Jeremy menjelaskan dengan tenang, "Tuan Muda Rafael, Nona Karina juga bisa bicara dengan menggunakan bahasa Negara Zandriva. Kenapa kita nggak biarkan saja dia untuk mencobanya?""Dia?"Rafael menunjukkan ekspresi keraguan yang terlihat jelas di wajahnya.Tidak mengherankan jika Rafael bertanya-tanya. Hal tersebut karena dibandingkan dengan bahasa Negara Cyrenia yang lebih populer, bahasa Negara Zandriva terkesan terlalu khusus. Jadi, meskipun seseorang mempelajari bahasa Negara Zandriva, masa depannya kurang menjanjikan.Hal ini juga yang menjadi alasan kenapa mereka tidak bisa menemukan penerjemah untuk waktu yang sangat lama. Bahasa ini sangat-sangat tidak populer, sehingga bakat yang relevan dengan bahasa ini menjadi sangat langka."Ya, itu Nona Karina ini," jawab Jeremy dengan tegas. Kemudian, dia menoleh ke arah Karina dan berkata, "Nona Karina, tolong ucapkan beberapa kata."Karina tidak senang dengan reaksi Rafael. Dia menatap Rafael dan menyangkal keraguan Rafael barusan denga
Tidak mudah untuk bisa mendapatkan pujian dari Rafael. Karina berpikir, Rafael tidak berkomentar buruk tentang dirinya saja itu sudah bagus. Karina pun tersenyum tipis. "Terlalu memuji."Rafael tidak bisa menahan senyum saat melihat Karina yang tampak bangga dan penuh percaya diri itu. Dia pun melanjutkan kata-katanya. "Nggak heran, karena kamu itu wanitaku."Senyuman di wajah Karina langsung membeku. "Apa hubungannya semua ini denganmu? Jangan memuji diri sendiri!"'Apa maksudnya dengan 'nggak heran, kamu itu wanitaku'? Bisakah dia berhenti bersikap nggak tahu malu seperti ini?' pikir Karina.Rafael tidak marah. Tampak senyuman di wajahnya yang tampan itu. Dia menatap Karina dengan tatapan yang rumit saat matanya menatap lekat-lekat pada Karina."Aku penasaran. Ada berapa banyak bahasa lainnya yang kamu kuasai?"Jika Karina adalah mahasiswa jurusan bahasa, menguasai satu sampai dua bahasa merupakan hal yang wajar. Namun, informasi yang didapat Rafael memberitahukan jika Karina belajar
Untuk sementara, hanya Rafael dan Karina yang tersisa di kantor yang luas tersebut.Mata Karina yang seperti batu amber itu terbelalak. Tunggu, kenapa tiba-tiba saja dia mendapat firasat buruk?Karina melihat Rafael berdiri. Tubuh rampingnya mengenakan kemeja buatan tangan berwarna abu-abu muda. Garis-garis yang halus menegaskan bentuk tubuhnya yang sempurna. Dua kancingnya yang terbuka di bagian paling atas memperlihatkan tulang selangka yang seksi, yang tersembunyi di dalamnya.Seorang pria yang mengundang dosa.Rafael mendekati Karina selangkah demi selangkah. Sementara, Karina hanya bisa mundur selangkah demi selangkah.Namun, baru mundur tiga sampai empat langkah, tangan Rafael yang panjang itu langsung meraih Karina dan menariknya agar mendekat. Kemudian, Rafael memeluk pinggang Karina yang ramping, menatap wajahnya yang terlihat tidak nyaman, dan bertanya dengan suara serak, "Kamu menginginkan imbalan, 'kan? Bagaimana kalau imbalannya itu aku?""Siapa yang menginginkan dirimu?"
Karina membuka mulutnya. Dia menatap Rafael yang berseri-seri dengan gembira itu dan berkata, "Aku menyukaimu. Apa kamu senang?""Bagaimana menurutmu?"Rafael mengangkat alisnya.Rafael tidak akan peduli jika wanita lain yang menyukainya, karena ada terlalu banyak orang yang menyukainya. Dia tidak akan kekurangan satu atau dua di antara mereka. Namun, jika Karina yang menyukainya, suasana hati Rafael akan menjadi sangat baik.Rafael rela menghabiskan waktu untuk membujuknya, memanjakannya, dan melindunginya.Selama Karina menurut dan bersedia tinggal di sisinya.Karina menggigit bibirnya dan memutuskan untuk mengungkapkan perasaannya."Kamu terlihat cukup senang. Tapi, sekali lagi aku nggak tahu apakah aku akan menyukaimu atau nggak."Mendengar hal tersebut, senyum di wajah Rafael menjadi makin mengembang dan dia berkata dengan nada merendahkan, "Tentu saja kamu menyukaiku.""Aku serius. Bisakah kamu menyingkirkan kesombonganmu itu?" Karina memelototi Rafael. Susah payah Karina mencoba
"Pertama, kamu nggak boleh lagi memaksaku."Karina berkata dengan wajah memerah.Rafael berkata dengan kesal, "Kapan aku memaksamu?""Semalam."Karina menggertakkan giginya dan berkata dalam hati, 'Bajingan ini, barusan melakukan sesuatu dan sekarang berpura-pura nggak mengetahuinya juga mengingkarinya?'Rafael sedikit banyak merasa tidak nyaman saat mengungkit kejadian semalam. Tatapan mata Karina yang penuh cela membuatnya merasa makin kesal dan berseru, "Kamu berani bilang kalau kamu nggak menikmatinya semalam?"Karina tertawa marah. "Nggak!"Siapa yang bisa menikmati jika diperlakukan kasar seperti itu? Dia bukan seorang masokis."Pokoknya, kalau kamu melakukan hal seperti itu lagi, kita berakhir!" Karina terlebih dahulu memberikan peringatan kepada Rafael.Rafael sendiri sebenarnya juga tidak punya kebiasaan untuk memaksa orang lain. Biasanya, semua dilakukan atas dasar kesepakatan bersama. Hanya saja, ketika berurusan dengan Karina, Rafael selalu kehilangan prinsipnya ini."Kedua
Keesokan harinya, satu jam sebelum pertemuan dengan klien dari Negara Zandriva.Karina meremas-remas tangannya dengan sedikit canggung. Dia tak ubahnya seperti barang dagangan yang dinilai oleh dua pria di hadapannya tersebut.Menghadiri rapat kerja seperti itu untuk yang pertama kalinya, tentu saja Karina harus berpakaian lebih formal.Pagi-pagi sekali, Karina sudah diseret oleh Rafael untuk membeli pakaian kerja wanita. Dibandingkan dengan setengah dipaksa saat menghadiri pesta dansa terakhir kali, kali ini Karina ingin melakukan yang terbaik untuk menyelesaikan pertemuan bisnis ini.Bagian atas tubuhnya mengenakan satu setel kemeja wanita modis berwarna merah bata dengan pita besar di bagian dada, yang terlihat anggun dan elegan. Bagian bawah tubuhnya mengenakan rok kerja selutut. Sepintas, Karina terlihat seperti seorang wanita karier yang cerdas dan cakap.Entah apakah hal itu karena ilusi atau bukan, ketika Karina mengenakan pakaian kerja, dia terlihat begitu menggoda dengan paka
Sayangnya Rafael tidak seperti itu."Nggak masalah. Menurutku ini bukan hal yang buruk." Rafael melingkarkan tangannya yang panjang di leher Karina dan mencium sudut bibirnya dengan lembut. Kemudian, Rafael menatap mata hitam Karina yang dalam dan menawan tersebut."Aku suka wanita pintar.""Apa ini pujian bagiku?" Karina tersenyum tipis.Rafael mengangkat alisnya dan melepaskan Karina, lalu kembali duduk di tempatnya. "Kalau menurutmu begitu, anggap saja seperti itu."Apakah sulit bagi orang ini untuk memujinya secara langsung?Karina mengerucutkan bibirnya, lalu duduk dengan tenang di tempatnya....Tuan Botelli adalah wakil presiden asosiasi perdagangan Negara Zandriva. Kali ini, dia datang ke Negara Agralva utamanya untuk merundingkan masalah pajak bea cukai. Sementara, Grup Stalin merupakan salah satu pemain kunci yang terlibat langsung dalam masalah pajak bea cukai ini.Sebagai penerus Keluarga Stalin di masa mendatang, Grup Stalin memutuskan untuk menyerahkan tanggung jawab penu
Tidak lama kemudian, Tuan Botelli dan rombongannya akhirnya tiba.Sekitar tujuh sampai delapan mobil mewah datang. Formasinya benar-benar luar biasa.Setelah mobil ketiga yang berada di tengah berhenti, dengan dikelilingi oleh para pengawal, seorang pria tua dengan rambut keriting abu-abu keperakan keluar dari mobil. Wajahnya serius dan memberikan kesan khidmat dan agung."Tuan Rafael, lama nggak jumpa.""Tuan Botelli, senang bisa bertemu kembali denganmu."Keduanya berbasa-basi sebentar dengan menggunakan bahasa Negara Zandriva.Bukannya Rafael sama sekali tidak mengerti bahasa Negara Zandriva. Dia masih bisa paham jika untuk komunikasi sehari-hari. Namun, jika dalam pertemuan, bahasa yang ringkas dan akurat akan sangat penting. Menyerahkannya kepada penerjemah profesional akan terlihat lebih formal dan lebih menghormati pihak lain.Rombongan itu memasuki hotel internasional dengan begitu megahnya.Kemudian, semua orang menikmati makan siang yang 'harmonis dan menyenangkan'.Selama ma