Be—berciuman?!
Di ruangan itu, Cora yang tengah memegang segelas wine seketika bergetar. Di hadapannya, Eric dan seorang wanita yang wajahnya familiar tengah berciuman dengan begitu mesranya. “E—Eric! Apa yang kau laku…” “Ah, akhirnya jalang ini muncul juga!” Deg! Ucapan Janet yang kasar itu seketika membuat Cora meradang! “Apa maksudmu berkata begitu, dasar pelakor!” Baru saja Cora hendak mendekati Janet dengan amarah, Eric seketika menghalanginya. “Eric? Kenapa kamu melindungi dia!?” “Kenapa?” Eric menoleh ke arah Janet, lalu dengan santainya ia menarik Janet ke dalam pelukannya. “Tentu saja karena aku akan menikahi Janet.” Menikahi Janet? Apakah ini lelucon? “Tapi—kita bertunangan! Bagaimana mungkin kamu—melakukan ini?” sergah Cora tidak menerima begitu saja. “Kamu itu naif—atau bodoh?” cemooh Eric. “Bagaimana mungkin aku menikah denganmu, Cora?! Lihatlah dirimu…” Eric menunjuk Cora—penampilan Cora saat itu. “Bagaimana mungkin kamu membandingkan dirimu dengan Janet? Janet jauh lebih pantas bersanding denganku!” “Dia tidak hanya cantik dan terkenal, tetapi juga berasal dari keluarga terpandang. Terlebih lagi, penampilannya tidak membuatku malu!” Eric memuji Janet di saat yang sama menghina Cora. Mendapat pujian seperti itu, Janet tersenyum lebar dan merapatkan dirinya sedemikian rupa dalam pelukan Eric. Cora merasakan perih di hatinya. Hinaan Eric serta sikapnya yang terang-terangan bermesraan dengan perempuan lain begitu menyakitkan. “Kenapa kamu melakukan ini? Apa salahku padamu?” “Cora… kamu masih tidak sadar juga?” Janet berjalan mendekat sembari menghela nafas seakan heran dengan pertanyaan Cora. “Kamu pikir Eric serius denganmu?” Seraya merebut dan menyesap wine yang dipegang Cora, Janet langsung memulai serangannya. “Kalau bukan karena Nenek tua itu, mana mau Eric bertunangan denganmu! Kamu benar-benar bodoh! Seorang CEO perusahaan besar seperti Eric tidak mungkin menikah dengan perempuan yang—tidak jelas asal usulnya!” “Tidak jelas asal usulnya?” Cora mengulang kalimat itu sambil menatap Eric. Selama ini Eric selalu bermulut manis di hadapannya. Eric bahkan pernah mengatakan jika dia mencintainya dengan sepenuh hati dan tidak mempermasalahkan asal usulnya yang yatim piatu dan tidak memiliki apa-apa. Tetapi ternyata, semua itu hanyalah sandiwara. “Apa yang kamu dapatkan dari sandiwaramu ini?” Cora ingin tahu mengapa Eric sampai tega melakukan itu padanya. Eric melepaskan Janet dan berjalan mendekati Cora. “Cora, harus kuakui bahwa kamu memang memperlakukan Nenek dengan sangat baik. Begitu baiknya sampai perempuan tua itu tidak mau memberikan warisannya padaku kalau aku tidak menikah denganmu!” aku Eric dengan menunjuk wajah Cora dengan geram. Cora menarik nafas mendengar pengakuan Eric. “Dan kalian berdua?” Eric tertawa sembari kembali memeluk Janet. “Kami berdua? Hubungan kami sudah berlangsung jauh sebelum aku bertunangan denganmu, Cora,” jawab Eric dengan nada mengasihani. Hati Cora serasa diremas-remas, dan dadanya terasa sesak dan berat. “Cora, sekarang nenek Anjani sudah tidak ada. Dan kamu tahu kebenarannya. Jadi, untuk apa kamu masih di sini?” Janet dengan seenaknya mengusir Cora. “Benar sekali!” Eric menimpali. “Karena kamu sudah mengetahui hubungan kami, tidak ada gunanya kamu di sini.” “Pergi dan jangan kembali lagi!” Ia lalu meraih sebuah koper lalu melemparnya ke arah Cora. Koper itu melaju dengan cepat dan nyaris menghantam tubuh Cora, jika dia terlambat menghindarinya! “Kamu dengar apa yang dia katakan, cepat pergi!” Janet mendorong Cora dengan kasar sampai gadis itu terjatuh ke lantai. Cora bangkit dan menatap mereka dengan geram. “Dia keluargamu, dan kamu tega membohonginya?! Memperdaya dia hanya untuk mendapatkan— hartanya?” Ia meluapkan kekesalan dan kekecewaannya. Ia ingin Eric tahu betapa jahat dan tidak bermoralnya apa yang telah dia dan Janet lakukan! Plak! Sebuah tamparan mendarat di pipi Cora dengan keras, diikuti oleh suara hardikan Eric. “Kamu itu cuma orang yang digaji untuk merawat wanita tua itu! Lancang sekali mulutmu!” Janet tertawa sangat puas melihat Eric menampar Cora. Dia bahkan dengan sengaja memeluk Eric dengan mesra dihadapan Cora. Cora menatap mereka sambil memegangi pipinya yang terasa panas dan menyengat. Pemandangan di depan matanya menorehkan luka yang lebih menyakitkan dari rasa sakit di pipinya. “Mulai saat ini, aku tidak ada lagi hubungan dengan kalian semua.” Cora menatap dan menunjuk mereka berdua dengan geram. “Eric, bukankah ini cincin yang sering dipakai nenek tua itu?” Pandangan mata Janet menatap ke arah cincin dengan mata berwarna merah muda di jari Cora. Cora menurunkan tangannya yang gemetar dan ia melihat cincin emas dengan batu pink sapphire di jari tengahnya. “Cora, beraninya kamu mencuri cincin ini!” Tiba-tiba saja tangan Eric mencengkeram dengan kasar pergelangan tangan Cora dan mengangkatnya ke depan wajah mereka. Cora menggeleng. Ia tidak mencurinya. Cincin itu adalah pemberian Anjani, beberapa hari sebelum wanita itu meninggal dunia. “Aku tidak mencurinya. Nenek yang memberikan ini untukku!” seru Cora sambil menarik tangannya. Akan tetapi tangan Eric begitu kuat mencengkeramnya sehingga ia tidak bisa melepaskan diri. “Bohong! Tidak mungkin nenek memberikan ini untukmu! Ini warisan keluarga kami, dan kamu tahu betapa mahalnya cincin ini! Kamu sengaja mencurinya!” Eric menyentak tangan Cora lebih keras hingga Cora meringis kesakitan. Seperti orang yang kalap, Eric berusaha melepaskan dengan paksa cincin itu dari tangan Cora. “Eric! Aarrgghh!” Cora berteriak kesakitan. “Pergi! Dasar kampungan!” usir Janet sambil menendang koper berisi barang-barang milik Cora keluar rumah. “Kalian benar-benar keterlaluan!” teriak Cora sambil menggertakkan giginya menatap kedua orang biadab yang berdiri di hadapannya. Eric mendengus dan menjawab dengan kasar. “Pergilah!” “Eric, aku bersumpah akan membalas semua ini!” teriak Cora dengan suara parau dan bergetar. Namun, Eric hanya tersenyum dan menggelengkan kepala sebelum melanjutkan berjalan masuk ke dalam rumah. “Lihat saja, aku akan membalas semua perlakuan kalian!” ucap Cora sambil menggertakkan giginya dengan geram sambil menatap rumah keluarga Wijaya.“Kurang ajar! Bagaimana mungkin mereka melakukan ini padamu? Dan Eric? Dasar laki-laki berengsek! Tidak berperasaan!” Tiara, sahabat Cora sangat geram saat Cora menceritakan apa yang terjadi.Cora menghela nafas dengan berat. Ia pun tidak menyangka, mereka yang terlihat baik di permukaan, ternyata memiliki pikiran dan rencana sepicik itu.Hatinya benar-benar sakit telah dikhianati, dimanfaatkan dan diperlakukan seperti sampah oleh Eric dan Janet! “Andai aku bisa membalas perbuatan mereka!” Cora tidak bisa begitu saja melupakan dan memaafkan mereka. Tapi apa yang bisa ia lakukan?Melihat raut wajah Cora yang begitu sedih, Tiara ikut merasa sedih. Dipeluknya sahabatnya itu dengan erat. “Cora, lupakan saja laki-laki berengsek itu! Masih banyak laki-laki lain yang lebih baik darinya!Ia lalu melepaskan pelukannya. “Dan Janet…semoga mereka berdua mendapat balasan setimpal atas perbuatan mereka!” “Aku harap begitu,” ucap Corasambil menarik nafas dalam. Ia menghapus airmatanya dan mengedar
“Kamu yakin mau pergi menemui orang itu?” tanya Tiara sembari memegangi pelipisnya yang berdenyut.Cora yang baru saja selesai mandi dan sedang mengenakan pakaian menoleh ke arahnya. Ia mengangguk. “Kalau ada yang bisa menjatuhkan perusahaan Eric, itu adalah RI Corp. Hanya dia yang bisa membantuku,” jawab Cora sambil menatap penampilan dirinya di depan cermin.“Bagaimana kamu akan meyakinkan dia? Kamu bahkan tidak tahu seperti apa rupa orang itu, atau bagaimana sifatnya,” tanya Tiara lagi sambil ia beranjak dari ranjang. Cora menatap pantulan kedua matanya yang berbentuk foxy—memanjang dan terangkat di bagian luar.Identitas CEO itu sulit diketahui, sehingga untuk bisa menemuinya akan sulit jika tidak memiliki kontak langsung dengannya.Percakapan yang didengarnya semalam mungkin sebuah petunjuk untuknya. Petunjuk untuk bisa menemukan CEO misterius itu dan membuat penawaran yang mungkin akan membuat CEO itu tertarik untuk bekerjasama dengannya.Cora tersenyum pada Tiara melalui pa
Cora menatap tak percaya pada pria dihadapannya. Tubuhnya diam tak berkutik seakan raganya tidak berada di tempat itu.“Cora Aleyna… siapa sangka kita bertemu lagi,” ucap pria itu sambil tersenyum miring.Kemudian dia duduk dengan elegan, menyilangkan kaki dengan santai.Kedua tangannya berada di sandaran tangan, beristirahat dengan elegan, sementara pandangan matanya mengamati gadis yang berdiri di depannya. Cora tersadar dari lamunannya saat mendengar pria itu menyebut namanya. Ia mencoba berdiri dengan tegak, meskipun merasa kikuk. Tidak pernah terpikirkan dalam benak Cora bahwa ia akan bertemu kembali dengan Reno—pria itu. Dan yang membuatnya bertambah syok adalah bahwa pria yang pernah menjadi kekasihnya itu kemungkinan besar adalah CEO yang ia cari.Bagaimana mungkin?“Reno—apakah kamu—CEO RI Corp.?” Cora harus memastikannya.Reno mendengus dan tersenyum miring. “Apakah itu penting?” Walaupun bersikap sinis, Reno tidak membantahnya. Dan itu cukup untuk membuat Cora yakin Ren
Di lantai teratas gedung Renowed Innovation Corp. di kota Fragrant Harbour, Reno Afrizal sedang berdiskusi dengan beberapa orang tim tender project Goldenbrook Canal. Heri dan anggota tim project sedang mengerjakan proposal di meja meeting yang ada di ruangan CEO itu, sementara Reno sedang duduk di kursi kerjanya, mengecek beberapa dokumen yang akan mereka lampirkan dalam pengajuan proposal tender tersebut. Di salah satu sisi dinding, pesawat televisi sedang menyala dengan suara yang dikecilkan. Tampak di layar televisi itu berita ekonomi dari salah satu stasiun televisi di Fragrant Harbour, FH Tribune. Reno sedang memperhatikan nama-nama beberapa perusahaan yang ikut serta dalam pengajuan tender Goldenbrook Canal, saat telinganya menangkap sebuah laporan berita dari seorang reporter. “Selamat pagi, saya Mira Damanik melaporkan dari Fragrant Convention Centre—FCC untuk F-news. Pagi ini Aco’s Inc telah meluncurkan produk baru berupa satu seri kosmetik yang dinamakan Akinos make up
Di lantai teratas gedung Renowed Innovation Corp. di kota Fragrant Harbour, Reno Afrizal sedang berdiskusi dengan beberapa orang tim tender project Goldenbrook Canal. Heri dan anggota tim project sedang mengerjakan proposal di meja meeting yang ada di ruangan CEO itu, sementara Reno sedang duduk di kursi kerjanya, mengecek beberapa dokumen yang akan mereka lampirkan dalam pengajuan proposal tender tersebut. Di salah satu sisi dinding, pesawat televisi sedang menyala dengan suara yang dikecilkan. Tampak di layar televisi itu berita ekonomi dari salah satu stasiun televisi di Fragrant Harbour, FH Tribune. Reno sedang memperhatikan nama-nama beberapa perusahaan yang ikut serta dalam pengajuan tender Goldenbrook Canal, saat telinganya menangkap sebuah laporan berita dari seorang reporter. “Selamat pagi, saya Mira Damanik melaporkan dari Fragrant Convention Centre—FCC untuk F-news. Pagi ini Aco’s Inc telah meluncurkan produk baru berupa satu seri kosmetik yang dinamakan Akinos make up
Cora menatap tak percaya pada pria dihadapannya. Tubuhnya diam tak berkutik seakan raganya tidak berada di tempat itu.“Cora Aleyna… siapa sangka kita bertemu lagi,” ucap pria itu sambil tersenyum miring.Kemudian dia duduk dengan elegan, menyilangkan kaki dengan santai.Kedua tangannya berada di sandaran tangan, beristirahat dengan elegan, sementara pandangan matanya mengamati gadis yang berdiri di depannya. Cora tersadar dari lamunannya saat mendengar pria itu menyebut namanya. Ia mencoba berdiri dengan tegak, meskipun merasa kikuk. Tidak pernah terpikirkan dalam benak Cora bahwa ia akan bertemu kembali dengan Reno—pria itu. Dan yang membuatnya bertambah syok adalah bahwa pria yang pernah menjadi kekasihnya itu kemungkinan besar adalah CEO yang ia cari.Bagaimana mungkin?“Reno—apakah kamu—CEO RI Corp.?” Cora harus memastikannya.Reno mendengus dan tersenyum miring. “Apakah itu penting?” Walaupun bersikap sinis, Reno tidak membantahnya. Dan itu cukup untuk membuat Cora yakin Ren
“Kamu yakin mau pergi menemui orang itu?” tanya Tiara sembari memegangi pelipisnya yang berdenyut.Cora yang baru saja selesai mandi dan sedang mengenakan pakaian menoleh ke arahnya. Ia mengangguk. “Kalau ada yang bisa menjatuhkan perusahaan Eric, itu adalah RI Corp. Hanya dia yang bisa membantuku,” jawab Cora sambil menatap penampilan dirinya di depan cermin.“Bagaimana kamu akan meyakinkan dia? Kamu bahkan tidak tahu seperti apa rupa orang itu, atau bagaimana sifatnya,” tanya Tiara lagi sambil ia beranjak dari ranjang. Cora menatap pantulan kedua matanya yang berbentuk foxy—memanjang dan terangkat di bagian luar.Identitas CEO itu sulit diketahui, sehingga untuk bisa menemuinya akan sulit jika tidak memiliki kontak langsung dengannya.Percakapan yang didengarnya semalam mungkin sebuah petunjuk untuknya. Petunjuk untuk bisa menemukan CEO misterius itu dan membuat penawaran yang mungkin akan membuat CEO itu tertarik untuk bekerjasama dengannya.Cora tersenyum pada Tiara melalui pa
“Kurang ajar! Bagaimana mungkin mereka melakukan ini padamu? Dan Eric? Dasar laki-laki berengsek! Tidak berperasaan!” Tiara, sahabat Cora sangat geram saat Cora menceritakan apa yang terjadi.Cora menghela nafas dengan berat. Ia pun tidak menyangka, mereka yang terlihat baik di permukaan, ternyata memiliki pikiran dan rencana sepicik itu.Hatinya benar-benar sakit telah dikhianati, dimanfaatkan dan diperlakukan seperti sampah oleh Eric dan Janet! “Andai aku bisa membalas perbuatan mereka!” Cora tidak bisa begitu saja melupakan dan memaafkan mereka. Tapi apa yang bisa ia lakukan?Melihat raut wajah Cora yang begitu sedih, Tiara ikut merasa sedih. Dipeluknya sahabatnya itu dengan erat. “Cora, lupakan saja laki-laki berengsek itu! Masih banyak laki-laki lain yang lebih baik darinya!Ia lalu melepaskan pelukannya. “Dan Janet…semoga mereka berdua mendapat balasan setimpal atas perbuatan mereka!” “Aku harap begitu,” ucap Corasambil menarik nafas dalam. Ia menghapus airmatanya dan mengedar
Be—berciuman?!Di ruangan itu, Cora yang tengah memegang segelas wine seketika bergetar. Di hadapannya, Eric dan seorang wanita yang wajahnya familiar tengah berciuman dengan begitu mesranya.“E—Eric! Apa yang kau laku…”“Ah, akhirnya jalang ini muncul juga!”Deg!Ucapan Janet yang kasar itu seketika membuat Cora meradang!“Apa maksudmu berkata begitu, dasar pelakor!”Baru saja Cora hendak mendekati Janet dengan amarah, Eric seketika menghalanginya.“Eric? Kenapa kamu melindungi dia!?”“Kenapa?” Eric menoleh ke arah Janet, lalu dengan santainya ia menarik Janet ke dalam pelukannya. “Tentu saja karena aku akan menikahi Janet.”Menikahi Janet? Apakah ini lelucon?“Tapi—kita bertunangan! Bagaimana mungkin kamu—melakukan ini?” sergah Cora tidak menerima begitu saja.“Kamu itu naif—atau bodoh?” cemooh Eric.“Bagaimana mungkin aku menikah denganmu, Cora?! Lihatlah dirimu…” Eric menunjuk Cora—penampilan Cora saat itu.“Bagaimana mungkin kamu membandingkan dirimu dengan Janet? Janet jauh lebi