar dengan wajah membentuk segi delapan. Bibirnya mencibir, lalu mengembalikan ponselku tanpa ekspresi.Sudah tertutup rapat kah pintu hati wanita itu? Kenapa tiada maaf? Setelah pernikahan yang mereka bina selama puluhan tahun, tak bisa kah, dia mengesampingkan ego, demi Anak-anak dan cucu? Begitu sakitkah hatinya? Bukankah Papa mertuaku sudah meminta maaf?Kenapa Ibu bisa memaafkan Papa? Bukankah posisi mereka hampir sama? Sama-sama dihancurkan oleh Rat

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 61. Bang Gandi Menjual Rara

    *****POV RaraNyalang kutatap wajah perempuan yang berdiri di teras sudut warung. Sebenarnya aku sudah melihatnya sedari tadi, tak lama setelah Om Herman masuk ke dalam warung. Syal panjang dan lebar yang digunakannya untuk menutupi wajah dan sebagian tubuh, membuat aku tak mengenalinya. Kukira hanya seorang pelanggan warung bakso. Tanpa kusadari dia merekam semua pembicaraanku dengan Om Herman.Mereka keterlaluan! Sengaja menjebak aku rupanya. Om Herman juga, pura-pura jual mahal! Pura-pura tak perduli lagi pada Mama, rupanya karena takut pada Kak Mala dan Kak Rahma. Pasti mereka datang bersamaan tadi, sengaja untuk mempermalukan.Kak Rahma dan Kak Mala tersenyum puas. Panas rasa hatiku.“Oh, jadi kalian sengaja menjebakku! Om Herman bilang dia datang sendiri, dia sembunyi-sembunyi ke sini, padahal kalian sekongkol! Bangs*t kalian semua!” teriakku meradang. Semua meja yang

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 60. Rara Dibawa Preman

    *****Kembali POV MalaSudah tiga hari Mama mertua tinggal di rumahku. Polisi membebaskannya berdasarkan permintaan keluarga korban, yaitu Papa. Ucapan terima kasih tak henti terucap dari mulutnya. Papa yang sudah mulai sering berkunjung untuk menemui Ibu, menanggapinya dengan santai.“Saya khilap, Bang. Gak nyangka banget, si Ratna setega itu. Saya sudah membela dia mati-matian di depan Abang waktu itu, kan? Berbulan-bulan dia dan anaknya itu saya kasih makan secara gratis, kok malah mencuri suami saya,” tuturnya saat baru pulang dari penjara tiga hari lalu.“Iya, Dek Lena, tapi, lain kali, jangan pernah main senjata tajam lagi. Masalah apapun, hadapilah dengan kepala dingin. Seperti halnya sekarang. Cobalah menghadapi Herman dengan kepala dingin!” kata Papa, sepertinya sengaja memancing isi hati Mama mertua.&

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 59. Rara Terjebak Di Warung Bakso

    *****POV RaraBagaimana ini? Preman jelek dan menjijikkan itu mengancamku. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Ke mana kau bisa bersembunyi? Anak buahnya tersebar di mana-mana. Tak aka nada tempat bersembunyi yang aman bila berurusan dengannya. Apa yang harus aku lakukan sekarang?Ardo, tinggal dia satu-satunya harapanku. Kepada siapa lagi aku bisa berharap, selain kepada dia. Mungkin dia bisa meminta maaf kepada Bang Gandi. Bukankah aku calon istrinya? Tentu dia mau melepaskan aku dari ancaman preman itu. Semoga Bang Gandi enggak membuka rahasia kalau kami pernah tidu bersama.Tidak! Tidak bisa dijamin Bang Gandi menjaga rahasia itu. Kalau Ardo tahu, bukan pertolongan yang kudapat, malah kecolongan nanti. Aku hanya bisa menangis melolong.Untuk sekarang, aku bisa bersembunyi di rumah sakit ini, hingga Mama sembuh. Bila nanti disuruh pulang, a

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 58. Bekas di Leher

    *****POV RaraLaki-laki itu menyenderkan tubuh di bagian kepala ranjang. Asap rokok mengepul di atas kepalanya. Dihisapnya dalam-dalam , lalu dikeluarkan kadang dari mulut, kadang dari hidung. Peluh masih membanjir di tubuhnya. Sorot kepuasan terpancar dari mata. Tangan kanan masih memegang bagian tubuhku.Menepis pelan tangan kasar berotot itu, lalu beringsut turun dari kasur yang teramat kasar. Sakit di sekujur tubuh ini. Laki-laki ini ternyata lebih buas dari yang kubayangkan. Tenaganya melebihi macan. Tubuhku dilumat habis, tak ada sisi yang luput dari sergapannya.Tertatih aku menuju kamar mandi sempit di sisi kamar, mengguyur seluruh tubuh dari ujung rambut hingga ujung kaki. Perih. Bekas gigitan di leher dan dada, terasa sangat pedih saat diterpa air dingin. Bekas gigitan itu tergambar jelas. Laki-laki menjijikkan itu sepertinya meninggalkan jeja

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 57.  Rara Menggila Dengan Bos Preman

    ******POV Rara“Apa maksud Papa menempuh jalan damai?” tanyaku dengan nada ketus, setelah dia menyuruh menantunya cepat-cepat pulang. Mas Diky targetku malam telah lepas dari tangan.“Nak Rahma! Kamu ke ruangan Papamu saja! Biarkan Ratna ditunggui oleh Rara!” katanya tak menghiraukan pertanyaanku. Sebel! Papa tak pernah menganggap aku ada, apa lagi setelah kedatangan si Niken sialan itu.“Aku putri Mama, satu-satunya keluarganya! Aku tak mau berdamai dengan keluarga pembunuh itu!” tegasku melotot pada lelaki yang terakhir ini sangat kubenci.“Kau tak perlu ikut campur! Usiamu masih bau kencur! Tau apa kau tentang hukum!” sanggahnya membalas dengan melotot.“Tante Lena menusuk Mama, Pa! Dia mau membunuh Mama!”“Tindakannya spon

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 56.  Cinta itu masih ada di Hati Mama

    *****“Ibu mau ke mana?” tanyaku lembut.“Kamar mandi, ibu kebelet.”Kulepas pegangan di lengannya. Mungkin benar ibu kebelet, karena ancaman para preman menakutkan barusan. Mudah-mudahan, bukan karena kedatangan Papa.“Apa ini, Nak Anto?” tanya Nenek seraya menerima bungkusan dari Papa.Anto adalah nama panggilan Papa. Nama sebenarnya adalah Ranto, konon ceritanya, nama itu sengaja diberikan Kakek Almarhum kepada Papa. Dengan harapan Papa akan pergi merantau meninggalkan kampung halamannya di Aceh. Merantau untuk menuntut ilmu, pun belajar berbisnis. Harapan Kakek ternyata terwujud.“Ini ada martabak panas, rasa srikaya, makanan kesukaan –“ Papa tak melanjutkan ucapannya. Matanya menatap lurus ke arah pintu. Aku yakin, Ibulah yang sedang di carinya.

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 55. Rara Meminta Bantuan Preman

    *****Kembali ke POV Mala“Kamu enggak usah jenguk Papa ke rumah sakit, Sayang! Hari ini dia sudah boleh pulang. Kak Rahma akan membawa Papa ke rumah Mama,” kata Mas Diky sambil mengenakan seragam.“Alhamdulillan, Mas. Papa cepat pulih.”“Ya, tapi dia belum boleh mikir, apalagi mendapat tekanan. Biar aja Kak Rahma yang merawat dia di rumah.”“Ya, kita juga harus ikut merawat, kan?”“Tidak! Aku masih malas bertemu Papa! Bisa emosi aku nanti, kuhajar pula dia. Gawat, kan?”“Masalah ini tidak boleh dihadapi dengan kekerasan, Mas!”“Iya, tapi aku belum bisa, Sayang! Aku akan fokus ngurus kasus Mama, tadi malam Papamunelpon. Dia ngajak ketemuan di kantor pagi ini. Semoga usulannya untuk menyelesaikan kasus

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 54. Malaku Ngidam

    ******Masih diam terpaku, menatap tubuh menelungkup wanitaku. Bahu yang sedari tadi tak luput dari tatapan, terlihat mulai tenang. Tiada lagi goncangan. Isak, sedu dan sedan, raib sudah. Mungkinkah dia sudah berhenti menangis? Sepertinya iya. Kepala yang tanpa kerudung itu terangkat sedikit, tangan kanan mengusap wajah. Apakah istriku sedang mengusap air mata? Sepertinya, iya.Gegas aku bangkit dari bibir ranjang, berjingkat menuju pintu kamar, menggenggam handel pintu, membukanya pelan, berusaha tanpa derit. Lalu melangkah kembali keluar, menutup pintu dengan pelan, tetap berusaha agar tak menimbulkan deritan.Menarik napas panjang, lalu mengembuskannya pelan. Tiga kali, tiga kali aku melakukannya. Baru mulut bisa berucap.“Assalamualaikum! Mala ….”“Waalaikumusalam, Mas …!”

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status