Jeremy terkejut saat melihat ekspresi cemas di wajah Rafael dan melihat Karina yang sedang tertidur di dalam gendongan Rafael."Karina demam. Bawa mobilnya kemari. Aku membawanya ke rumah sakit.""Baik."Jeremy tidak banyak bertanya dan buru-buru berlari untuk memanggil sopir. Rafael menatap orang yang bersandar di pelukannya itu dengan cemas. Suasana hatinya begitu rumit.Jelas-jelas kemarin dia memutuskan untuk menyuruh wanita ini pergi dari tempat ini. Namun, kenapa hari ini saat melihat wanita ini demam, hatinya terasa begitu sakit?"Karina, apa yang harus kulakukan padamu?"Setelah mobil tiba, mereka langsung pergi ke rumah sakit yang paling dekat dengan kelab tersebut.Begitu sampai di rumah sakit, Karina langsung dibawa ke unit gawat darurat.Begitu dokter datang, dokter itu langsung merasa ketakutan oleh tekanan sedingin es yang dipancarkan oleh Rafael. Jantungnya bergetar saat keringat dingin mulai keluar.Rafael melangkah maju dengan kakinya yang panjang itu. Dia meraih kerah
Dokter itu menjelaskan dengan mata berkaca-kaca. "Ini, pasti selalu ada masa penyesuaian. Setelah menghabiskan satu botol infus, keadaannya akan menjadi lebih baik.""Sebaiknya memang begitu."Raut wajah Rafael menjadi agak melunak.Jeremy melangkah maju dan bertanya, "Sekarang seharusnya dipindahkan ke ruang perawatan intensif, 'kan?""Ya. Memberikan lingkungan yang tenang dan nyaman pada wanita itu akan membantu kondisinya menjadi lebih baik," jawab dokter itu sambil menyeka keringat dinginnya."Tuan Muda Rafael, biarkan Nona Karina beristirahat terlebih dulu," kata Jeremy kepada Rafael yang sedang menatap Karina.Rafael melihat sekilas ke arah Jeremy dan menganggukkan kepalanya.Karina perlahan-lahan tersadar setelah menghabiskan dua botol infus. Kesadarannya masih sedikit kabur. Matanya yang seperti batu amber melihat sekeliling.Tirai putih, seprai putih, sedikit aroma disinfektan memenuhi ruangan ini.Dia juga mengenakan baju rumah sakit ....Rumah sakit?Pintu tiba-tiba saja ter
"Karina, jangan terlalu berlebihan. Meskipun kemarin aku melakukan kesalahan, sebagian besar alasannya tetap saja karena kamu. Jangan pikir aku sudah benar-benar tenang sekarang."Benar saja. Dia tetap tuan muda yang kasar, tidak masuk akal, dan semena-mena.Namun, suasana hati Karina menjadi agak membaik setelah mendengar Rafael meminta maaf.Karina menunduk. Dia merasa jika sekarang adalah kesempatan untuk memperjelas kata-kata Rafael. Karina pun berkata dengan lembut, "Kemarin, di depan semua orang kamu mengatakan kalau kamu menyuruhku untuk pergi ....""Itu omongan orang mabuk. Jadi, nggak bisa dianggap serius."Karina mendengus dan langsung menjadi cemas saat mendengarnya. Apa orang ini mencoba menyangkalnya lagi?Karina memelototi Rafael dan berkata dengan napas tersengal-sengal, "Rafael, bisakah kamu berhenti untuk ingkar janji seperti ini? Kemarin, kamu sudah mengatakannya di depan begitu banyak orang. Apa kamu ingin menjadi ... uhuk, uhuk, uhuk ...."Karina begitu emosional hi
Karina memelototi Rafael dengan marah dan menyingkirkan tangan Rafael. "Apa kamu pikir kata-katamu itu bisa dipercaya?""Wanita sialan, berani bicara lagi, hak istimewamu ini akan hilang!" Rafael benar-benar ingin memukul Karina. Apa Karina harus membuat Rafael marah agar Karina bisa merasa bahagia? Bagaimana dia bisa membuat Rafael merasa sangat marah?Karina berkata seakan hal tersebut jarang terjadi padanya. Ya, jika itu benar, semuanya masih layak untuk diperhatikan. "Apa kamu benar-benar akan mempertimbangkan pendapatku?"Rafael selalu ingkar janji kepada Karina. Itu sebabnya Karina merasa takut."Tentu saja." Wajah Rafael benar-benar tidak sedap dipandang mata. Ini pertama kalinya dia dipertanyakan seperti ini."Kalau begitu, biarkan aku pergi.""Nggak mungkin!" Amarah Rafael hampir saja meledak.Karina langsung mencibir begitu mendengarnya. "Lihatlah. Baru saja kamu mengatakan kalau kamu ingin mempertimbangkan pendapatku, sekarang kamu sudah langsung menolaknya mentah-mentah."K
"Maaf, jadi merepotkanmu untuk datang ke sini," kata Karina dengan agak malu.Safira menatap kosong pada Karina. "Menurutmu, apa hubungan kita ini? Masih saja mengucapkan kata-kata sopan seperti itu kepadaku. Kalau kamu terus begini, aku akan marah!""Aku nggak akan mengatakannya lagi."Karina memahami sifat Safira. Bersikap sopan padanya malah akan membuat Safira marah."Kamu masih terlihat agak pucat. Apa kamu masih merasa nggak nyaman sekarang?" Safira masih sedikit mengkhawatirkan Karina."Nggak apa-apa. Setelah diinfus, keadaanku sudah jauh lebih baik.""Baguslah kalau begitu." Safira merasa lega. "Omong-omong, hari ini Pak Neo kembali. Dia menanyakan ke mana kamu pergi."Karina menjadi terkejut. "Lalu, apa kamu memberitahukan keberadaanku padanya?""Belum. Aku bergegas datang kemari dengan tergesa-gesa begitu mendengar kabar kalau kamu dirawat di rumah sakit. Aku nggak punya waktu untuk memberitahunya. Bagaimana kalau aku meneleponnya sekarang?"Sambil berkata seperti itu, Safira
Mendengar hal tersebut, Karina langsung menatap Jeremy yang tersenyum itu. Kemudian, dia mengalihkan pandangannya ke sisi lain dan mengerucutkan bibirnya. "Aku belum mengatakan apa-apa, 'kan?"Dia hanya ingin tahu kenapa Rafael tidak kembali untuk menyiksanya.Jeremy tersenyum dan tidak mengatakan apa-apa.Setelah keduanya duduk di dalam mobil, Karina bersandar di satu sisi mobil dan memejamkan matanya. Sementara itu, Jeremy terus berbicara di telepon sejak dia memasuki mobil. Karina tidak bisa menutupi telinganya. Itu sebabnya, sedikit banyak dia bisa mendengarkan sebagian dari percakapan tersebut.Setelah menutup telepon, Jeremy mengusap alisnya dengan kesal. Sepertinya ada yang belum terselesaikan."Apa perusahaan sedang mengalami masalah besar?" tanya Karina dengan rasa ingin tahu.Jika memang demikian, apakah Karina tidak perlu bertemu lagi dengan Rafael selama beberapa hari ke depan?Jeremy menggelengkan kepalanya. Dia tersenyum pahit dan berkata, "Bukan masalah besar. Hanya saja
Gedung 101 tempat Grup Stalin berada .... Di kantor CEO."Sebelum jam dua belas malam ini, terjemahkan semua kontrak penting menjadi tiga salinan. Dua untuk Negara Agralva dan satu untuk Negara Zandriva." Rafael duduk di kantornya yang luas dan memberikan perintah kepada sekelompok bawahannya.Salah seorang bawahannya terlihat malu setelah mendengarkan apa yang dia katakan. "Tuan Muda Rafael, waktunya mungkin nggak akan cukup kalau kami harus menyelesaikan semuanya sebelum jam dua belas malam ....""Itu masalah departemen kalian sendiri. Cari cara untuk menyelesaikannya sendiri." Rafael bahkan tidak mengangkat matanya barang sesaat. Nada bicaranya tenang, tetapi dia tidak mau dibantah."Baik."Meskipun merasa kesulitan, orang itu tidak berani lagi untuk mengeluh. Dia berbalik dan keluar dari pintu, lalu buru-buru menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Rafael."Pak Willy, tolong pastikan jadwal perjalanan Tuan Botelli dan kirimkan seorang komisaris untuk menjemputnya. Pengaturan hotel
Jeremy menjelaskan dengan tenang, "Tuan Muda Rafael, Nona Karina juga bisa bicara dengan menggunakan bahasa Negara Zandriva. Kenapa kita nggak biarkan saja dia untuk mencobanya?""Dia?"Rafael menunjukkan ekspresi keraguan yang terlihat jelas di wajahnya.Tidak mengherankan jika Rafael bertanya-tanya. Hal tersebut karena dibandingkan dengan bahasa Negara Cyrenia yang lebih populer, bahasa Negara Zandriva terkesan terlalu khusus. Jadi, meskipun seseorang mempelajari bahasa Negara Zandriva, masa depannya kurang menjanjikan.Hal ini juga yang menjadi alasan kenapa mereka tidak bisa menemukan penerjemah untuk waktu yang sangat lama. Bahasa ini sangat-sangat tidak populer, sehingga bakat yang relevan dengan bahasa ini menjadi sangat langka."Ya, itu Nona Karina ini," jawab Jeremy dengan tegas. Kemudian, dia menoleh ke arah Karina dan berkata, "Nona Karina, tolong ucapkan beberapa kata."Karina tidak senang dengan reaksi Rafael. Dia menatap Rafael dan menyangkal keraguan Rafael barusan denga
"Kalian!" teriak Karina.Karina merasa kesal. Dia memandang para wartawan dengan marah, lalu hendak membungkuk untuk mengambil dokumen-dokumen yang berserakan di tanah. Akan tetapi, bagaimana mungkin orang-orang ini peduli? Demi mendapatkan berita utama, mereka semua tidak segan-segan menggunakan cara apa pun.Dokumen yang tercecer di tanah itu sudah diinjak-injak oleh mereka sebelum sempat diambil Karina. "Cukup! Hubunganku dengan Pak Rafael memangnya ada hubungan dengan kalian?" teriak Karina dengan kesal sambil kembali berdiri tegak.Orang-orang itu sudah menghabiskan kesabaran Karina."Nona Karina, apakah Nona marah karena pernyataan kami benar? Apakah Nona benar-benar merayu CEO Grup Stalin demi bisa menjadi bagian dari keluarga kaya raya?""Nggak!" balas Karina dengan cepat."Jika tidak, bisakah Nona mengungkapkan bagaimana Nona dan Pak Rafael bertemu? Apakah Nona merasa bisa menjadi seperti Cinderella?""Benar, Nona Karina, Keluarga Stalin adalah keluarga terkenal. Apakah Nona y
Pada akhirnya yang mendapatkan keuntungan dari keseluruhan kejadian ini adalah Amy.Di dalam mobil.Karina berdebar-debar dan bergumam, "Hubungan kita telah diketahui publik, aku nggak tahu bagaimana reaksi dari pihak kampus ...."Memiliki hubungan dengan Rafael pasti akan menimbulkan sensasi. Karina tahu itu dan dia hanya berharap reaksi orang-orang tidak terlalu berlebihan.Namun, pasti akan menarik banyak perhatian orang terhadapnya.Karina menghela napas, dia merasa tidak ingin pergi ke kampus untuk sementara waktu.Begitu Karina selesai berbicara, Rafael sudah memegang tangannya. Sentuhan hangat itu membuat Karina terkejut. Karina menoleh, menatap Rafael dengan bingung. Terlihat Rafael sedang memandang keluar jendela mobil sambil menopang dagunya, seperti sedang menikmati pemandangan, dan berkata dengan datar, "Apa pun yang terjadi, aku akan selalu berada di sisimu."Wanita mana pun pasti akan tersentuh hatinya mendengar perkataan itu.Sudut mata Karina melengkung. Dia menggeser p
Karina menggeleng, raut wajahnya tampak bimbang. "Nggak, hanya saja ini terlalu mendadak, aku merasa belum siap.""Apa yang perlu kamu takutkan? Bukankah aku ada di depanmu untuk melindungimu? Kamu hanya perlu bersembunyi di belakangku dengan tenang," jawab Rafael dengan sangat santai dan lancar seakan-akan dia telah berlatih berkali-kali.Hati Karina menjadi hangat. Awalnya dia merasa sedikit bimbang, tetapi sekarang semuanya seketika menjadi jelas. Apa pun yang terjadi, bukankah Rafael selalu ada untuknya?Mengapa dirinya harus khawatir berlebihan?Karina pun mengangguk dengan bersemangat, tersenyum manis dan berkata dengan gaya menggemaskan, "Mulai sekarang, aku akan mengandalkanmu."Rafael mengangkat alisnya ketika dia melihat ekspresi antusias Karina dan berkata, "Kalau aku nggak melindungimu, aku harus melindungi siapa?"Mendengar itu, Karina tertawa lebih bahagia.....Setelah itu, atas permintaan keras Rafael, Karina baru bisa keluar dari ruang perawatan khusus di rumah sakit s
"Eh?" Karina mengusap hidungnya, lalu menatap Rafael."Kamu sudah tahu aku sebaik ini, jadi kamu menikah denganku atau nggak?" tanya Rafael sambil memegang dagu Karina, tersenyum lebar.Karina mengangguk mantap dan berkata, "Asalkan kamu mau menikahiku, aku akan menikah denganmu."Rafael benar, jika kamu ingin memakai mahkota, harus siap menanggung bebannya. Rafael telah melakukan begitu banyak hal untuknya, lalu mengapa dirinya tidak menghadapi orang-orang yang datang untuk memprovokasinya demi Rafael?Jika sudah mencintai, mengapa dirinya tidak sanggup menghadapi sedikit kesulitan demi Rafael?Mendengar jawaban yang pasti, Rafael tersenyum lebar, matanya yang hitam penuh arti. "Kamu yakin?"Karina mengangguk tegas. "Aku yakin."Tiba-tiba, Rafael menekan bahu Karina, menghela napas panjang dan berkata, "Sekarang aku merasa lega.""Eh?"Karina tertegun, matanya berkedip-kedip. 'Apa maksudnya?'Ekspresi Rafael tiba-tiba tampak serius, menatap ke arah Karina dan berkata dengan sungguh-su
Dia bilang ingin berjalan bersama dengan Rafael, tetapi tidak dapat melakukan banyak hal untuk Rafael dan ini membuatnya merasa sangat tidak berdaya.Karina menghela napas, sorot matanya berkilap dan dia bertanya dengan tidak percaya diri, "Rafael, kenapa kamu begitu baik padaku? Kupikir aku sudah cukup baik, tapi setelah bersamamu, aku baru menyadari kalau aku masih jauh dari cukup baik. Apa aku benar-benar bisa menjadi wanita yang berdiri di sisimu?""Bisa atau nggak kamu menjadi wanita yang berada di sisiku, itu terserah padaku. Aku bilang kamu bisa, maka kamu bisa.""Tapi aku masih belum cukup baik," ujar Karina sambil menggigit bibirnya, kembali merasa ragu."Oh?""Aku punya temperamen yang buruk."Rafael mengangguk, mengakuinya, "Memang, temperamenmu ini sulit ditoleransi oleh kebanyakan orang. Selain itu, kamu suka mempermasalahkan hal-hal kecil, seperti landak yang bisa menyakiti orang jika ia terdesak."Mendengar komentar itu, Karina makin merasa tertekan, "Dan aku juga nggak
"Bukan begitu!" Karina tiba-tiba menjadi emosional, lalu berkata dengan tergesa-gesa, "Aku sungguh menyukaimu!""Tapi kamu bahkan nggak memiliki keberanian untuk menghadapi masa depan bersamaku. Kalau kamu ingin memakai mahkota, berarti harus siap menanggung bebannya. Apa kamu bahkan nggak mengerti prinsip ini?""Aku mengerti semua itu!""Kamu benar-benar mengerti?" Rafael mengangkat alisnya.Karina mengangguk dengan tegas, dia menggigit bibirnya dan wajahnya terlihat sedikit bingung."Aku sudah memikirkan semua ini sejak lama, tapi ... aku kurang percaya diri," ujar Karina.Karina menundukkan kepala, suaranya melemah, "Dibandingkan berurusan dengan keluargamu dan teman-temanmu, aku lebih suka berada di laboratorium dengan peralatan dingin. Aku punya temperamen yang buruk, kalau ada orang yang membuatku kesal, aku akan membalasnya. Nggak masalah kalau hanya dengan orang luar, tapi kalau itu terjadi pada orang-orang terdekatmu, aku khawatir akan membuat mereka marah. Aku nggak ingin mem
Karina tercekat.Melihat ekspresi konyol Karina, Rafael tersenyum dan mencubit wajah kecilnya. "Kenapa? Kamu sangat bahagia sampai nggak bisa berkata-kata?" tanya Rafael.Karina mengatupkan bibirnya dan menghindari tangan Rafael. Dia menyipitkan matanya dan berkata dengan muram, "Bukankah aku sudah memberitahumu untuk nggak bercanda? Hal ini nggak mungkin terjadi.""Kenapa?" tanya Rafael, yang senyumannya sedikit memudar, sambil menatap Karina.'Kenapa?'Karina juga menanyakan hal sama pada dirinya sendiri di dalam hatinya.Karena kesenjangan status di antara mereka terlalu besar. Meskipun sekarang mereka bersama, tidak ada jaminan mereka tetap dekat seperti ini di masa depan.Dua orang dengan nilai dan pandangan hidup yang berbeda, Karina tidak berpikir mereka bisa melangkah jauh bersama.Secara rasional, dia dan Rafael tidak akan pernah bisa mencapai akhir, jadi sebaiknya mereka menghentikan hubungan ini. Akan tetapi, secara emosional, putus setelah jatuh cinta lebih sulit dari per
'Kenapa reaksi Rafael malah aneh?'Tepat ketika pikiran Karina melayang ke mana-mana, Rafael tiba-tiba tersenyum. Senyuman yang menghiasi wajah tampannya itu sungguh membuat orang terpesona."Karina, jujur saja, cara kamu mengungkapkan perasaanmu berstandar rendah, nggak ada tekniknya sama sekali. Di antara wanita yang pernah menyatakan perasaannya padaku, kamu mungkin yang terburuk.""...."Senyuman Karina memudar.Namun, Rafael melanjutkan tanpa menyadari perubahan ekspresi itu, "Aku sarankan kamu untuk belajar bagaimana menyatakan cinta. Apa yang kamu katakan terlalu lugas dan nggak romantis sama sekali."Kali ini, senyuman di wajah Karina sepenuhnya hilang, lalu terdengar suara gertakan gigi.'Siapa pun tolong seret bajingan bermulut tajam ini keluar dari sini!''Di tengah suasana yang begitu indah, bisa-bisanya dia mengungkit wanita lain! Nggak hanya itu, dia bahkan mengatakan cara aku menyatakan perasaanku adalah terburuk!''Romantis! Romantis!''Kalau kamu begitu ingin romantis,
Karina bingung, dia menempelkan pipinya ke dada Rafael, mendengarkan detak jantungnya yang kuat dan merasakan detak jantungnya sendiri ikut sinkron.Karena begitu dekat, dia sepertinya dapat merasakan Rafael sedikit gemetar, gemetar yang disebabkan oleh rasa takut.'Dia sebenarnya sangat takut, bukan?'Karina berpikir, meskipun dirinya tidak bodoh, sebodoh apa pun dirinya pada saat ini, dia tetap tahu bahwa Rafael gemetar karena dirinya. Dirinya yang tiba-tiba menghilang pasti membuat Rafael sangat panik.Dia ingin memeluknya kembali Rafael dan memberitahunya bahwa dia ada di sini sekarang, bahwa dia tidak menghilang dan tidak akan menghilang.Begitu dia bergerak, Rafael menghentikannya dengan suara rendah."Jangan bergerak."Gerakan Karina tiba-tiba berhenti. Karina berbisik di pelukannya, "Rafael, apa kamu takut?"Berdasarkan sikap biasanya, Rafael pasti akan menyangkalnya. Bagaimana mungkin dia yang begitu arogan membiarkan dirinya merasakan ketakutan?Tepat ketika Karina mengira Ra