Home / Rumah Tangga / Ketika Adikku Inginkan Suamiku / Bab 14. Buah Jatuh Tak Jauh Dari Pohonnya

Share

Bab 14. Buah Jatuh Tak Jauh Dari Pohonnya

last update Last Updated: 2024-12-24 08:03:46

*****

Mas Diky sedang bersiap untuk berangkat tugas. Masa cutinya sudah selesai. Tubuh atletis dengan rambut masih basah itu baru saja keluar dari kamar mandi.  Aku sempat memandanginya dari balik  selimut. Tubuh kekar yang hanya berbalut handuk setengah badan dan  dada telanjang itu kini berdiri di depan cermin. Penasaran, kuintip lagi dari balik selimut.

Ops!

Ketahuan. Mata kami bersetatap melalui pantulan cermin.

“Mau lagi, ya! Hem, nantang, nih?” katanya melompat ke atas ranjang.  Dengan penuh semangat ditariknya selimut yang menutupi seluruh tubuhku.

“Enggak, ampun … udah, dong!” teriakku manja sambil menghindari serangannya di wajah.

“Bangun makanya, jangan menggoda terus! Jadi males, kan aku berangkatnya!” sungutnya menghentikan serangan.

“Jangan malas, dong! Nanti komandan kamu marah, kena hukum enggak boleh pu

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 15. Ibu Kandungku Ternyata Hadir di Pernikahanku

    *****Wanita yang kupanggil dengan sebutan mama itu terlihat semakin pucat. Dengan jari saling memilin, tatapan bertumpu pada meja, menggambarkan kalau suasana hatinya sedang kacau.“Mas Diky janji, akan mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang wanita yang bernama Niken itu, Ma,” ucapku pura-pura geram. Aku harus bersandiwara di depan wanita ini. Tanpa aku tahu selama ini, ternyata dia bukan ibu kandungku.“Mencari informasi? Diky?” ulangnya dengan mata terbelalak.“Ya, aku mau tahu seperti apa rupa wanita kejam yang telah tega menelantarkan aku. Untung ada wanita sebaik Mama yang mau merawat dan membesarkanku, kalau tidak, mungkin aku sudah jadi santapan anjing liar di tempat pembuangan sampah sana,” tuturku geram.“Sebaiknya tidak usah, Mala. Bilang sama Nak Diky, batalkan saja mencari tahu tentang Niken!” katanya terlihat gelisah. Sorot mat

    Last Updated : 2024-12-24
  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 16. Suamiku Bersama Adikku di Restoran

    *****“Rani! Kau bisa jelaskan semua ini!” lirihku. Lututku tiba-tiba terasa lemas. Tubuh ini sangat berat. Aku tak sanggup berdiri lebih lama. Tanpa ragu, kujatuhakn tubuh di trotoar jalan.“Mala … kau baik-baik saja?” Rani mengguncang bahuku.“Lho, kenapa, Mbak? Kok malah meniru ibu-ibu yang kemarin itu, duduk lemas dengan wajah pucat, persis di trotoar itu,” celetuk abang tukang cilok. Hatiku kian teriris. Ibuku duduk di sini? Dia duduk di sini sambil menyaksikan pernikahanku? Kenapa disini? Harusnya dia mendampingiku di sana! Di samping pelaminan mewah waktu itu.“Jangan di situ, dong, Mbak. Itu menghalangi orang lewat, Menghalangi pengguna jalan! Nanti Pak KamTibMas datang, dagangan saya yang diangkut, Mbak. Tolonglah! Jangan terulang lagi, dong peristiwa seminggu yang lalu!” oceh

    Last Updated : 2024-12-25
  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 17.  Penyelidikan Dilanjutkan

    ****“Tunggu!”Rani menarik lenganku dengan kencang. Dia membawaku kembali ke luar restoran.“Kenapa kau tidak bilang kalau di sana ada suamimu? Jadi itu sebabnya kau membisu dari tadi? Bodoh!” omelnya sambil melepas pegangannya di lenganku.“Ternyata yang bersama Rara adalah Mas Diky. Aku mau tahu apa yang mereka lakukan? Kenapa mereka bersama-sama? Di tempat ini, Ran? Ini jauh dari lokasi kampus Rara, jauh juga dari kantor Mas Diky. Berarti mereka sengaja, kan, datang ke sini? Untuk apa?” sergahku pelan.“Kau cemburu? Hehehe … begitu cintanya kau sekarang pada Pak Pol itu? Dulu aja, kau cuek banget?” tuding Rani terkekeh kecil.“Bukan masalah cemburu! Tpi Rara! Dia bermaksud tidak baik pada rumah tanggaku, Ran!” desisiku lemah.Ponselku yang masih berada di tangan Rani tiba-tiba berbunyi.

    Last Updated : 2024-12-25
  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 18. Kulepas Suamiku dari Jeratan Adikku

    ****Rani turun, setelah aku mengambil alih kemudi motor meticku.“Besok pagi, aku jemput bareng Mas Andy. Desa Karang sari itu terlalu jauh kalau kita tempuh dengan motor. Aku akan rayu Mas Andy buat mengawal kita besok,” katanya sekali lagi.“Makasih, Ran. Kamu baik banget. Tapi, urusan kampus gimana?”“Enggak apa-apa. Kta tinggal nyusun, kan? Yang penting kamu fokus dulu ke urusan ibu kandungmu, setelah itu baru fokus nyusun skripsimu!” usulnya menyemangati.Aku mengangguk.“Jangan mikir yang macam-macam dulu, tentang Rara dan suamimu! Jangan gegabah dan langsung bertindak di luar kendali! Waspada penting, tapi gegabah bikin pusing, ngerti?”Aku mengangguk lagi.&n

    Last Updated : 2024-12-26
  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 19.  Kupaksa Pindah Rumah

    *****Ketukan halus di pintu kamar membuatku terjaga. Rasanya baru saja terlelap. Kulirik Mas Diky di samping. Dia terlelap persis seperti bayi, suara dengkurannya terdengar halus.Kembali ketukan terdengar, entah siapa yang mengganggu malam-malam begini. Awas aja kalau Rara! Tapi, bagaimana kalau Papa? Mungin ada sesuatu yang sangat penting. Pelan aku beringsut turun dari ranjang. Berusaha memicingkan mata yang masih sangat mengantuk. Pelan memutar gerendel pintu, lalu menguakkannya sedikit.“Kau …?” Aku tercekat, Rara berdiri di ambang pintu. Pakaian tidur berenda-renda dari bahan tipis transfaran menempel di tubuhnya. Jelas sekali terlihat isi dalam tubuh yang kuakui memang sangat sintal itu. Di mana otaknya? Dia menuju kamarku hanya dengan pakaian setengah telanjang begini? Dia tahu aku sudah bersuami. Ok, kalau dulu kami masih sama-sama single, enggak masalah

    Last Updated : 2024-12-27
  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 20 Ancaman Rara

    *****“Pagi, Papa ….” Kupeluk lelaki paruh baya itu dari belakang. Dia tengah memanaskan sepeda motor Mas Diky.“Eh, pengantin baru … udah bangun aja?” katanya menepuk-nepuk tanganku yang masih melingkar di pinggangnya.“Udah, dong,” sahutku melonggarkan pelukan.“Suamimu sudah bangun juga?” tanyanya melanjutkan mengelap body motor menantu tercintanya itu.“Udah. Nah itu dia!” jawabku menunjuk Mas Diky yang sudah datang menyusul ke teras rumah.“Lho, kok belum pakai seragam, sih? Nanti terlambat, lho!” omel Papa melihat Mas Diky masih mengenakan piyama tidur.“Ini masih jam berapa, Pa? Mas Diky udah mandi, kok. Tinggal ganti seragam aja nanti,” tukasku membela suami tercinta.“Oh, gitu. Ya, udah terserah.” Papa terlihat semringah. Wajahnya begitu terang, terlihat jelas dia begitu

    Last Updated : 2024-12-28
  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 21. Ternyata Ibuku “Gil4”

    *****Dua jam perjalanan, kami telah sampai di tempat tujuan. “Selamat datang di Desa Karang Sari”, begitu tulisan yang kubaca saat memasuki gerbang desa. Mas Andy - pacar sahabatku Rani telah meluangkan waktu untuk membantuku mencari keberadaan Bu Niken. Wanita yang telah melehirkan lalu meletakkanku di depan pintu rumah Papa.“Kita ke mana ini?” tanya Mas Andy saat mobil mulai memasuki kawasan rumah penduduk.“Ran, gimana?” tanyaku meminta pendapat Rani.“Kita berhenti di warung itu aja! Kita bisa tanya-tanya dulu,” usul Rani menunjuk sebuah warung semi grosir.Rani langsung turun begitu mobil sudah menepi. Aku juga bergegas turun.“Selamat pagi, Ibu! Maaf mau nanya, rumhnya Ibu Niken, yang mana, ya?” tanya Rani ramah.“Bu Niken? Bu Nike

    Last Updated : 2024-12-29
  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 22. Senyum Pertama Ibuku

    *****“Ken ….” Nenek mengelus kepala wanita itu. Yang dielus bergeming. Matanya hanya terpejam, seolah sedang larut dalam mimpi. Ya, wanita itu sepertinya tengah terlelap dalam mimpi.“Niken …! Coba buka matamu, Nduk!” Lihat siapa yang datang!” bujuk Nenek tak henti membelai kepala wanita itu. Disibakkannya rambut panjang yang menutupi separuh wajah. Disatukan semuanya ke belakang kepala, lalu diikat menggunakan karet gelang yang terletak di dekat kaki wanita yang diikat tali tambang. Bau tak sedap menyerang cuping hidung. Sepertinya wanita ini sudah lama tak mandi.Bu Niken, ah … Ibu? Bukan, Mama? Ah! Dengan apa aku harus memanggilnya. Mulutku sangat berat menyebut dengan satu panggilan khusus. Bagaimana aku harus memanggilnya?“Mala … panggil ibumu, Nak! Mungkin dia mau bangun jika

    Last Updated : 2024-12-30

Latest chapter

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 55. Rara Meminta Bantuan Preman

    *****Kembali ke POV Mala“Kamu enggak usah jenguk Papa ke rumah sakit, Sayang! Hari ini dia sudah boleh pulang. Kak Rahma akan membawa Papa ke rumah Mama,” kata Mas Diky sambil mengenakan seragam.“Alhamdulillan, Mas. Papa cepat pulih.”“Ya, tapi dia belum boleh mikir, apalagi mendapat tekanan. Biar aja Kak Rahma yang merawat dia di rumah.”“Ya, kita juga harus ikut merawat, kan?”“Tidak! Aku masih malas bertemu Papa! Bisa emosi aku nanti, kuhajar pula dia. Gawat, kan?”“Masalah ini tidak boleh dihadapi dengan kekerasan, Mas!”“Iya, tapi aku belum bisa, Sayang! Aku akan fokus ngurus kasus Mama, tadi malam Papamunelpon. Dia ngajak ketemuan di kantor pagi ini. Semoga usulannya untuk menyelesaikan kasus

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 54. Malaku Ngidam

    ******Masih diam terpaku, menatap tubuh menelungkup wanitaku. Bahu yang sedari tadi tak luput dari tatapan, terlihat mulai tenang. Tiada lagi goncangan. Isak, sedu dan sedan, raib sudah. Mungkinkah dia sudah berhenti menangis? Sepertinya iya. Kepala yang tanpa kerudung itu terangkat sedikit, tangan kanan mengusap wajah. Apakah istriku sedang mengusap air mata? Sepertinya, iya.Gegas aku bangkit dari bibir ranjang, berjingkat menuju pintu kamar, menggenggam handel pintu, membukanya pelan, berusaha tanpa derit. Lalu melangkah kembali keluar, menutup pintu dengan pelan, tetap berusaha agar tak menimbulkan deritan.Menarik napas panjang, lalu mengembuskannya pelan. Tiga kali, tiga kali aku melakukannya. Baru mulut bisa berucap.“Assalamualaikum! Mala ….”“Waalaikumusalam, Mas …!”

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 53.  Diky Lolos Dari Jebakan Rara

    ****Mala bolak-balik nelpon, tapi kuhiraukan. Biar saja dia sibuk dengan pikirannya sendiri. Masih terlalu dini untuk meminta maaf padanya sekarang. Tetapi, panggilan dari Kak Rahma tak boleh kuhiraukan. Aku khawatir terjadi sesuatu dengan Papa, atau Tante Ratna.“Dik, kamu ke rumah sakit, deh, sekarang!” perintah Kak Rahma mengagetkan.“Kenapa, Kak. Papa baik-baik aja, kan?” tanyaku was-was.“Papa baik, kondisinya semakin stabil. Ini tentang Tante Ratna.”“Kenapa dia?” cecarku.“Kata Dokter, lukanya cukup dalam, dia belum sadar juga, terlalu banyak ngeluarin darah. Tadi, putrinya si Rara nelpon ke hape Tante Ratna, aku angkat. Sekarang dia di sini, ngamuk-ngamuk gak jelas. Ngancam-ngancam gitu.”“Bilang aj

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 52. Kapan Kau  Mencintaiku, Mala?

    *****POV DikyAku masih tak percaya dengan kenyataan yang terjadi sekarang ini. Papa berselingkuh dengan perempuan lain saja sudah membuatku sesak napas. Ternyata Papaku begitu menjijikkan. Saat aku ingin meminta pertanggung jawab, dia malah memilih pingsan. Serangan jantung, kata dokter. Padahal menurutku, itu hanya taktik diaa untuk lari dari masalah. Pasti dia enggan berurusan denganku setelah rahasianya terbongkar. Tertangkap basah lagi. Iya, tertangkap basahlah namanya, karena aku dan istriku menangkap mereka dalam keadaan sudah basah. Basah karena peluh dan mungkin cairan lainnya. Yang menjijikkan tentu saja.Sekarang timbul lagi masalah yang jauh lebih rumit. Mamaku ternyata sama parahnya. Dia nekat menusuk selingkuhan Papaku yang juga pernah menjadi selingkuhan Papa istriku. Rumit, ya? Mamaku menusuk mertua tiriku, yang ternyata selingkuh dengan papaku. Arrrrgh! Sakit kepalaku

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 51. Solusi Dari Ibu

    *****Aku segera meraih jaket dan jilbab instan yang tergantung di balik pintu kamar. Memasukkan ponsel dan dompet ke dalam tas sandang, meraih kunci motor di atas nakas, lalu setengah berlari keluar dari kamar.“Mala!”Duh! Aku lupa di rumah ini aku tidak sendiri, meski suamiku berulah lagi. Masih ada Ibu dan Nenek yang begitu peduli.“Mau ke mana? Buru-buru amat?” tanya Ibu seraya bangkit dari sofa di ruang tengah. Nenek mengalihkan tatapannya dari layar tv, kini menatapku dengan teliti.“Aku mau … eh, anu, Bu. Aku mau ….”“Mala …. Sayang? Kamu baik-baik saja, kan, Nak?” Ibu meraba pipiku.“Aku baik, Bu. Aku Cuma mau ke rumah sakit, mau liat keadaan perempuan itu,” jawabku berdallih.

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 50. Ancaman Rara

    *****Jujur, aku mulai lelah menjalani rumah tangga ini. Sudah mulai timbul rasa bosan dalam membina hubungan ini. Sikap dan watak Mas DIky teramat menyebalkan. Sifat kanak-kanaknya tak juga berubah. Gampang meledak-ledak seperti anak kecil, yang jiwanya belum matang. Aku masih harus terus menerus mempelajari sifat dan karakternya. Harus berusaha memahami segala kekurangannya, dan berusaha menempa jiwanya agar matang dan dewasa.Tetapi, kenapa hal ini tidak berlaku sebaliknya, coba? Harusnya dia juga berbuat yang sama! Dia juga harus memahami sifat dan karakterku. Bagaimana mungkin dia berfikir aku menelepon Reno, lalu mencurahkan isi hatiku, mengadukan keluh kesahku. Mala bukan type perempuan seperti itu, kan? Kenapa dia langsung meledak-ledak menuduh?Jika dia menduga seperti itu, bukankah harus bertanya dul

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 49. Suamiku Kumat Lagi

    ****“Maaaa! Mama kenapa senekat ini?” Mas Diky berteriak.Ratna ambruk, darah segar merembes membasahi dasternya yang terbalik. Mama mertuaku tersenyum seperti menyeringai.Ibu dan Nenek berlari dari kamar mereka. Menatap pemandangan yang tak diduga sama sekali.“Sudah, Ken! Sudah kutuntaskan dendammu! Aku tahu kau tidak pernah sakit, hatimulah yang terluka, bukan jiwamu! Tolong jaga Diky putraku, juga cucuku di perut putrimu! Biar aku saja yang menanggung semua ini. Kau di sini saja, jaga cucu kita, ya!” Mama menatap Ibu sendu.“Kak Lena? Kau? Jadi?” Ibu terperangah, dia kesulitan untuk berkata-kata. Bola matanya membulat sempurna.“Ya, Ken. Iya. Maaf, mengagetkanmu.”“Bang! Cepat bawa dia ke rumah sakit! Cepat!” perintahku kepada Bang Anwar. Segera

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 48.  Kejutan Dari Mama Mertua

    *****“Rahma! Bisa kau jelaskan apa sebenarnya yang telah terjadi dengan papamu?” Mama mertua tiba-tiba menegakkan tubuh. Matanya berkilat dengan sorot tajam, menatap anak dan menantunya satu persatu.“Tidak ada apa-apa, Ma! Mama tenanglah!” bujuk Kak Rahma mengelus punggung ibunya.“Diky! Kau juga tak mau berkata jujur!” tuntutnya kepada suamiku.Mas Diky bergeming.“Anwar! Kau juga tak mau jujur?”Bang Anwar menatap istrinya, seolah minta persetujuan. Kak Rahma menggeleng.“Tinggal kau Mala! Kau juga tak mau menjelaskan pada Mama? Atau, jawaban ibumu adalah jawabanmu?” dia kini menatapku lekat.“Kak Rahma, Mas! Lebih baik kalian berterus terang saja! Untuk apa lagi, sih, kalian menyembunyikan hal

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 47.  Raungan Mama Mertua

    *****Mama mertua masih menunggu jawabanku. Wajahnya terlihat begitu serius, seolah ucapan yang akan keluar dari mulutku begtu penting baginya. Kuputar otak segera, berusaha mengumpulkan perbendaharaan kata, untuk kurangkai untuknya.“Mala! Kenapa jawab gitu, aja, mikir, sih? Bagaimana hasilnya? Papa enggak mau pulang? Masih merajuk juga?”“Bukan, begitu, Ma. Tapi –“Belum selesai kuucapkan kalimatku, tiba-tiba terdengar kegaduhan dari arah dapur. Repleks aku dan Mama mertua berlari ke sumber kegaduhan. Nenek tengah jambak-jambakan dengan Ratna. Ya, Tuhan … Nenekku yang terlihat sudah begitu uzur, ternyata tenaganya sangat kuat. Untuk sesaat aku hanya melongo menonton pertunjukan. Terpukau dengan kegesitan Nenek menghajar perempuan lacur itu.“Hentikan! Sudah!”Eit, Mama mertu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status