"Rafael, selamat karena kamu sudah kembali memenangkan kejayaan bagi negara." Terdengar suara ceria Jonny.Pertemuan negosiasi yang terjadi kemarin antara Grup Stalin dan Tuan Botelli sudah diketahui oleh semua orang. Hasilnya langsung menjadi berita utama di surat kabar besar hari ini."Terima kasih banyak. Kamu sengaja meneleponku nggak mungkin hanya untuk masalah ini saja, 'kan?" Rafael sangat memahami karakter Jonny. Tidak peduli apa yang dilakukannya, Jonny pasti punya tujuan."Benar saja. Nggak ada yang bisa kusembunyikan darimu. Aku meneleponmu karena masalah Karina."Mendengar kata-kata tersebut, kedua orang yang ada di dalam mobil itu saling berpandangan dan terkejut untuk sesaat.Karina mengerjapkan matanya. Dia menjadi makin bingung. Apa hubungannya dengan dirinya?Suara Rafael menjadi lebih dalam. "Datanglah ke kantorku untuk membicarakannya."...Gedung 101 .... Kantor CEO.Karina memandangi fotonya bersama Rafael di atas meja dan tidak mengucapkan sepatah kata pun.Sement
Rafael termasuk dalam kelas istimewa.Jika dia terlibat, pada akhirnya kasusnya pasti akan hilang karena reputasinya harus dijaga.Sudah menjadi rahasia umum jika para tuan muda ini sedang mencari wanita untuk diajak bermain-main, tetapi jika diumumkan secara terbuka pasti juga bukan sesuatu yang bisa dibanggakan.Ketika saatnya tiba, Karina tidak hanya tidak bisa melindungi hak-haknya, tetapi juga akan dihadapkan dengan cemoohan dan ejekan dari semua orang.Selain itu yang lebih penting lagi, Karina tidak ingin Rafael terjerumus ke dalam skandal seperti itu.Rafael bisa dibilang paling lugu dalam masalah ini, karena dia telah dijebak oleh adiknya sendiri dan tidak sengaja tidur dengan Karina.Namun, jika kejadian ini sampai terungkap, pasti akan menjadi pukulan telak bagi citra publik Rafael.Karina menimbangnya untuk beberapa lama. Dia merasa enggan, marah dan kesal. Namun, pada akhirnya dia memutuskan untuk menyelesaikan masalah tersebut.Memohon banding tidak akan ada gunanya bagi
Sejak Rafael mengatakannya, Karina melanjutkan untuk pergi ke kampus dengan suasana hati yang tidak tenang.Setiap kali melihat sosok Simon di kelas, dia merasa ketakutan sekaligus bersyukur. Karina takut orang ini masih hidup, tetapi juga beruntung dia tidak dihabisi oleh Rafael.Dalam beberapa hari terakhir, Yani juga tidak mengganggunya. Karina menjalani hidup cukup tenang.Tepat ketika Karina berpikir bahwa perdamaian seperti ini akan bertahan selamanya, sebuah 'penjelasan' yang disebutkan Rafael akhirnya datang.Pada hari ini, Karina telah menyelesaikan kelas dan hendak pergi ke laboratorium untuk melihat-lihat.Lalu, dia bertemu Jeremy saat di perjalanan.Jeremy memiliki senyum ramah di wajahnya, kacamata berbingkai emasnya menambahkan aroma kutu buku padanya."Nona Karina, Tuan Muda Rafael mengundangmu untuk menonton pertunjukan.""Menonton pertunjukan?"Karina mengerjapkan matanya.Sejak kapan Rafael terobsesi dengan pertunjukan? Kenapa dia tidak tahu?Karina tidak tahu banyak
Salah satu dari mereka menendang perut Simon dengan keras, lalu membuatnya mengerang kesakitan lagi."Sudah kubilang, nggak ada masalah yang nggak bisa diselesaikan oleh Rafael,"Jonny berkata pada Karina sambil tersenyum dan berjalan mendekat.Rafael memegang Karina dengan satu tangan, lalu menopang dagunya dengan tangan lainnya dengan malas. Sudut bibirnya sedikit terangkat saat dia melihat 'pertunjukan konyol' di depannya.Rafael ibarat seorang kaisar yang menguasai dunia, auranya yang kuat menjadikannya terlihat unik di antara banyak orang. Siapa pun yang memahami kebenaran pasti tahu siapa sosok inti dari sekelompok tuan muda ini.Rafael hanya perlu duduk di sini dan mengeluarkan perintah dengan mudah. Akan ada banyak orang yang akan bertindak untuknya satu per satu, bahkan Rafael tidak perlu menggerakkan satu jari pun.Dua pria kuat dan tinggi terus memukuli Simon, kemudian terdengar erangan teredam di ruang luas tersebut.Para tuan muda di sekitarnya berdiri di samping sambil me
Para preman itu mengangguk. Satu orang mengangkat kepala Simon, sedangkan yang lain mengangkat kakinya, lalu membawanya itu keluar.Tatapan Karina terus tertuju ke arah menghilangnya Simon, kemudian menghela napas dalam hati. Saat mengetahui kesenjangan kekuatan antara kedua belah pihak dan membuatnya menderita, Simon tidak akan mengganggunya lagi, 'kan?Masalah ini pasti akan segera sampai ke telinga Yani. Dia adalah orang yang cerdas dan pasti dia tidak akan melakukan hal yang sia-sia.Ini adalah hal yang dipikirkan Karina sekarang.Namun, dia mengabaikan bahaya dari sifat manusia. Kebencian bisa membuat seseorang kehilangan akal sehatnya dan berubah menjadi monster berjalan.Begitu masalah ini selesai, suasana kembali santai.Tidak, sebenarnya suasananya cukup santai. Semua orang menganggap ini sebagai sebuah pertunjukan. Tidak ada yang merasa tertekan, kecuali Karina."Biar aku perkenalkan kamu pada semua orang. Ini Karina, dia adalah orangnya Rafael. Kalau suatu hari bertemu lagi,
Rafael mendengus, mengulurkan tangannya dan menarik wajah mulus Karina sambil menjawab, "Aku akan tetap menyerangmu, bagaimana kalau begitu?""Kamu!"Karina sangat marah, kenapa orang ini sangat kekanak-kanakan?"Aku paling benci kalau orang lain mencubit wajahku," ucap Karina dengan marah sambil menutupi pipinya yang agak merah.Alis Rafael terangkat. Setelah mendengar ini, alih-alih menahan diri, dia justru malah makin intensif. Dia memeluk Karina lebih erat lagi, mengulurkan tangannya dan mencubit wajah Karina. Kali ini dengan kekuatan yang jauh lebih pelan.Rafael sangat mendominasi dan sombong, lalu dia menyahut, "Aku cuma suka mencubit wajahmu."Dasar iblis kekanak-kanakan ini!Karina sekali lagi berpikir untuk menepis Rafael dan melemparkannya ke dalam parit.Melihat ekspresi Karina yang kesal tetapi takut berbicara, Rafael justru merasa sangat bahagia. Senyuman di wajahnya bahkan makin dalam."Ayo, aku akan mengajarimu cara bermain biliar.""Nggak mau."Jika Karina membiarkan R
Zayn tersenyum sambil menjawab, "Aku nggak bisa mengendalikan tanganku untuk beberapa saat."Sambil berkata demikian, Zayn berjalan ke sofa, mengambil mantelnya, lalu menyampirkan di bahunya dengan santai. Dia melambaikan tangannya kepada semua orang seraya berpamitan, "Aku pergi dulu.""Cepat sekali? Nggak menunggu Tuan Muda Rafael?"Zayn mengangkat bahunya, dengan senyum acuh tak acuh di wajahnya seraya menyahut, "Membosankan bersama kalian, lebih baik bersama para gadis-gadis imut itu.""Ha, tunggu saja sampai kamu kelelahan dan mati."Jonny berkata dengan setengah bercanda.Semua orang tidak peduli jika Zayn pergi lebih dulu dan sepertinya sudah terbiasa dengan perilakunya.Tuan muda seperti mereka biasanya punya beberapa perempuan yang mereka pilih dan kebanyakkan tidak berubah.Namun, Zayn berbeda. Pria itu berganti wanita lebih cepat dari berganti pakaian. Dia bisa dekat dengan seseorang, lalu detik berikutnya langsung melupakannya, kemudian kembali dekat dengan orang lain.Jadi
Setelah itu.Karina tersipu seraya mengenakan pakaiannya. Dia benar-benar menggila karena menemani Rafael.Ya ampun.Ketika keluar nanti, bagaimana tatapan yang akan dilayangkan oleh para tuan muda saat melihatnya?Karina memikirkannya dan merasa dia bisa merangkak ke dalam celah di bawah tanah.Rafael duduk di atas sofa di ruang santai, menyaksikan dengan rasa puas saat tubuh Karina tampak jelas dan senyuman penuh kasih sayang muncul samar di wajah tampannya. Dia mengulurkan tangan panjangnya dan membawa Karina kembali ke pelukannya."Ah!"Karina terjatuh ke dalam dada yang kokoh tanpa pertahanan apa pun. Sentuhan panas datang dari belakang, membuat tubuhnya menjadi kaku."Rafael, sudah cukup!""Sejujurnya, itu masih belum cukup bagiku."Rafael memeluk Karina dari belakang, melingkarkan lengannya di pinggang gadis itu sambil mencium leher rampingnya satu demi satu dan berkata, "Tapi tubuhmu terlalu rapuh dan aku takut menyakitimu."Ini adalah kekhawatiran paling tidak senonoh yang per
"Kalian!" teriak Karina.Karina merasa kesal. Dia memandang para wartawan dengan marah, lalu hendak membungkuk untuk mengambil dokumen-dokumen yang berserakan di tanah. Akan tetapi, bagaimana mungkin orang-orang ini peduli? Demi mendapatkan berita utama, mereka semua tidak segan-segan menggunakan cara apa pun.Dokumen yang tercecer di tanah itu sudah diinjak-injak oleh mereka sebelum sempat diambil Karina. "Cukup! Hubunganku dengan Pak Rafael memangnya ada hubungan dengan kalian?" teriak Karina dengan kesal sambil kembali berdiri tegak.Orang-orang itu sudah menghabiskan kesabaran Karina."Nona Karina, apakah Nona marah karena pernyataan kami benar? Apakah Nona benar-benar merayu CEO Grup Stalin demi bisa menjadi bagian dari keluarga kaya raya?""Nggak!" balas Karina dengan cepat."Jika tidak, bisakah Nona mengungkapkan bagaimana Nona dan Pak Rafael bertemu? Apakah Nona merasa bisa menjadi seperti Cinderella?""Benar, Nona Karina, Keluarga Stalin adalah keluarga terkenal. Apakah Nona y
Pada akhirnya yang mendapatkan keuntungan dari keseluruhan kejadian ini adalah Amy.Di dalam mobil.Karina berdebar-debar dan bergumam, "Hubungan kita telah diketahui publik, aku nggak tahu bagaimana reaksi dari pihak kampus ...."Memiliki hubungan dengan Rafael pasti akan menimbulkan sensasi. Karina tahu itu dan dia hanya berharap reaksi orang-orang tidak terlalu berlebihan.Namun, pasti akan menarik banyak perhatian orang terhadapnya.Karina menghela napas, dia merasa tidak ingin pergi ke kampus untuk sementara waktu.Begitu Karina selesai berbicara, Rafael sudah memegang tangannya. Sentuhan hangat itu membuat Karina terkejut. Karina menoleh, menatap Rafael dengan bingung. Terlihat Rafael sedang memandang keluar jendela mobil sambil menopang dagunya, seperti sedang menikmati pemandangan, dan berkata dengan datar, "Apa pun yang terjadi, aku akan selalu berada di sisimu."Wanita mana pun pasti akan tersentuh hatinya mendengar perkataan itu.Sudut mata Karina melengkung. Dia menggeser p
Karina menggeleng, raut wajahnya tampak bimbang. "Nggak, hanya saja ini terlalu mendadak, aku merasa belum siap.""Apa yang perlu kamu takutkan? Bukankah aku ada di depanmu untuk melindungimu? Kamu hanya perlu bersembunyi di belakangku dengan tenang," jawab Rafael dengan sangat santai dan lancar seakan-akan dia telah berlatih berkali-kali.Hati Karina menjadi hangat. Awalnya dia merasa sedikit bimbang, tetapi sekarang semuanya seketika menjadi jelas. Apa pun yang terjadi, bukankah Rafael selalu ada untuknya?Mengapa dirinya harus khawatir berlebihan?Karina pun mengangguk dengan bersemangat, tersenyum manis dan berkata dengan gaya menggemaskan, "Mulai sekarang, aku akan mengandalkanmu."Rafael mengangkat alisnya ketika dia melihat ekspresi antusias Karina dan berkata, "Kalau aku nggak melindungimu, aku harus melindungi siapa?"Mendengar itu, Karina tertawa lebih bahagia.....Setelah itu, atas permintaan keras Rafael, Karina baru bisa keluar dari ruang perawatan khusus di rumah sakit s
"Eh?" Karina mengusap hidungnya, lalu menatap Rafael."Kamu sudah tahu aku sebaik ini, jadi kamu menikah denganku atau nggak?" tanya Rafael sambil memegang dagu Karina, tersenyum lebar.Karina mengangguk mantap dan berkata, "Asalkan kamu mau menikahiku, aku akan menikah denganmu."Rafael benar, jika kamu ingin memakai mahkota, harus siap menanggung bebannya. Rafael telah melakukan begitu banyak hal untuknya, lalu mengapa dirinya tidak menghadapi orang-orang yang datang untuk memprovokasinya demi Rafael?Jika sudah mencintai, mengapa dirinya tidak sanggup menghadapi sedikit kesulitan demi Rafael?Mendengar jawaban yang pasti, Rafael tersenyum lebar, matanya yang hitam penuh arti. "Kamu yakin?"Karina mengangguk tegas. "Aku yakin."Tiba-tiba, Rafael menekan bahu Karina, menghela napas panjang dan berkata, "Sekarang aku merasa lega.""Eh?"Karina tertegun, matanya berkedip-kedip. 'Apa maksudnya?'Ekspresi Rafael tiba-tiba tampak serius, menatap ke arah Karina dan berkata dengan sungguh-su
Dia bilang ingin berjalan bersama dengan Rafael, tetapi tidak dapat melakukan banyak hal untuk Rafael dan ini membuatnya merasa sangat tidak berdaya.Karina menghela napas, sorot matanya berkilap dan dia bertanya dengan tidak percaya diri, "Rafael, kenapa kamu begitu baik padaku? Kupikir aku sudah cukup baik, tapi setelah bersamamu, aku baru menyadari kalau aku masih jauh dari cukup baik. Apa aku benar-benar bisa menjadi wanita yang berdiri di sisimu?""Bisa atau nggak kamu menjadi wanita yang berada di sisiku, itu terserah padaku. Aku bilang kamu bisa, maka kamu bisa.""Tapi aku masih belum cukup baik," ujar Karina sambil menggigit bibirnya, kembali merasa ragu."Oh?""Aku punya temperamen yang buruk."Rafael mengangguk, mengakuinya, "Memang, temperamenmu ini sulit ditoleransi oleh kebanyakan orang. Selain itu, kamu suka mempermasalahkan hal-hal kecil, seperti landak yang bisa menyakiti orang jika ia terdesak."Mendengar komentar itu, Karina makin merasa tertekan, "Dan aku juga nggak
"Bukan begitu!" Karina tiba-tiba menjadi emosional, lalu berkata dengan tergesa-gesa, "Aku sungguh menyukaimu!""Tapi kamu bahkan nggak memiliki keberanian untuk menghadapi masa depan bersamaku. Kalau kamu ingin memakai mahkota, berarti harus siap menanggung bebannya. Apa kamu bahkan nggak mengerti prinsip ini?""Aku mengerti semua itu!""Kamu benar-benar mengerti?" Rafael mengangkat alisnya.Karina mengangguk dengan tegas, dia menggigit bibirnya dan wajahnya terlihat sedikit bingung."Aku sudah memikirkan semua ini sejak lama, tapi ... aku kurang percaya diri," ujar Karina.Karina menundukkan kepala, suaranya melemah, "Dibandingkan berurusan dengan keluargamu dan teman-temanmu, aku lebih suka berada di laboratorium dengan peralatan dingin. Aku punya temperamen yang buruk, kalau ada orang yang membuatku kesal, aku akan membalasnya. Nggak masalah kalau hanya dengan orang luar, tapi kalau itu terjadi pada orang-orang terdekatmu, aku khawatir akan membuat mereka marah. Aku nggak ingin mem
Karina tercekat.Melihat ekspresi konyol Karina, Rafael tersenyum dan mencubit wajah kecilnya. "Kenapa? Kamu sangat bahagia sampai nggak bisa berkata-kata?" tanya Rafael.Karina mengatupkan bibirnya dan menghindari tangan Rafael. Dia menyipitkan matanya dan berkata dengan muram, "Bukankah aku sudah memberitahumu untuk nggak bercanda? Hal ini nggak mungkin terjadi.""Kenapa?" tanya Rafael, yang senyumannya sedikit memudar, sambil menatap Karina.'Kenapa?'Karina juga menanyakan hal sama pada dirinya sendiri di dalam hatinya.Karena kesenjangan status di antara mereka terlalu besar. Meskipun sekarang mereka bersama, tidak ada jaminan mereka tetap dekat seperti ini di masa depan.Dua orang dengan nilai dan pandangan hidup yang berbeda, Karina tidak berpikir mereka bisa melangkah jauh bersama.Secara rasional, dia dan Rafael tidak akan pernah bisa mencapai akhir, jadi sebaiknya mereka menghentikan hubungan ini. Akan tetapi, secara emosional, putus setelah jatuh cinta lebih sulit dari per
'Kenapa reaksi Rafael malah aneh?'Tepat ketika pikiran Karina melayang ke mana-mana, Rafael tiba-tiba tersenyum. Senyuman yang menghiasi wajah tampannya itu sungguh membuat orang terpesona."Karina, jujur saja, cara kamu mengungkapkan perasaanmu berstandar rendah, nggak ada tekniknya sama sekali. Di antara wanita yang pernah menyatakan perasaannya padaku, kamu mungkin yang terburuk.""...."Senyuman Karina memudar.Namun, Rafael melanjutkan tanpa menyadari perubahan ekspresi itu, "Aku sarankan kamu untuk belajar bagaimana menyatakan cinta. Apa yang kamu katakan terlalu lugas dan nggak romantis sama sekali."Kali ini, senyuman di wajah Karina sepenuhnya hilang, lalu terdengar suara gertakan gigi.'Siapa pun tolong seret bajingan bermulut tajam ini keluar dari sini!''Di tengah suasana yang begitu indah, bisa-bisanya dia mengungkit wanita lain! Nggak hanya itu, dia bahkan mengatakan cara aku menyatakan perasaanku adalah terburuk!''Romantis! Romantis!''Kalau kamu begitu ingin romantis,
Karina bingung, dia menempelkan pipinya ke dada Rafael, mendengarkan detak jantungnya yang kuat dan merasakan detak jantungnya sendiri ikut sinkron.Karena begitu dekat, dia sepertinya dapat merasakan Rafael sedikit gemetar, gemetar yang disebabkan oleh rasa takut.'Dia sebenarnya sangat takut, bukan?'Karina berpikir, meskipun dirinya tidak bodoh, sebodoh apa pun dirinya pada saat ini, dia tetap tahu bahwa Rafael gemetar karena dirinya. Dirinya yang tiba-tiba menghilang pasti membuat Rafael sangat panik.Dia ingin memeluknya kembali Rafael dan memberitahunya bahwa dia ada di sini sekarang, bahwa dia tidak menghilang dan tidak akan menghilang.Begitu dia bergerak, Rafael menghentikannya dengan suara rendah."Jangan bergerak."Gerakan Karina tiba-tiba berhenti. Karina berbisik di pelukannya, "Rafael, apa kamu takut?"Berdasarkan sikap biasanya, Rafael pasti akan menyangkalnya. Bagaimana mungkin dia yang begitu arogan membiarkan dirinya merasakan ketakutan?Tepat ketika Karina mengira Ra