Para preman itu mengangguk. Satu orang mengangkat kepala Simon, sedangkan yang lain mengangkat kakinya, lalu membawanya itu keluar.Tatapan Karina terus tertuju ke arah menghilangnya Simon, kemudian menghela napas dalam hati. Saat mengetahui kesenjangan kekuatan antara kedua belah pihak dan membuatnya menderita, Simon tidak akan mengganggunya lagi, 'kan?Masalah ini pasti akan segera sampai ke telinga Yani. Dia adalah orang yang cerdas dan pasti dia tidak akan melakukan hal yang sia-sia.Ini adalah hal yang dipikirkan Karina sekarang.Namun, dia mengabaikan bahaya dari sifat manusia. Kebencian bisa membuat seseorang kehilangan akal sehatnya dan berubah menjadi monster berjalan.Begitu masalah ini selesai, suasana kembali santai.Tidak, sebenarnya suasananya cukup santai. Semua orang menganggap ini sebagai sebuah pertunjukan. Tidak ada yang merasa tertekan, kecuali Karina."Biar aku perkenalkan kamu pada semua orang. Ini Karina, dia adalah orangnya Rafael. Kalau suatu hari bertemu lagi,
Rafael mendengus, mengulurkan tangannya dan menarik wajah mulus Karina sambil menjawab, "Aku akan tetap menyerangmu, bagaimana kalau begitu?""Kamu!"Karina sangat marah, kenapa orang ini sangat kekanak-kanakan?"Aku paling benci kalau orang lain mencubit wajahku," ucap Karina dengan marah sambil menutupi pipinya yang agak merah.Alis Rafael terangkat. Setelah mendengar ini, alih-alih menahan diri, dia justru malah makin intensif. Dia memeluk Karina lebih erat lagi, mengulurkan tangannya dan mencubit wajah Karina. Kali ini dengan kekuatan yang jauh lebih pelan.Rafael sangat mendominasi dan sombong, lalu dia menyahut, "Aku cuma suka mencubit wajahmu."Dasar iblis kekanak-kanakan ini!Karina sekali lagi berpikir untuk menepis Rafael dan melemparkannya ke dalam parit.Melihat ekspresi Karina yang kesal tetapi takut berbicara, Rafael justru merasa sangat bahagia. Senyuman di wajahnya bahkan makin dalam."Ayo, aku akan mengajarimu cara bermain biliar.""Nggak mau."Jika Karina membiarkan R
Zayn tersenyum sambil menjawab, "Aku nggak bisa mengendalikan tanganku untuk beberapa saat."Sambil berkata demikian, Zayn berjalan ke sofa, mengambil mantelnya, lalu menyampirkan di bahunya dengan santai. Dia melambaikan tangannya kepada semua orang seraya berpamitan, "Aku pergi dulu.""Cepat sekali? Nggak menunggu Tuan Muda Rafael?"Zayn mengangkat bahunya, dengan senyum acuh tak acuh di wajahnya seraya menyahut, "Membosankan bersama kalian, lebih baik bersama para gadis-gadis imut itu.""Ha, tunggu saja sampai kamu kelelahan dan mati."Jonny berkata dengan setengah bercanda.Semua orang tidak peduli jika Zayn pergi lebih dulu dan sepertinya sudah terbiasa dengan perilakunya.Tuan muda seperti mereka biasanya punya beberapa perempuan yang mereka pilih dan kebanyakkan tidak berubah.Namun, Zayn berbeda. Pria itu berganti wanita lebih cepat dari berganti pakaian. Dia bisa dekat dengan seseorang, lalu detik berikutnya langsung melupakannya, kemudian kembali dekat dengan orang lain.Jadi
Setelah itu.Karina tersipu seraya mengenakan pakaiannya. Dia benar-benar menggila karena menemani Rafael.Ya ampun.Ketika keluar nanti, bagaimana tatapan yang akan dilayangkan oleh para tuan muda saat melihatnya?Karina memikirkannya dan merasa dia bisa merangkak ke dalam celah di bawah tanah.Rafael duduk di atas sofa di ruang santai, menyaksikan dengan rasa puas saat tubuh Karina tampak jelas dan senyuman penuh kasih sayang muncul samar di wajah tampannya. Dia mengulurkan tangan panjangnya dan membawa Karina kembali ke pelukannya."Ah!"Karina terjatuh ke dalam dada yang kokoh tanpa pertahanan apa pun. Sentuhan panas datang dari belakang, membuat tubuhnya menjadi kaku."Rafael, sudah cukup!""Sejujurnya, itu masih belum cukup bagiku."Rafael memeluk Karina dari belakang, melingkarkan lengannya di pinggang gadis itu sambil mencium leher rampingnya satu demi satu dan berkata, "Tapi tubuhmu terlalu rapuh dan aku takut menyakitimu."Ini adalah kekhawatiran paling tidak senonoh yang per
Lupakan saja, ini hanyalah hormon yang berlalu. Ini adalah reaksi fisiologis Karina yang tak terhindarkan, bukan detak jantung cepat yang disebabkan oleh emosi.Setelah sekian lama bergaul dengan Rafael, Karina akhirnya berubah menjadi wanita yang keras kepala dan sombong."Baiklah, aku percaya padamu," kata Rafael tidak terus mengganggu gadis itu.Pria yang selalu khawatir wanitanya selingkuh, menandakan bahwa dia cukup gagal.Rafael berpikir bahwa dirinya adalah seorang bangsawan yang sukses, jadi dia tidak akan melakukan hal-hal di bawah standar seperti itu.Ketika Karina mendengar kata-kata Rafael, mata kuningnya sedikit bergetar, lalu dia merasakan perasaan manis di hatinya. Perasaan dipercaya membuat seseorang merasa bahagia.Dia tersenyum sambil berkata, "Rafael, terima kasih."Rafael mengerutkan bibirnya, kemudian menyahut, "Terima kasih untuk apa?"Karina tertegun sejenak, lalu dia mengerti. Gadis itu berinisiatif mencium sudut bibir Rafael sambil menjawab, "Senang sekali bisa
Yani tertegun dan buru-buru bertanya kepada keluarganya tentang situasi perusahaan saat ini. Setelah mengetahui bahwa semuanya baik-baik saja dan bahkan tetap berkembang, dia baru menghela napas lega.Tampaknya dia tidak termasuk sasaran pembalasan.Mungkinkah Karina menunjukkan belas kasihan padanya?Yani tidak mengira bahwa Karina akan begitu baik. Yani sudah merasa waswas dan curiga selama beberapa hari, tetapi dirinya masih baik-baik saja. Akhirnya, dia tidak bisa menahan diri dan pergi mencari Karina.Gadis itu menghentikan Karina di jalanan kampus.Yani menatap Karina dari atas ke bawah. Gadis itu tidak hanya terlihat tidak kuyu seperti yang diharapkannya, tetapi dia bahkan tampak lebih berseri-seri. Akhir-akhir ini, pasti dia menjalani hidup dengan baik.Yani tersenyum dingin sambil berkata, "Karina, aku ingin bertanya sesuatu padamu."Karina memegang dokumen di tangannya, kemudian menjawab dengan tenang, "Tanya saja.""Di sini bukan tempat untuk berbicara. Ikuti aku ke paviliun
"Aku cuma bercanda, hehe.""Lebih baik begini. Aku harap kamu nggak perlu muncul di hadapanku lagi ke depannya."Karina melenggang pergi setelah meninggalkan kalimat itu.Tatapan Yani menyiratkan racun. Gadis itu menatap sosok Karina yang pergi dan ekspresi wajahnya berubah perlahan.Dia berdiri di sana beberapa saat, lalu berbalik dengan marah dan berjalan kembali.Sambil berjalan, Yani bergumam pada dirinya sendiri."Kenapa aku harus diajari oleh perempuan jalang ini? Sialan, setelah diurus oleh banyak laki-laki, beraninya dia sombong padaku? Dasar perempuan jalang yang kurang ajar! Semua laki-laku itu sudah buta!"Yani sangat marah hingga seluruh tubuhnya gemetar, tetapi dia tidak berani melakukan apa pun pada Karina. Kebencian ini membuatnya gila.Ketika berkata demikian, dia kebetulan melewati sebuah mobil pribadi. Seorang gadis berambut pirang sedang duduk di dalam mobil dan mendengarkan kata-katanya tanpa henti.Gadis itu mengerutkan bibirnya sambil melepas kacamata hitamnya. Di
Tentu saja Safira mengetahui hal ini, tetapi dia tidak dapat menemukan kandidat yang lebih baik.Tugas yang diberikan oleh dosennya sangat sulit. Jika Karina tidak membantunya, dia tidak akan merasa nyaman.Safira menatap Karina dengan sedih seraya berkata, "Apa sama sekali nggak ada kemungkinan?"Melihat betapa menyedihkannya Safira, Karina menjadi tidak tega, tetapi semuanya harus diputuskan berdasarkan situasi sebenarnya. Situasi Karina saat ini tidak memungkinkan untuk membantu Safira. Jika menyetujuinya akan berdampak buruk bagi semua orang.Saat Karina hendak menolak, ponselnya tiba-tiba berdering.Nama kontak penelepon menunjukkan nama mahasiswa pria yang akan menghadiri seminar, yaitu Yudha Sudibya."Halo? Yudha, ada apa?""Karina, aku baru saja mendapat kabar kalau seminarnya akan ditunda selama sebulan. Kamu nggak perlu buru-buru mengatur materinya sekarang."Karina tertegun, lalu bertanya, "Apa berita ini sungguhan?""Aku diberi tahu dari mulut Pak Neo sendiri. Jadi ini sung