Beranda / Rumah Tangga / Ketika Adikku Inginkan Suamiku / Bab 21. Ternyata Ibuku “Gil4”

Share

Bab 21. Ternyata Ibuku “Gil4”

last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-29 07:01:51

*****

Dua jam perjalanan, kami telah sampai di tempat tujuan. “Selamat datang di Desa Karang Sari”, begitu  tulisan yang kubaca saat memasuki gerbang desa. Mas Andy - pacar sahabatku Rani telah meluangkan waktu untuk membantuku mencari keberadaan Bu Niken. Wanita yang telah melehirkan lalu meletakkanku di depan pintu rumah Papa.

“Kita ke mana ini?” tanya Mas Andy saat mobil mulai memasuki kawasan rumah penduduk.

“Ran, gimana?” tanyaku meminta pendapat Rani.

“Kita berhenti di warung itu aja! Kita  bisa tanya-tanya dulu,” usul Rani menunjuk sebuah warung semi grosir.

Rani langsung turun begitu mobil sudah menepi. Aku juga bergegas turun.

“Selamat pagi, Ibu! Maaf mau nanya, rumhnya Ibu Niken, yang mana, ya?” tanya Rani ramah.

“Bu Niken? Bu Nike

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 22. Senyum Pertama Ibuku

    *****“Ken ….” Nenek mengelus kepala wanita itu. Yang dielus bergeming. Matanya hanya terpejam, seolah sedang larut dalam mimpi. Ya, wanita itu sepertinya tengah terlelap dalam mimpi.“Niken …! Coba buka matamu, Nduk!” Lihat siapa yang datang!” bujuk Nenek tak henti membelai kepala wanita itu. Disibakkannya rambut panjang yang menutupi separuh wajah. Disatukan semuanya ke belakang kepala, lalu diikat menggunakan karet gelang yang terletak di dekat kaki wanita yang diikat tali tambang. Bau tak sedap menyerang cuping hidung. Sepertinya wanita ini sudah lama tak mandi.Bu Niken, ah … Ibu? Bukan, Mama? Ah! Dengan apa aku harus memanggilnya. Mulutku sangat berat menyebut dengan satu panggilan khusus. Bagaimana aku harus memanggilnya?“Mala … panggil ibumu, Nak! Mungkin dia mau bangun jika

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 23. Mertua Menolak Ibuku

    *****Kuseka sisa air di tubuh Ibu. Dibantu Rani, kami mengenakan daster lusuh, tapi terlihat bersih. Kukeringkan rambut panjang Ibu. Kusisir rapi dengan meminjam sisir rambut di tas sandang Rani.“Ini pakai bedak aku!” usul Rani mulai menaburkan dan meratakan bedak di pipi Ibu. Tak lupa Rani mengoleskan pewarna bibir.“Ibu cantik sekali,” puji Rani memperlihatkan wajah Ibu melalui cermin kecil.Ibu terlihat semringah.“Kita mau pergi ke kota? Mau lihat Mala, ya?” tanyanya dengan mata berbinar.“Lho. Ini siapa?” tanya Rani menunjukku.“Mala … ini Mala putriku?” Ibu kembali terlihat linglung. Wajahnya kembali basah genangan air mata.“Ini Mala, Bu. Kita akan selalu bersama sekarang!” ucapku samb

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 24. Demi Baktiku Pada Suami Dan Ibu

    *****“Mas …,” sapaku menyambut Mas Diky yang berdiri terpaku di ambang pintu kamar. Kuberanikan diri meraih tangan dan menciumnya dengan lembut.Mas Diky bergeming. Tatapannya masih tertuju ke ranjang besi kebanggaannya. Ranjang yang katanya tidak akan berbunyi meski ada yang tanding gulat di atasnya. Sontak hatiku getir. Pasti Mas Diky sangat kecewa. Dalam bayangannya mungkin akan segera mengendong dan meletakkan aku ke atas pembaringan, begitu tiba di rumah. Kenyataan yang terjadi ranjang itu telah ditempati orang lain. Ibu dan nenekku.Aku salah? Ya, aku salah. Tetapi, ke mana lagikah aku harus membawa mereka? Aku tak punya rumah, tak juga punya uang untuk mengontrak. Pekerjaan pun aku belum ada. Sungguh berbeda dengan Melur. Meski jiwanya lembek, tapi begitu lincah dalam hal mencari penghasilan. Sepertinya aku harus menirunya. Aku tak akan bisa hidup

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 25. Api Dalam Sekam

    *****“Kami akan membawa mereka ke kos-kosan terdekat, Ma,” kata Mas Diky tetap berbicara sopan pada ibunya.“Sini dulu, Mama mau bicara!” perintah wanita itu. Mas Diky mengikuti langkah sang ibunda dengan patuh.“Mala, kami minta maaf. Mungkin sikap kami kurang berkenan di hatimu. Tapi, ini jauh lebih baik, daripada kami menyimpannya. Ibarat menyimpan bara di dalam sekam. Kobaran apinya akan sangat dasyat, apalagi bila ada angin yang berembus. Kau paham maksud Papa, Nak?” tutur Papa mertuaku seakan begitu arif dan bijaksana.“Tidak apa-apa, Pa. Saya paham. Saya berjanji, akan segera mengembalikan nama baik ibu kandung saya. Hingga semua orang akan tahu cerita yang sebenarnya,” cetusku tetap tersenyum.“Ok, semoga saja kamu benar. Papa tinggal dulu,” ucap Papa setelah mengangguk kepada Ibu da

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 26. Mama Tiri Labrak Ibu

    ****“Mel, pagi ini ada waktu enggak buat aku?” tanyaku melalui telepon. Aku menyerah juga akhirnya. Terpaksa meminta bantuan pengantin baru itu.“Ada apa, La? Kamu baik-baik saja?” tanya Melur dengan nada khawatir.“Aku baik. Tapi, sangat butuh bantuan kamu sekarang. Bisa ke rumah mertuaku enggak, jemput aku? Aku enggak enak ngerepotin Rani terus menerus. Kemarin juga dia dan Mas Andy sudah menemani aku seharian saat mencari Ibu aku ke desa. ” lanjutku.“Boleh. Kebetulan Mas Reno juga enggak sibuk hari ini, kami bisa bareng.”“Jangan, dong! Kamu sendiri aja!” selaku cepat.“Kenapa? Mas Reno bisa, kok, bantu nyetirin kita kalau ke mana-mana?” tukas Melur.“Enggak enak ngerepotin suamimu. Kamu aja, deh! Mas Reno enggak usah ikut. Lagian aku

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 27. Rahasia Sang Pelakor Terbongkar

    *****“Mala … kau di mana …? Tolong kami, Nduk!”Terenyuh mendengar tangisan Nenek. Wanita yang telah uzur itu menelungkup di lantai, di lorong kos-kosan sempit. Sementara Ibu langsung bangkit, terduduk setelah tersungkur jatuh karena di dorong kasar oleh Mama Ratna. Wanita itu mengkerut sembari memeluk lutut. Sorot matanya penuh ketakutan, sesekali melirik Mama Ratna dan Rara.Semua terjadi di hadapanku. Aku yang masih berbaur dengan para penghuni kos-kosan. Mereka belum menyadari keberadaanku.“Belum puas, ya, kau diazab Allah seperti ini? Kau diazab sampai gendeng begini? Karmamu belum cukup, iya? Sekarang berani-beraninya datang lagi, mau ngapaian? Mas Ranto udah enggak peduli padamu! Surat ceraimu memang belum pernah kau terima, tapi talak untukmu sudah jelas! Secara hukum pun kau bukan i

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 28. Genderang Perang Mulai Ditabuh Rara

    *****Penghuni kos-kosan meneriaki Mama Ratna dan Rara, saat keduanya dipaksa pergi oleh Papa. Rara memapah ibunya yang berjalan masih sempoyongan. Gang sempit ini agak jauh dari jalan raya, bisa kubayangkan bagaimana tersiksanya mereka berjalan kaki sambil menahan sakit di sekujur badan untuk mencapai jalan besar, agar bisa menemukan alat angkutan untuk pulang.Ibu masih menyembunyikan wajah di balik punggungku, saat Papa semakin mendekat. Wajah murung lelaki paruh baya itu menggambarkan bagaimana perasaannya saat ini. Menyesal, yah, aku yakin itulah yang dirasakannya saat ini.Nenek terlihat gelisah. Wajahnya menegang penuh emosi, warna mukanya merah padam. Wajar sekali Nenek marah. Dia berhak murka karena kecewa. Papa telah menyakiti anak semata wayangnya. Papa bahkan telah menghancurkan hidup putrinya itu. Dua puluh tahun sudah lamanya, sang putri menderita gangguan mental. Hidup

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 29.  Semua Demi Istriku

    *****Pernikahan adalah peresmian hubungan. Kala suatu hubungan mulai terjalin, tidak akan ada ketenangan bila belum peresmian. Konon pula aku yang awalnya ditolak tanpa kepastian. Kekasih hatiku tak jua menaut binar yang kupancarkan.Perjuangan panjang telah kujalankan, ibarat perang, kini telah kuraih kemenangan. Malaku Sayang, wanita impian, telah kepeluk dalam dekapan, langsung kuikat dalam pernikahan.Tetapi, perjuangan ini ternyata belum selesai, sepertinya tak akan pernah usai. Mempertahankan pernikahan ini, ternyata jauh lebih berat dari medan perang. Begitu berat tantangan yang harus dihadapi. Berbagai gejolak datang silih berganti.Istri berselisih dengan Mama, Mama egois, inginnya sang menantu nurut segala inginnya. Istri juga punya keinginan dan prinsip sendiri. Aku di tengah-tengahnya. Bah! Sakit kali kepalaku menjalani ini. Harus bisa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06

Bab terbaru

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 56.  Cinta itu masih ada di Hati Mama

    *****“Ibu mau ke mana?” tanyaku lembut.“Kamar mandi, ibu kebelet.”Kulepas pegangan di lengannya. Mungkin benar ibu kebelet, karena ancaman para preman menakutkan barusan. Mudah-mudahan, bukan karena kedatangan Papa.“Apa ini, Nak Anto?” tanya Nenek seraya menerima bungkusan dari Papa.Anto adalah nama panggilan Papa. Nama sebenarnya adalah Ranto, konon ceritanya, nama itu sengaja diberikan Kakek Almarhum kepada Papa. Dengan harapan Papa akan pergi merantau meninggalkan kampung halamannya di Aceh. Merantau untuk menuntut ilmu, pun belajar berbisnis. Harapan Kakek ternyata terwujud.“Ini ada martabak panas, rasa srikaya, makanan kesukaan –“ Papa tak melanjutkan ucapannya. Matanya menatap lurus ke arah pintu. Aku yakin, Ibulah yang sedang di carinya.

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 55. Rara Meminta Bantuan Preman

    *****Kembali ke POV Mala“Kamu enggak usah jenguk Papa ke rumah sakit, Sayang! Hari ini dia sudah boleh pulang. Kak Rahma akan membawa Papa ke rumah Mama,” kata Mas Diky sambil mengenakan seragam.“Alhamdulillan, Mas. Papa cepat pulih.”“Ya, tapi dia belum boleh mikir, apalagi mendapat tekanan. Biar aja Kak Rahma yang merawat dia di rumah.”“Ya, kita juga harus ikut merawat, kan?”“Tidak! Aku masih malas bertemu Papa! Bisa emosi aku nanti, kuhajar pula dia. Gawat, kan?”“Masalah ini tidak boleh dihadapi dengan kekerasan, Mas!”“Iya, tapi aku belum bisa, Sayang! Aku akan fokus ngurus kasus Mama, tadi malam Papamunelpon. Dia ngajak ketemuan di kantor pagi ini. Semoga usulannya untuk menyelesaikan kasus

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 54. Malaku Ngidam

    ******Masih diam terpaku, menatap tubuh menelungkup wanitaku. Bahu yang sedari tadi tak luput dari tatapan, terlihat mulai tenang. Tiada lagi goncangan. Isak, sedu dan sedan, raib sudah. Mungkinkah dia sudah berhenti menangis? Sepertinya iya. Kepala yang tanpa kerudung itu terangkat sedikit, tangan kanan mengusap wajah. Apakah istriku sedang mengusap air mata? Sepertinya, iya.Gegas aku bangkit dari bibir ranjang, berjingkat menuju pintu kamar, menggenggam handel pintu, membukanya pelan, berusaha tanpa derit. Lalu melangkah kembali keluar, menutup pintu dengan pelan, tetap berusaha agar tak menimbulkan deritan.Menarik napas panjang, lalu mengembuskannya pelan. Tiga kali, tiga kali aku melakukannya. Baru mulut bisa berucap.“Assalamualaikum! Mala ….”“Waalaikumusalam, Mas …!”

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 53.  Diky Lolos Dari Jebakan Rara

    ****Mala bolak-balik nelpon, tapi kuhiraukan. Biar saja dia sibuk dengan pikirannya sendiri. Masih terlalu dini untuk meminta maaf padanya sekarang. Tetapi, panggilan dari Kak Rahma tak boleh kuhiraukan. Aku khawatir terjadi sesuatu dengan Papa, atau Tante Ratna.“Dik, kamu ke rumah sakit, deh, sekarang!” perintah Kak Rahma mengagetkan.“Kenapa, Kak. Papa baik-baik aja, kan?” tanyaku was-was.“Papa baik, kondisinya semakin stabil. Ini tentang Tante Ratna.”“Kenapa dia?” cecarku.“Kata Dokter, lukanya cukup dalam, dia belum sadar juga, terlalu banyak ngeluarin darah. Tadi, putrinya si Rara nelpon ke hape Tante Ratna, aku angkat. Sekarang dia di sini, ngamuk-ngamuk gak jelas. Ngancam-ngancam gitu.”“Bilang aj

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 52. Kapan Kau  Mencintaiku, Mala?

    *****POV DikyAku masih tak percaya dengan kenyataan yang terjadi sekarang ini. Papa berselingkuh dengan perempuan lain saja sudah membuatku sesak napas. Ternyata Papaku begitu menjijikkan. Saat aku ingin meminta pertanggung jawab, dia malah memilih pingsan. Serangan jantung, kata dokter. Padahal menurutku, itu hanya taktik diaa untuk lari dari masalah. Pasti dia enggan berurusan denganku setelah rahasianya terbongkar. Tertangkap basah lagi. Iya, tertangkap basahlah namanya, karena aku dan istriku menangkap mereka dalam keadaan sudah basah. Basah karena peluh dan mungkin cairan lainnya. Yang menjijikkan tentu saja.Sekarang timbul lagi masalah yang jauh lebih rumit. Mamaku ternyata sama parahnya. Dia nekat menusuk selingkuhan Papaku yang juga pernah menjadi selingkuhan Papa istriku. Rumit, ya? Mamaku menusuk mertua tiriku, yang ternyata selingkuh dengan papaku. Arrrrgh! Sakit kepalaku

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 51. Solusi Dari Ibu

    *****Aku segera meraih jaket dan jilbab instan yang tergantung di balik pintu kamar. Memasukkan ponsel dan dompet ke dalam tas sandang, meraih kunci motor di atas nakas, lalu setengah berlari keluar dari kamar.“Mala!”Duh! Aku lupa di rumah ini aku tidak sendiri, meski suamiku berulah lagi. Masih ada Ibu dan Nenek yang begitu peduli.“Mau ke mana? Buru-buru amat?” tanya Ibu seraya bangkit dari sofa di ruang tengah. Nenek mengalihkan tatapannya dari layar tv, kini menatapku dengan teliti.“Aku mau … eh, anu, Bu. Aku mau ….”“Mala …. Sayang? Kamu baik-baik saja, kan, Nak?” Ibu meraba pipiku.“Aku baik, Bu. Aku Cuma mau ke rumah sakit, mau liat keadaan perempuan itu,” jawabku berdallih.

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 50. Ancaman Rara

    *****Jujur, aku mulai lelah menjalani rumah tangga ini. Sudah mulai timbul rasa bosan dalam membina hubungan ini. Sikap dan watak Mas DIky teramat menyebalkan. Sifat kanak-kanaknya tak juga berubah. Gampang meledak-ledak seperti anak kecil, yang jiwanya belum matang. Aku masih harus terus menerus mempelajari sifat dan karakternya. Harus berusaha memahami segala kekurangannya, dan berusaha menempa jiwanya agar matang dan dewasa.Tetapi, kenapa hal ini tidak berlaku sebaliknya, coba? Harusnya dia juga berbuat yang sama! Dia juga harus memahami sifat dan karakterku. Bagaimana mungkin dia berfikir aku menelepon Reno, lalu mencurahkan isi hatiku, mengadukan keluh kesahku. Mala bukan type perempuan seperti itu, kan? Kenapa dia langsung meledak-ledak menuduh?Jika dia menduga seperti itu, bukankah harus bertanya dul

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 49. Suamiku Kumat Lagi

    ****“Maaaa! Mama kenapa senekat ini?” Mas Diky berteriak.Ratna ambruk, darah segar merembes membasahi dasternya yang terbalik. Mama mertuaku tersenyum seperti menyeringai.Ibu dan Nenek berlari dari kamar mereka. Menatap pemandangan yang tak diduga sama sekali.“Sudah, Ken! Sudah kutuntaskan dendammu! Aku tahu kau tidak pernah sakit, hatimulah yang terluka, bukan jiwamu! Tolong jaga Diky putraku, juga cucuku di perut putrimu! Biar aku saja yang menanggung semua ini. Kau di sini saja, jaga cucu kita, ya!” Mama menatap Ibu sendu.“Kak Lena? Kau? Jadi?” Ibu terperangah, dia kesulitan untuk berkata-kata. Bola matanya membulat sempurna.“Ya, Ken. Iya. Maaf, mengagetkanmu.”“Bang! Cepat bawa dia ke rumah sakit! Cepat!” perintahku kepada Bang Anwar. Segera

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 48.  Kejutan Dari Mama Mertua

    *****“Rahma! Bisa kau jelaskan apa sebenarnya yang telah terjadi dengan papamu?” Mama mertua tiba-tiba menegakkan tubuh. Matanya berkilat dengan sorot tajam, menatap anak dan menantunya satu persatu.“Tidak ada apa-apa, Ma! Mama tenanglah!” bujuk Kak Rahma mengelus punggung ibunya.“Diky! Kau juga tak mau berkata jujur!” tuntutnya kepada suamiku.Mas Diky bergeming.“Anwar! Kau juga tak mau jujur?”Bang Anwar menatap istrinya, seolah minta persetujuan. Kak Rahma menggeleng.“Tinggal kau Mala! Kau juga tak mau menjelaskan pada Mama? Atau, jawaban ibumu adalah jawabanmu?” dia kini menatapku lekat.“Kak Rahma, Mas! Lebih baik kalian berterus terang saja! Untuk apa lagi, sih, kalian menyembunyikan hal

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status