Tidak lama kemudian, Tuan Botelli dan rombongannya akhirnya tiba.Sekitar tujuh sampai delapan mobil mewah datang. Formasinya benar-benar luar biasa.Setelah mobil ketiga yang berada di tengah berhenti, dengan dikelilingi oleh para pengawal, seorang pria tua dengan rambut keriting abu-abu keperakan keluar dari mobil. Wajahnya serius dan memberikan kesan khidmat dan agung."Tuan Rafael, lama nggak jumpa.""Tuan Botelli, senang bisa bertemu kembali denganmu."Keduanya berbasa-basi sebentar dengan menggunakan bahasa Negara Zandriva.Bukannya Rafael sama sekali tidak mengerti bahasa Negara Zandriva. Dia masih bisa paham jika untuk komunikasi sehari-hari. Namun, jika dalam pertemuan, bahasa yang ringkas dan akurat akan sangat penting. Menyerahkannya kepada penerjemah profesional akan terlihat lebih formal dan lebih menghormati pihak lain.Rombongan itu memasuki hotel internasional dengan begitu megahnya.Kemudian, semua orang menikmati makan siang yang 'harmonis dan menyenangkan'.Selama ma
Keluarga Stalin merupakan keluarga dengan status yang paling tinggi juga yang fondasinya paling kokoh di antara keluarga-keluarga besar tersebut.Salah satu alasan kenapa Grup Stalin bisa memegang kendali atas urat nadi perekonomian negara, adalah karena mereka mempunyai kekuasaan untuk menentukan impor dan ekspor barang secara langsung.Saat rapat dimulai, Karina baru menyadari betapa besar kekuatan yang dimiliki oleh Rafael, jauh melampaui bayangannya.Dalam kehidupan sehari-hari, Rafael adalah seorang tuan muda yang manja, pemarah, sombong dan tidak masuk akal.Akan tetapi, di tempat kerja, kebijaksanaan dan ketenangan yang ditunjukkannya membuat Karina merasa jika dirinya tidak bertemu dengan orang yang sama, melainkan saudara kembar dengan kepribadian berbeda.Permasalahan yang ingin dipecahkan pada pertemuan ini adalah bagaimana menyeimbangkan volume ekspor produk pertanian dari Negara Zandriva. Lantaran Negara Zandriva merupakan negara agraris yang besar, maka lebih dari 50% ber
Pertemuan itu akhirnya berakhir."Tuan Botelli bahkan berkata kalau kamu memang sangat cocok untuk menjadi seorang penerjemah. Apa kamu benar-benar nggak ingin mempertimbangkan untuk berkarier di bidang ini?"Rafael bertanya kepada Karina.Karina menggelengkan kepalanya. "Nggak. Kalau aku ingin berkarier di bidang penerjemahan, aku sudah lulus pada beberapa tahun yang lalu. Lantaran aku sudah memutuskan untuk terjun ke dunia akademis, aku nggak akan berubah pikiran lagi."Rafael tidak mampu berkata-kata.Rafael tidak melihat keraguan sedikit pun di mata Karina yang seperti batu amber itu.Meskipun tidak masalah bagi Rafael mengenai bidang pekerjaan apa yang hendak ditekuni oleh Karina, dia hanya merasa agak kesal saja di dalam hati. Apakah karena orang yang bernama Neo itu sehingga Karina memutuskan untuk terjun di bidang akademis?"Nggak usah terlalu dipikirkan. Alasan kenapa aku bersikeras untuk tetap berada di bidang akademis ini, karena aku sudah menghabiskan terlalu banyak usaha u
"Cukup Karina! Apa kamu tahu, kamu itu siapa? Kamu itu wanitanya Rafael. Tapi, kamu masih berani berhubungan dengan pria lain!""Cukup Rafael! Bisakah kamu mendengarkan sampai aku selesai berbicara?"Karina juga menjadi agak marah. Karakter tuan muda yang pemarah ini kembali muncul."Apa aku terlalu memanjakanmu hingga kamu berani bicara seperti itu kepadaku?" Rafael membungkuk ke depan dan mencengkeram dagu Karina dengan sangat akurat, meskipun tidak menggunakan kekuatan apa pun di tangannya.Karina tidak mau kalah dan memelototi Rafael. "Bukankah seharusnya kamu memanjakanku?"Mendengar kata-kata yang berani tersebut, Jeremy yang mengemudi di depan juga hampir kehilangan kendali dan menabrak mobil di sampingnya."Nona Karina, kamu benar-benar berani berkata seperti itu!"Karina mengira Rafael pasti akan kembali membalasnya dengan kata-kata yang sinis. Namun, ajaibnya, kali ini Rafael tidak mengatakan apa-apa.Wajah Karina terasa agak panas. Dia menyesali apa yang dikatakannya tadi. U
Ketenangan yang dimiliki Karina barusan langsung hancur berkeping-keping.Karina juga merasakan darahnya mengalir lebih cepat. Wajahnya langsung memerah dan terasa panas.Karina tidak begitu mengerti kenapa dia menjadi seperti ini. Namun, hanya dengan satu kalimat saja sudah membuat jantungnya berdetak lebih cepat dan dia tidak bisa mengendalikan dirinya."Oh ... terima kasih ...."Suasana di dalam mobil langsung terasa memanas. Karina merasa suplai darah ke otaknya tidak mencukupi. Dia merasa agak bingung. Akibatnya, Karina bahkan tidak berani menatap wajah Rafael. Dia benar-benar terlihat tidak nyaman.Akan tetapi, Rafael tidak mau membiarkannya begitu saja. Dia mendekat dan berkata dengan suara yang pelan juga serak, "Kalau begitu, katakan padaku. Apa kamu masih punya perasaan kepada orang yang bernama Neo itu?"Karina tidak tahu apakah sekarang dia masih memiliki perasaan kepada Neo. Yang dia tahu, jika Rafael makin mendekat ke arahnya, dia mungkin akan mati karena jantungnya berde
Benar juga, siapa yang menyuruhnya menjadi tuan muda? Bagaimana mungkin dia benar-benar bisa memikirkan orang lain?Karina menghela napas. Setelah berhenti sebentar selama beberapa saat, dia mulai berjalan menuju halte bus, bersiap naik bus untuk pulang.Sejujurnya, Karina tidak menyangka jika Rafael akan berpikir sedalam itu.Ketika menghadapi masalah, Karina selalu terbiasa untuk introspeksi diri. Setelah memikirkannya dengan hati-hati, Karina tiba-tiba merasa jika dirinya sendiri juga sangat buruk.Sebelum perasaannya pada Neo benar-benar hilang, dia sudah berani berjanji kepada Rafael, bahwa dirinya bersedia untuk mencoba berpacaran dengan Rafael. Sekarang, apa bedanya dia dengan wanita yang tidak setia?'Karina, bagaimana kamu bisa menjadi seperti ini?'Entah berapa lama Rafael akan marah kali ini. Namun, melihat ekspresi marah dan sedihnya barusan, Karina merasa bersalah dan bahkan berpikir untuk meminta maaf.Namun, dalam hal perasaan, apakah permintaan maaf akan berguna?Jika m
Suara Neo terdengar acuh tak acuh. "Sama-sama."Di masa lalu, ketika Karina memanggilnya dengan sebutan Pak Neo, tanpa sadar Neo akan merasa sangat bersyukur. Hal tersebut karena dalam hubungan ini, mereka menjadi jauh lebih dekat dibanding yang lain.Namun, sekarang, setiap kali mendengar panggilan itu, Neo merasa jika hubungan mereka menjadi sangat jauh. Seolah-olah ada yang mengingatkannya bahwa Karina adalah mahasiswanya."Kamu ingin kembali ke kampus, 'kan? Aku juga sedang dalam perjalanan ke sana. Ayo kita pergi bersama."Bagaimana mungkin ada begitu banyak kebetulan "searah" di dunia ini?Karina melirik mobil Neo yang berlawanan dengan arah ke kampus.Mungkinkah Neo mengatakan semua ini hanya demi Karina?Di masa lalu, Karina pasti akan langsung menyetujuinya tanpa merasa ragu sedikit pun. Namun, sekarang tanpa sadar Karina justru ingin menjaga jarak dari Neo.Perasaan itu menjadi makin kuat setelah Karina mengetahui jika Neo sudah menempuh perjalanan jauh hanya demi dirinya saj
Setelah mobil Rafael melaju selama beberapa saat, barulah Neo perlahan-lahan melonggarkan tinjunya.Neo juga berbalik pergi, meninggalkan senyuman yang begitu dingin hingga hampir tidak ada kehangatan di sana.Di dalam mobil, Rafael terus mempertahankan senyum yang begitu memesona.Hal ini membuat Karina merasa sangat ketakutan.Apa orang ini salah minum obat?Sebelumnya, Rafael mengucapkan kata-kata yang begitu kejam seperti itu, seakan dia benar-benar ingin putus dengan Karina. Namun, dalam sekejap saja, dia sudah kembali seperti semula?"Kamu ...."Sebelum Karina bisa menyelesaikan kata-katanya, Rafael sudah terlebih dahulu memotongnya dan berkata dengan nada merendahkan, "Aku sudah memikirkannya dan akhirnya mengerti. Nggak mungkin bagimu untuk melupakan cinta rahasiamu dalam sekejap mata. Jadi, aku akan memberimu waktu untuk membiarkanmu melupakannya secara perlahan-lahan.""Hah?""Aku bisa memaafkan segala macam hubunganmu dengan pria itu di masa lalu. Tapi, mulai sekarang, di ha
"Kalian!" teriak Karina.Karina merasa kesal. Dia memandang para wartawan dengan marah, lalu hendak membungkuk untuk mengambil dokumen-dokumen yang berserakan di tanah. Akan tetapi, bagaimana mungkin orang-orang ini peduli? Demi mendapatkan berita utama, mereka semua tidak segan-segan menggunakan cara apa pun.Dokumen yang tercecer di tanah itu sudah diinjak-injak oleh mereka sebelum sempat diambil Karina. "Cukup! Hubunganku dengan Pak Rafael memangnya ada hubungan dengan kalian?" teriak Karina dengan kesal sambil kembali berdiri tegak.Orang-orang itu sudah menghabiskan kesabaran Karina."Nona Karina, apakah Nona marah karena pernyataan kami benar? Apakah Nona benar-benar merayu CEO Grup Stalin demi bisa menjadi bagian dari keluarga kaya raya?""Nggak!" balas Karina dengan cepat."Jika tidak, bisakah Nona mengungkapkan bagaimana Nona dan Pak Rafael bertemu? Apakah Nona merasa bisa menjadi seperti Cinderella?""Benar, Nona Karina, Keluarga Stalin adalah keluarga terkenal. Apakah Nona y
Pada akhirnya yang mendapatkan keuntungan dari keseluruhan kejadian ini adalah Amy.Di dalam mobil.Karina berdebar-debar dan bergumam, "Hubungan kita telah diketahui publik, aku nggak tahu bagaimana reaksi dari pihak kampus ...."Memiliki hubungan dengan Rafael pasti akan menimbulkan sensasi. Karina tahu itu dan dia hanya berharap reaksi orang-orang tidak terlalu berlebihan.Namun, pasti akan menarik banyak perhatian orang terhadapnya.Karina menghela napas, dia merasa tidak ingin pergi ke kampus untuk sementara waktu.Begitu Karina selesai berbicara, Rafael sudah memegang tangannya. Sentuhan hangat itu membuat Karina terkejut. Karina menoleh, menatap Rafael dengan bingung. Terlihat Rafael sedang memandang keluar jendela mobil sambil menopang dagunya, seperti sedang menikmati pemandangan, dan berkata dengan datar, "Apa pun yang terjadi, aku akan selalu berada di sisimu."Wanita mana pun pasti akan tersentuh hatinya mendengar perkataan itu.Sudut mata Karina melengkung. Dia menggeser p
Karina menggeleng, raut wajahnya tampak bimbang. "Nggak, hanya saja ini terlalu mendadak, aku merasa belum siap.""Apa yang perlu kamu takutkan? Bukankah aku ada di depanmu untuk melindungimu? Kamu hanya perlu bersembunyi di belakangku dengan tenang," jawab Rafael dengan sangat santai dan lancar seakan-akan dia telah berlatih berkali-kali.Hati Karina menjadi hangat. Awalnya dia merasa sedikit bimbang, tetapi sekarang semuanya seketika menjadi jelas. Apa pun yang terjadi, bukankah Rafael selalu ada untuknya?Mengapa dirinya harus khawatir berlebihan?Karina pun mengangguk dengan bersemangat, tersenyum manis dan berkata dengan gaya menggemaskan, "Mulai sekarang, aku akan mengandalkanmu."Rafael mengangkat alisnya ketika dia melihat ekspresi antusias Karina dan berkata, "Kalau aku nggak melindungimu, aku harus melindungi siapa?"Mendengar itu, Karina tertawa lebih bahagia.....Setelah itu, atas permintaan keras Rafael, Karina baru bisa keluar dari ruang perawatan khusus di rumah sakit s
"Eh?" Karina mengusap hidungnya, lalu menatap Rafael."Kamu sudah tahu aku sebaik ini, jadi kamu menikah denganku atau nggak?" tanya Rafael sambil memegang dagu Karina, tersenyum lebar.Karina mengangguk mantap dan berkata, "Asalkan kamu mau menikahiku, aku akan menikah denganmu."Rafael benar, jika kamu ingin memakai mahkota, harus siap menanggung bebannya. Rafael telah melakukan begitu banyak hal untuknya, lalu mengapa dirinya tidak menghadapi orang-orang yang datang untuk memprovokasinya demi Rafael?Jika sudah mencintai, mengapa dirinya tidak sanggup menghadapi sedikit kesulitan demi Rafael?Mendengar jawaban yang pasti, Rafael tersenyum lebar, matanya yang hitam penuh arti. "Kamu yakin?"Karina mengangguk tegas. "Aku yakin."Tiba-tiba, Rafael menekan bahu Karina, menghela napas panjang dan berkata, "Sekarang aku merasa lega.""Eh?"Karina tertegun, matanya berkedip-kedip. 'Apa maksudnya?'Ekspresi Rafael tiba-tiba tampak serius, menatap ke arah Karina dan berkata dengan sungguh-su
Dia bilang ingin berjalan bersama dengan Rafael, tetapi tidak dapat melakukan banyak hal untuk Rafael dan ini membuatnya merasa sangat tidak berdaya.Karina menghela napas, sorot matanya berkilap dan dia bertanya dengan tidak percaya diri, "Rafael, kenapa kamu begitu baik padaku? Kupikir aku sudah cukup baik, tapi setelah bersamamu, aku baru menyadari kalau aku masih jauh dari cukup baik. Apa aku benar-benar bisa menjadi wanita yang berdiri di sisimu?""Bisa atau nggak kamu menjadi wanita yang berada di sisiku, itu terserah padaku. Aku bilang kamu bisa, maka kamu bisa.""Tapi aku masih belum cukup baik," ujar Karina sambil menggigit bibirnya, kembali merasa ragu."Oh?""Aku punya temperamen yang buruk."Rafael mengangguk, mengakuinya, "Memang, temperamenmu ini sulit ditoleransi oleh kebanyakan orang. Selain itu, kamu suka mempermasalahkan hal-hal kecil, seperti landak yang bisa menyakiti orang jika ia terdesak."Mendengar komentar itu, Karina makin merasa tertekan, "Dan aku juga nggak
"Bukan begitu!" Karina tiba-tiba menjadi emosional, lalu berkata dengan tergesa-gesa, "Aku sungguh menyukaimu!""Tapi kamu bahkan nggak memiliki keberanian untuk menghadapi masa depan bersamaku. Kalau kamu ingin memakai mahkota, berarti harus siap menanggung bebannya. Apa kamu bahkan nggak mengerti prinsip ini?""Aku mengerti semua itu!""Kamu benar-benar mengerti?" Rafael mengangkat alisnya.Karina mengangguk dengan tegas, dia menggigit bibirnya dan wajahnya terlihat sedikit bingung."Aku sudah memikirkan semua ini sejak lama, tapi ... aku kurang percaya diri," ujar Karina.Karina menundukkan kepala, suaranya melemah, "Dibandingkan berurusan dengan keluargamu dan teman-temanmu, aku lebih suka berada di laboratorium dengan peralatan dingin. Aku punya temperamen yang buruk, kalau ada orang yang membuatku kesal, aku akan membalasnya. Nggak masalah kalau hanya dengan orang luar, tapi kalau itu terjadi pada orang-orang terdekatmu, aku khawatir akan membuat mereka marah. Aku nggak ingin mem
Karina tercekat.Melihat ekspresi konyol Karina, Rafael tersenyum dan mencubit wajah kecilnya. "Kenapa? Kamu sangat bahagia sampai nggak bisa berkata-kata?" tanya Rafael.Karina mengatupkan bibirnya dan menghindari tangan Rafael. Dia menyipitkan matanya dan berkata dengan muram, "Bukankah aku sudah memberitahumu untuk nggak bercanda? Hal ini nggak mungkin terjadi.""Kenapa?" tanya Rafael, yang senyumannya sedikit memudar, sambil menatap Karina.'Kenapa?'Karina juga menanyakan hal sama pada dirinya sendiri di dalam hatinya.Karena kesenjangan status di antara mereka terlalu besar. Meskipun sekarang mereka bersama, tidak ada jaminan mereka tetap dekat seperti ini di masa depan.Dua orang dengan nilai dan pandangan hidup yang berbeda, Karina tidak berpikir mereka bisa melangkah jauh bersama.Secara rasional, dia dan Rafael tidak akan pernah bisa mencapai akhir, jadi sebaiknya mereka menghentikan hubungan ini. Akan tetapi, secara emosional, putus setelah jatuh cinta lebih sulit dari per
'Kenapa reaksi Rafael malah aneh?'Tepat ketika pikiran Karina melayang ke mana-mana, Rafael tiba-tiba tersenyum. Senyuman yang menghiasi wajah tampannya itu sungguh membuat orang terpesona."Karina, jujur saja, cara kamu mengungkapkan perasaanmu berstandar rendah, nggak ada tekniknya sama sekali. Di antara wanita yang pernah menyatakan perasaannya padaku, kamu mungkin yang terburuk.""...."Senyuman Karina memudar.Namun, Rafael melanjutkan tanpa menyadari perubahan ekspresi itu, "Aku sarankan kamu untuk belajar bagaimana menyatakan cinta. Apa yang kamu katakan terlalu lugas dan nggak romantis sama sekali."Kali ini, senyuman di wajah Karina sepenuhnya hilang, lalu terdengar suara gertakan gigi.'Siapa pun tolong seret bajingan bermulut tajam ini keluar dari sini!''Di tengah suasana yang begitu indah, bisa-bisanya dia mengungkit wanita lain! Nggak hanya itu, dia bahkan mengatakan cara aku menyatakan perasaanku adalah terburuk!''Romantis! Romantis!''Kalau kamu begitu ingin romantis,
Karina bingung, dia menempelkan pipinya ke dada Rafael, mendengarkan detak jantungnya yang kuat dan merasakan detak jantungnya sendiri ikut sinkron.Karena begitu dekat, dia sepertinya dapat merasakan Rafael sedikit gemetar, gemetar yang disebabkan oleh rasa takut.'Dia sebenarnya sangat takut, bukan?'Karina berpikir, meskipun dirinya tidak bodoh, sebodoh apa pun dirinya pada saat ini, dia tetap tahu bahwa Rafael gemetar karena dirinya. Dirinya yang tiba-tiba menghilang pasti membuat Rafael sangat panik.Dia ingin memeluknya kembali Rafael dan memberitahunya bahwa dia ada di sini sekarang, bahwa dia tidak menghilang dan tidak akan menghilang.Begitu dia bergerak, Rafael menghentikannya dengan suara rendah."Jangan bergerak."Gerakan Karina tiba-tiba berhenti. Karina berbisik di pelukannya, "Rafael, apa kamu takut?"Berdasarkan sikap biasanya, Rafael pasti akan menyangkalnya. Bagaimana mungkin dia yang begitu arogan membiarkan dirinya merasakan ketakutan?Tepat ketika Karina mengira Ra