Cora menatap tak percaya pada pria dihadapannya. Tubuhnya diam tak berkutik seakan raganya tidak berada di tempat itu.
“Cora Aleyna… siapa sangka kita bertemu lagi,” ucap pria itu sambil tersenyum miring. Kemudian dia duduk dengan elegan, menyilangkan kaki dengan santai. Kedua tangannya berada di sandaran tangan, beristirahat dengan elegan, sementara pandangan matanya mengamati gadis yang berdiri di depannya. Cora tersadar dari lamunannya saat mendengar pria itu menyebut namanya. Ia mencoba berdiri dengan tegak, meskipun merasa kikuk. Tidak pernah terpikirkan dalam benak Cora bahwa ia akan bertemu kembali dengan Reno—pria itu. Dan yang membuatnya bertambah syok adalah bahwa pria yang pernah menjadi kekasihnya itu kemungkinan besar adalah CEO yang ia cari. Bagaimana mungkin? “Reno—apakah kamu—CEO RI Corp.?” Cora harus memastikannya. Reno mendengus dan tersenyum miring. “Apakah itu penting?” Walaupun bersikap sinis, Reno tidak membantahnya. Dan itu cukup untuk membuat Cora yakin Reno adalah CEO yang ia cari! Dengan cepat Cora duduk di seberang kursi pria itu. “Reno, aku punya penawaran untukmu,” ujarnya sambil meletakkan tangan di atas meja, tubuhnya sedikit membungkuk ke depan mendekati pria itu. Cora mengesampingkan rasa malu, sungkan dan canggung yang dirasakannya. Kalau tidak melakukannya sekarang, kapan lagi ia punya kesempatan? “Aku tidak tertarik.” Reno berkata dengan acuh tak acuh sembari mengangkat satu alisnya. Ia lalu meraih sekotak rokok dari saku celana dan mengambil sebatang. Dengan sedikit menunduk, ia menyulutnya. Cora menghela nafas merasa Reno belum bisa melupakan masa lalu mereka. Ia sadar, akan sulit membujuk Reno untuk bekerjasama dengannya jika pria itu masih tidak bisa melupakan kejadian di masa lalu. “Reno, aku tahu kamu masih marah dengan apa yang terjadi dulu. Tetapi, itu sudah hampir—7 tahun yang lalu. Apa kamu masih mempermasalahkan hal itu?” tanya Cora dengan perlahan sembari menatap pria di hadapannya. Tidak dipungkirinya, Reno masih setampan dulu kala mereka berpacaran. Namun Reno yang berada dihadapannya saat ini terlihat lebih dewasa dan memiliki aura otoritatif yang sangat kuat . “Mempermasalahkan?” Reno mengulangnya dengan tatapan tajam dan raut wajah yang seketika dingin. Ia menyorongkan tubuhnya ke depan dan meletakkan satu sikunya di atas meja. Posisi wajah mereka berdekatan dengan kedua pasang pupil menatap dengan intens, bergerak seakan saling mengikuti satu sama lain. “Untuk apa? Bukankah aku tidak cukup baik untukmu?” tanya Reno, mengulang apa yang pernah Cora katakan padanya dulu. Cora menahan nafasnya. Sekelebat ia bisa merasakan kembali tatapan mata yang terluka dan kecewa 7 tahun yang lalu saat ia menyakiti hatinya. Cora tidak sanggup menatapnya lebih lama. Ia menunduk dan bernafas dengan tersenggal pelan. Entah mengapa, dadanya terasa sesak, seakan seseorang tengah meremas paru-parunya sehingga membuatnya sulit untuk bernafas. Kejadian 7 tahun yang lalu ternyata masih membekas di hati Reno lebih dalam dari yang ia duga. Ia sama sekali tidak menyangka. Cora tahu ia memang bersalah. Akan tetapi ia punya alasan tersendiri mengapa melakukannya saat itu. Cora menarik nafas dalam, berusaha menguatkan dirinya untuk menghadapi kedua manik hitam itu kembali. Ia mengangkat wajahnya dan kembali bertemu dengan kedua pasang mata yang hitam pekat. “Reno,” ucap Cora menjeda. “Aku minta maaf.” Reno mendengus kasar, tidak menganggap permintaan maaf itu dengan serius. Namun, Cora tetap melanjutkan. “Saat itu aku masih muda dan naif. Maksudku, banyak orang membuat kesalahan saat mereka muda—” Ucapan Cora terpenggal mendengar suara tawa Reno. Reno menarik nafas dan berhenti tertawa. “Masih muda dan naif?” Ia lalu tersenyum miring. “Masih saja beralasan!” Tenggorokan Cora tercekat. Ingin mengatakan sesuatu, membela dirinya dan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi kala itu. Namun, tidak ada sepatah kata pun keluar dari mulutnya. “Berapa yang kamu inginkan?” Reno lanjut bertanya sembari mengeluarkan sebuah buku cek dari dalam tasnya. “Apa?” Cora bingung dengan apa yang Reno tanyakan. “Berapa uang yang kamu butuhkan?” tanpa menunggu jawaban Cora, pria itu menulis sejumlah angka lalu menyodorkan cek itu. “Tidak. Kamu salah paham, Reno. Aku tidak menginginkan uangmu.” Cora menolak cek itu dan segera mengembalikannya. “Aku kesini ingin membuat penawaran denganmu!” “Sudah kubilang, aku tidak tertarik!” timpal Reno sambil membereskan barang-barang miliknya di atas meja. Cora panik melihat Reno bersiap-siap untuk pergi. Padahal, mereka belum bersepakat apa pun. Ia tidak bisa membiarkan Reno pergi! “Kamu mau ke mana?” tanya Cora sambil memperhatikan Reno. “Ambil uangnya dan jangan temui aku lagi!” ucap Reno dengan sikap acuh. “Reno!” Cora menahan pergelangan tangan pria itu hingga berhenti bergerak dan menatapnya. “Beri aku kesempatan untuk bicara!” pinta Cora dengan tatapan memohon. “Kamu tidak akan menyesalinya, Reno. Dengarkan aku dulu!” Cora tidak peduli. Ia harus bisa memberitahu Reno apa yang ingin ia katakan. Mereka diam dan saling menatap selama beberapa detik, sebelum Reno berkata, “Satu menit.” Reno menaruh kembali barang miliknya dibatas meja, menyandarkan punggungnya di kursi dengan kedua siku bersandar di sandaran tangan. Ia dengan santai mengaitkan jari-jarinya, menunggu Cora bicara. Cora menarik nafas dalam dan kembali duduk. Ia menatap Reno dengan serius dan perlahan berkata, “Aku tahu perusahaanmu sedang bersaing dengan Wijaya Corporation. Dan aku—mengetahui rahasia dan kecurangan mereka.” Reno mendengus sembari menahan tawanya. “Ini yang ingin kamu bicarakan denganku?” Cora tidak menghiraukan nada suara mengolok itu. Ia mengangguk dan masih dengan ekspresi serius melanjutkan, “Aku bisa memberikan informasi kecurangan mereka dengan cuma-cuma, asalkan—kamu membantuku menjatuhkan Wijaya Corp!” Keduanya saling menatap dalam diam. Saat itu Cora yakin sekali jika Reno tertarik dengan penawarannya. Bukankah perusahaan Reno akan diuntungkan dengan jatuhnya Wijaya Corp? Tiba-tiba saja Reno berdiri dan meraih barang pribadinya. “Reno? Bagaimana? Kamu—setuju bekerjasama denganku?” tanya Cora sambil menatap Reno dengan penuh harap. “Kamu baru saja membuang waktumu, Cora,” sergah Reno sambil melirik gadis dihadapannya, lalu berjalan pergi. “Tunggu! Reno!” Cora bergegas mengikutinya. “Eric berbuat curang, dan aku tahu apa yang dia lakukan!” Sembari mengikuti langkah panjang pria itu, Cora mencoba untuk meyakinkan Reno. Namun Reno tidak menggubrisnya dan terus berjalan keluar dari Topaz Palate dan masuk ke dalam lift. “Dia berbuat curang dalam berbagai tender. Apa kamu tidak ingin tahu apa saja yang dia lakukan?!” Di dalam lift, Cora masih berusaha meyakinkan Reno. Reno menghela nafas dan menoleh. “Kamu tidak pernah tertarik pada bisnis. Dan sekarang, kamu mengatakan mengetahui rahasia sebuah perusahaan besar?” Reno menatap skeptis pada Cora. Reno benar, dulu ia memang tidak tertarik untuk terjun dalam intrik dunia bisnis. Namun, sekarang berbeda. Ia punya satu tujuan! Lift berhenti di lantai dasar dan Reno berjalan keluar. “Bantu aku menjatuhkan perusahaan Eric, dengan begitu dia tidak akan menjadi pesaingmu lagi!” Dengan terengah-engah Cora berusaha menyamai langkah Reno. Namun Reno tetap mengacuhkannya. Di luar lobi Hotel Topaz, Heri—pria yang bersama Reno semalam sudah menunggu di depan sebuah mobil Mercedes Benz berwarna hitam. Saat jarak mereka semakin dekat, Heri membuka pintu untuk Reno. Cora panik. Reno tidak juga percaya padanya dan dia akan segera pergi. Apa yang harus ia lakukan untuk membuatnya percaya? “Reno!” Reno hendak melangkah memasuki mobil saat ia mendengar Cora memanggil namanya dengan lantang. “Besok, jam 10 pagi, Eric akan mengumumkan Janet sebagai new brand ambassador Aco’s Inc untuk menaikkan harga sahamnya,” seru Cora, berharap Reno mendengar ucapannya. Ini adalah satu-satunya cara. Reno menghentikan langkahnya. Dia terdiam sesaat sebelum lanjut masuk ke dalam mobil dan pintu mobil itu tertutup. Cora menghela nafas, pasrah dengan hasil yang akan dicapainya nanti. Tidak ada jaminan jika Reno mendengarkannya, terlebih dengan masa lalu yang mereka miliki. Cora menatap mobil sedan mewah itu bergerak menjauh, seakan semua kalimat yang ia ucapkan tadi ikut menghilang bersama pria yang ada di dalam mobil itu.Di lantai teratas gedung Renowed Innovation Corp. di kota Fragrant Harbour, Reno Afrizal sedang berdiskusi dengan beberapa orang tim tender project Goldenbrook Canal. Heri dan anggota tim project sedang mengerjakan proposal di meja meeting yang ada di ruangan CEO itu, sementara Reno sedang duduk di kursi kerjanya, mengecek beberapa dokumen yang akan mereka lampirkan dalam pengajuan proposal tender tersebut. Di salah satu sisi dinding, pesawat televisi sedang menyala dengan suara yang dikecilkan. Tampak di layar televisi itu berita ekonomi dari salah satu stasiun televisi di Fragrant Harbour, FH Tribune. Reno sedang memperhatikan nama-nama beberapa perusahaan yang ikut serta dalam pengajuan tender Goldenbrook Canal, saat telinganya menangkap sebuah laporan berita dari seorang reporter. “Selamat pagi, saya Mira Damanik melaporkan dari Fragrant Convention Centre—FCC untuk F-news. Pagi ini Aco’s Inc telah meluncurkan produk baru berupa satu seri kosmetik yang dinamakan Akinos make up
Be—berciuman?!Di ruangan itu, Cora yang tengah memegang segelas wine seketika bergetar. Di hadapannya, Eric dan seorang wanita yang wajahnya familiar tengah berciuman dengan begitu mesranya.“E—Eric! Apa yang kau laku…”“Ah, akhirnya jalang ini muncul juga!”Deg!Ucapan Janet yang kasar itu seketika membuat Cora meradang!“Apa maksudmu berkata begitu, dasar pelakor!”Baru saja Cora hendak mendekati Janet dengan amarah, Eric seketika menghalanginya.“Eric? Kenapa kamu melindungi dia!?”“Kenapa?” Eric menoleh ke arah Janet, lalu dengan santainya ia menarik Janet ke dalam pelukannya. “Tentu saja karena aku akan menikahi Janet.”Menikahi Janet? Apakah ini lelucon?“Tapi—kita bertunangan! Bagaimana mungkin kamu—melakukan ini?” sergah Cora tidak menerima begitu saja.“Kamu itu naif—atau bodoh?” cemooh Eric.“Bagaimana mungkin aku menikah denganmu, Cora?! Lihatlah dirimu…” Eric menunjuk Cora—penampilan Cora saat itu.“Bagaimana mungkin kamu membandingkan dirimu dengan Janet? Janet jauh lebi
“Kurang ajar! Bagaimana mungkin mereka melakukan ini padamu? Dan Eric? Dasar laki-laki berengsek! Tidak berperasaan!” Tiara, sahabat Cora sangat geram saat Cora menceritakan apa yang terjadi.Cora menghela nafas dengan berat. Ia pun tidak menyangka, mereka yang terlihat baik di permukaan, ternyata memiliki pikiran dan rencana sepicik itu.Hatinya benar-benar sakit telah dikhianati, dimanfaatkan dan diperlakukan seperti sampah oleh Eric dan Janet! “Andai aku bisa membalas perbuatan mereka!” Cora tidak bisa begitu saja melupakan dan memaafkan mereka. Tapi apa yang bisa ia lakukan?Melihat raut wajah Cora yang begitu sedih, Tiara ikut merasa sedih. Dipeluknya sahabatnya itu dengan erat. “Cora, lupakan saja laki-laki berengsek itu! Masih banyak laki-laki lain yang lebih baik darinya!Ia lalu melepaskan pelukannya. “Dan Janet…semoga mereka berdua mendapat balasan setimpal atas perbuatan mereka!” “Aku harap begitu,” ucap Corasambil menarik nafas dalam. Ia menghapus airmatanya dan mengedar
“Kamu yakin mau pergi menemui orang itu?” tanya Tiara sembari memegangi pelipisnya yang berdenyut.Cora yang baru saja selesai mandi dan sedang mengenakan pakaian menoleh ke arahnya. Ia mengangguk. “Kalau ada yang bisa menjatuhkan perusahaan Eric, itu adalah RI Corp. Hanya dia yang bisa membantuku,” jawab Cora sambil menatap penampilan dirinya di depan cermin.“Bagaimana kamu akan meyakinkan dia? Kamu bahkan tidak tahu seperti apa rupa orang itu, atau bagaimana sifatnya,” tanya Tiara lagi sambil ia beranjak dari ranjang. Cora menatap pantulan kedua matanya yang berbentuk foxy—memanjang dan terangkat di bagian luar.Identitas CEO itu sulit diketahui, sehingga untuk bisa menemuinya akan sulit jika tidak memiliki kontak langsung dengannya.Percakapan yang didengarnya semalam mungkin sebuah petunjuk untuknya. Petunjuk untuk bisa menemukan CEO misterius itu dan membuat penawaran yang mungkin akan membuat CEO itu tertarik untuk bekerjasama dengannya.Cora tersenyum pada Tiara melalui pa
Di lantai teratas gedung Renowed Innovation Corp. di kota Fragrant Harbour, Reno Afrizal sedang berdiskusi dengan beberapa orang tim tender project Goldenbrook Canal. Heri dan anggota tim project sedang mengerjakan proposal di meja meeting yang ada di ruangan CEO itu, sementara Reno sedang duduk di kursi kerjanya, mengecek beberapa dokumen yang akan mereka lampirkan dalam pengajuan proposal tender tersebut. Di salah satu sisi dinding, pesawat televisi sedang menyala dengan suara yang dikecilkan. Tampak di layar televisi itu berita ekonomi dari salah satu stasiun televisi di Fragrant Harbour, FH Tribune. Reno sedang memperhatikan nama-nama beberapa perusahaan yang ikut serta dalam pengajuan tender Goldenbrook Canal, saat telinganya menangkap sebuah laporan berita dari seorang reporter. “Selamat pagi, saya Mira Damanik melaporkan dari Fragrant Convention Centre—FCC untuk F-news. Pagi ini Aco’s Inc telah meluncurkan produk baru berupa satu seri kosmetik yang dinamakan Akinos make up
Cora menatap tak percaya pada pria dihadapannya. Tubuhnya diam tak berkutik seakan raganya tidak berada di tempat itu.“Cora Aleyna… siapa sangka kita bertemu lagi,” ucap pria itu sambil tersenyum miring.Kemudian dia duduk dengan elegan, menyilangkan kaki dengan santai.Kedua tangannya berada di sandaran tangan, beristirahat dengan elegan, sementara pandangan matanya mengamati gadis yang berdiri di depannya. Cora tersadar dari lamunannya saat mendengar pria itu menyebut namanya. Ia mencoba berdiri dengan tegak, meskipun merasa kikuk. Tidak pernah terpikirkan dalam benak Cora bahwa ia akan bertemu kembali dengan Reno—pria itu. Dan yang membuatnya bertambah syok adalah bahwa pria yang pernah menjadi kekasihnya itu kemungkinan besar adalah CEO yang ia cari.Bagaimana mungkin?“Reno—apakah kamu—CEO RI Corp.?” Cora harus memastikannya.Reno mendengus dan tersenyum miring. “Apakah itu penting?” Walaupun bersikap sinis, Reno tidak membantahnya. Dan itu cukup untuk membuat Cora yakin Ren
“Kamu yakin mau pergi menemui orang itu?” tanya Tiara sembari memegangi pelipisnya yang berdenyut.Cora yang baru saja selesai mandi dan sedang mengenakan pakaian menoleh ke arahnya. Ia mengangguk. “Kalau ada yang bisa menjatuhkan perusahaan Eric, itu adalah RI Corp. Hanya dia yang bisa membantuku,” jawab Cora sambil menatap penampilan dirinya di depan cermin.“Bagaimana kamu akan meyakinkan dia? Kamu bahkan tidak tahu seperti apa rupa orang itu, atau bagaimana sifatnya,” tanya Tiara lagi sambil ia beranjak dari ranjang. Cora menatap pantulan kedua matanya yang berbentuk foxy—memanjang dan terangkat di bagian luar.Identitas CEO itu sulit diketahui, sehingga untuk bisa menemuinya akan sulit jika tidak memiliki kontak langsung dengannya.Percakapan yang didengarnya semalam mungkin sebuah petunjuk untuknya. Petunjuk untuk bisa menemukan CEO misterius itu dan membuat penawaran yang mungkin akan membuat CEO itu tertarik untuk bekerjasama dengannya.Cora tersenyum pada Tiara melalui pa
“Kurang ajar! Bagaimana mungkin mereka melakukan ini padamu? Dan Eric? Dasar laki-laki berengsek! Tidak berperasaan!” Tiara, sahabat Cora sangat geram saat Cora menceritakan apa yang terjadi.Cora menghela nafas dengan berat. Ia pun tidak menyangka, mereka yang terlihat baik di permukaan, ternyata memiliki pikiran dan rencana sepicik itu.Hatinya benar-benar sakit telah dikhianati, dimanfaatkan dan diperlakukan seperti sampah oleh Eric dan Janet! “Andai aku bisa membalas perbuatan mereka!” Cora tidak bisa begitu saja melupakan dan memaafkan mereka. Tapi apa yang bisa ia lakukan?Melihat raut wajah Cora yang begitu sedih, Tiara ikut merasa sedih. Dipeluknya sahabatnya itu dengan erat. “Cora, lupakan saja laki-laki berengsek itu! Masih banyak laki-laki lain yang lebih baik darinya!Ia lalu melepaskan pelukannya. “Dan Janet…semoga mereka berdua mendapat balasan setimpal atas perbuatan mereka!” “Aku harap begitu,” ucap Corasambil menarik nafas dalam. Ia menghapus airmatanya dan mengedar
Be—berciuman?!Di ruangan itu, Cora yang tengah memegang segelas wine seketika bergetar. Di hadapannya, Eric dan seorang wanita yang wajahnya familiar tengah berciuman dengan begitu mesranya.“E—Eric! Apa yang kau laku…”“Ah, akhirnya jalang ini muncul juga!”Deg!Ucapan Janet yang kasar itu seketika membuat Cora meradang!“Apa maksudmu berkata begitu, dasar pelakor!”Baru saja Cora hendak mendekati Janet dengan amarah, Eric seketika menghalanginya.“Eric? Kenapa kamu melindungi dia!?”“Kenapa?” Eric menoleh ke arah Janet, lalu dengan santainya ia menarik Janet ke dalam pelukannya. “Tentu saja karena aku akan menikahi Janet.”Menikahi Janet? Apakah ini lelucon?“Tapi—kita bertunangan! Bagaimana mungkin kamu—melakukan ini?” sergah Cora tidak menerima begitu saja.“Kamu itu naif—atau bodoh?” cemooh Eric.“Bagaimana mungkin aku menikah denganmu, Cora?! Lihatlah dirimu…” Eric menunjuk Cora—penampilan Cora saat itu.“Bagaimana mungkin kamu membandingkan dirimu dengan Janet? Janet jauh lebi