Karina mengerucutkan bibirnya dan tersenyum. "Kalau begitu, berapa banyak uang yang akan kamu keluarkan untuk memelihara diriku?"Benar bukan!Cukup blak-blakan!Wajah jahat Zayn langsung menunjukkan sedikit pemahaman. Dia tertawa terbahak-bahak dan ingin menyentuh wajah Karina."Kamu terlihat cantik. Aku bisa membayarmu dua kali lipat dari tarif wanita populer yang ada di lingkaran ini. Kalau ...." Membicarakan hal tersebut, mata Zayn berkeliaran di tubuh Karina. "Kamu juga punya tubuh yang bagus. Kalau kemampuanmu nanti bisa membuatku puas, aku akan menambahkan lima kali lipat lebih banyak lagi."Karina dengan tenangnya menghindari tangan Zayn yang terjulur ke arahnya."Kalau begitu, sepuluh kali lipat?"Karina menghela napas dengan kemurahan hati Zayn. Senyum di wajahnya menjadi lebih ramah. "Aku baru saja masuk di industri ini. Aku nggak tahu banyak tentang industri ini. Berapa tarif gadis yang populer?""Satu miliar sebulan."Karina tidak mampu berkata-kata.Orang-orang ini benar-
Karina mengikuti Jeremy memasuki kelab pribadi tersebut.Mereka berjalan melalui koridor panjang. Di dalamnya terdapat ruang dansa yang luas, di mana sekelompok pria dan wanita tengah berpesta di sana, seperti sebuah kerusuhan.Ruangan yang remang-remang dan disinari kelap-kelip cahaya itu penuh dengan aroma tembakau dan alkohol yang begitu tajam dan merangsang. Aroma alkohol dan parfum wanita yang menyengat merangsang saraf semua orang, membuat mereka merasakan puncak demi puncak kenikmatan.Adegan tersebut benar-benar merangsang saraf Karina. Dia menundukkan kepalanya dengan tidak nyaman dan sebisa mungkin berusaha menghindari adegan tersebut."Pak Jeremy, apa Rafael juga ada di sana?"Karina tidak bisa membayangkan adegan pria yang begitu terhormat dan memiliki status yang tinggi tersebut, bergaul dengan orang-orang semacam ini. Hal tersebut akan sangat merusak citranya.Jeremy menggelengkan kepalanya. "Nggak. Tuan Muda Rafael ada di ruang VIP."Karina langsung menghela napas lega b
Gadis-gadis itu berbicara satu sama lain sehingga membuat telinga Rafael menjadi berdengung. Suasana hatinya yang sudah kesal, menjadi makin kesal lagi.Dia pun berkata dengan marah kepada Karina, "Apa kamu dengar? Keluar dari sini! Kamu nggak seharusnya berada di sini."Karina sangat merasa tidak nyaman saat melihat Rafael seperti itu. Meskipun di dalam hati Karina memang tidak pernah menyukainya, dia juga tidak suka jika melihat Rafael sampai terpuruk seperti ini.Karina selalu merasa jika Rafael tidak seharusnya bergelimang kemewahan semacam ini.Karina menarik napas dalam-dalam. Dia tidak menghiraukan tatapan penuh ejekan dari semua orang yang menyaksikan drama tersebut. Karina mengulurkan tangannya kepada Rafael dan berkata dengan sungguh-sungguh, "Ayo pulang bersamaku."Rafael mengalihkan tatapan matanya yang dingin itu pada tangan yang diulurkan Karina kepadanya. Sambil mendengus dingin, dia menyambar gelas anggur dari tangan gadis itu dan langsung menenggak habis isinya. Kemudi
"Karina, siapa yang menyuruhmu pergi? Berani-beraninya kamu pergi?" Begitu semua orang itu pergi, Rafael langsung berteriak marah kepada Karina.Wanita sialan ini memang ingin selalu melarikan diri darinya selama ini. Jika tidak, Karina tidak akan memutuskan untuk benar-benar pergi tanpa keraguan sedikit pun tadi. Rafael benar-benar ingin mencekiknya sampai mati.Karina menatap Rafael dengan dingin. Dia berpikir betapa pandainya Rafael membalikkan fakta. Siapa yang tadi menyuruhnya pergi? Sekarang, begitu Karina ingin pergi, Rafael jadi marah karenanya?Karina menatapnya sambil tersengal-sengal. "Apa sudah cukup bagimu untuk membuat onar?""Siapa yang membuat onar? Karina, kenapa kamu nggak peduli padaku? Kamu pikir kamu itu siapa? Berani-beraninya kamu menyelingkuhiku. Percaya atau nggak aku bisa membunuh kekasih gelapmu itu sekarang?"Rafael menjadi sangat marah karena cemburu.Emosi yang selama ini dipendamnya, sekarang menjadi meledak karena mabuk."Rafael, kalau kamu menganggapku
Begitu panas hingga membuat hati terasa cemas.Kali ini, Karina benar-benar menyadari jika ada sesuatu yang benar-benar hancur bersamaan dengan tenggelamnya dirinya bersama Rafael.Rangkaian erangan indah dan menggoda seakan seperti menjadi inspirasi bagi Rafael ....Keesokan paginya, jam biologis Rafael membangunkannya dari tidurnya.Begitu membuka mata, Rafael melihat Karina yang tengah tertidur lelap di dalam pelukannya. Cuplikan ingatan semalam yang tiba-tiba muncul di otaknya, membuat Rafael langsung terdiam.Semalam, dia sudah meniduri Karina ....Tanda merah di sekujur tubuh Karina yang bagaikan mutiara itu sangat mengejutkan. Tanda merah itu ada di mana-mana, termasuk di leher dan di tubuh Karina, bagaikan mawar yang sedang mekar.Keindahan yang aneh dan memikat.Wajah mungil Karina sudah basah oleh air mata. Rambutnya menempel di pipinya. Karina terlihat begitu menyedihkan.Rafael duduk di sampingnya. Dia menggaruk-garuk kepalanya dengan gelisah. Semalam, apa yang sudah dia la
Jeremy terkejut saat melihat ekspresi cemas di wajah Rafael dan melihat Karina yang sedang tertidur di dalam gendongan Rafael."Karina demam. Bawa mobilnya kemari. Aku membawanya ke rumah sakit.""Baik."Jeremy tidak banyak bertanya dan buru-buru berlari untuk memanggil sopir. Rafael menatap orang yang bersandar di pelukannya itu dengan cemas. Suasana hatinya begitu rumit.Jelas-jelas kemarin dia memutuskan untuk menyuruh wanita ini pergi dari tempat ini. Namun, kenapa hari ini saat melihat wanita ini demam, hatinya terasa begitu sakit?"Karina, apa yang harus kulakukan padamu?"Setelah mobil tiba, mereka langsung pergi ke rumah sakit yang paling dekat dengan kelab tersebut.Begitu sampai di rumah sakit, Karina langsung dibawa ke unit gawat darurat.Begitu dokter datang, dokter itu langsung merasa ketakutan oleh tekanan sedingin es yang dipancarkan oleh Rafael. Jantungnya bergetar saat keringat dingin mulai keluar.Rafael melangkah maju dengan kakinya yang panjang itu. Dia meraih kerah
Dokter itu menjelaskan dengan mata berkaca-kaca. "Ini, pasti selalu ada masa penyesuaian. Setelah menghabiskan satu botol infus, keadaannya akan menjadi lebih baik.""Sebaiknya memang begitu."Raut wajah Rafael menjadi agak melunak.Jeremy melangkah maju dan bertanya, "Sekarang seharusnya dipindahkan ke ruang perawatan intensif, 'kan?""Ya. Memberikan lingkungan yang tenang dan nyaman pada wanita itu akan membantu kondisinya menjadi lebih baik," jawab dokter itu sambil menyeka keringat dinginnya."Tuan Muda Rafael, biarkan Nona Karina beristirahat terlebih dulu," kata Jeremy kepada Rafael yang sedang menatap Karina.Rafael melihat sekilas ke arah Jeremy dan menganggukkan kepalanya.Karina perlahan-lahan tersadar setelah menghabiskan dua botol infus. Kesadarannya masih sedikit kabur. Matanya yang seperti batu amber melihat sekeliling.Tirai putih, seprai putih, sedikit aroma disinfektan memenuhi ruangan ini.Dia juga mengenakan baju rumah sakit ....Rumah sakit?Pintu tiba-tiba saja ter
"Karina, jangan terlalu berlebihan. Meskipun kemarin aku melakukan kesalahan, sebagian besar alasannya tetap saja karena kamu. Jangan pikir aku sudah benar-benar tenang sekarang."Benar saja. Dia tetap tuan muda yang kasar, tidak masuk akal, dan semena-mena.Namun, suasana hati Karina menjadi agak membaik setelah mendengar Rafael meminta maaf.Karina menunduk. Dia merasa jika sekarang adalah kesempatan untuk memperjelas kata-kata Rafael. Karina pun berkata dengan lembut, "Kemarin, di depan semua orang kamu mengatakan kalau kamu menyuruhku untuk pergi ....""Itu omongan orang mabuk. Jadi, nggak bisa dianggap serius."Karina mendengus dan langsung menjadi cemas saat mendengarnya. Apa orang ini mencoba menyangkalnya lagi?Karina memelototi Rafael dan berkata dengan napas tersengal-sengal, "Rafael, bisakah kamu berhenti untuk ingkar janji seperti ini? Kemarin, kamu sudah mengatakannya di depan begitu banyak orang. Apa kamu ingin menjadi ... uhuk, uhuk, uhuk ...."Karina begitu emosional hi