Beranda / Romansa / Kesempurnaan Cinta / Bab 1 : Pada Saat Seperti ini. Aku selalu Yakin, Jika Semua yang berlandaskan Cinta selau akan Berakhir Bahagia

Share

Kesempurnaan Cinta
Kesempurnaan Cinta
Penulis: anisas

Bab 1 : Pada Saat Seperti ini. Aku selalu Yakin, Jika Semua yang berlandaskan Cinta selau akan Berakhir Bahagia

Penulis: anisas
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-23 01:02:36

Wanita yang duduk dibawah cahaya rembulan itu, sesekali menengok kebelakang, sudah sejak hampir 30 menit dirinya menunggu sendirian hanya bersama semilir angin malam.

“Anisa.”

Suara lembut namun memiliki aksen berat itu akhirnya mengudara, membuat Anisa menolehkan kepalanya dan tersenyum cerah saat mendapat suaminya berjalan, dengan satu tangkai bunga mawar putih ditangan kanannya, juga kue berbentuk love ditangan kirinya, lengkap juga lilin berwana merah yang menyala.

Angkanya menunjukan angka 10. Jika diingat bagaimana selama itu dirinya hidup bersama Satria. laki-laki yang lembut dan penyanyang, membuat Anisa rasanya tidak merasakan lamanya pernikahan mereka.

Anisa terkikik pelan, “Kamu ini ngapain sih mas?”

Kini tubuh satria mendekat, meletakan kue itu ke atas meja kayu. Kemudian medeku tepat di depan wanitanya yang sudah 10 tahun menemaninya

“Sudah sepuluh tahun, tapi rasanya aku masih mencitai kamu sama seperti pertama kali bertemu.”

Anisa tersipu, dirinya tahu, jika apa yang laki-laki itu katakan barusan bukan hanya sebuah kata pemanis untuk menghidupkan suasana romantis, tapi memang benar-benar seperti apa yang Satria lakukan selama ini.

“Jadi kamu nyiapin ini sendirian gak ngajak-ngajak aku? Padahal ini,kan aniversary kita berdua lho, harusnya siapin sama-sama.”

Perkataan Anisa sepenuhnya benar, tapi Satria menggeleng yang sedikit berada di bawahnya. Satria tersenyum, melihat bagaimana indahnya pahatan rupa dari sang istri, itu selalu menjadi bagian yang membuat hatinya menggebu, apalagi dilihat dari bawah seperti ini, rasanya pahatan indah itu terlihat sangat menawan bersatu dengan cahaya bulan. Satria jadi curiga, jika bulan memang memiliki dua di bumi ini. Yang satu diciptakan untuk menerangi dunia, dan yang satunya lagi diciptakan untuk menerangi dunianya, Satria benar-benar beruntung memiliki Anisa di hidupnya

“Sengaja dong. Aku mau kejutan buat kamu, kejutan banget gak ini?”

Anisa mengangguk, seraya tertawa “Ya,ya. Kejutan banget!”

Satria kini memilih bangun, menuntun istrinya untuk bangun juga dari kursinya, Anisa menurut saja, sampai lengan hangat suaminya itu merengkuhnya hingga menciptakan jarak yang sangat dekat

“Kamu tau gak sih? Kamu itu adalah hal yang tidak ternilai bagi aku.”

Anisa mengangguk “Sejuta kali kayanya kamu udah bilang ini sama aku, gimana aku bisa gak tau.”

Satria terkekeh, membelai surai sang istri dengan gerakan lambat, namun tidak memudarkan sentuhan halusnya yang penuh akan makna kasih sayang

“Aku cinta kamu,” katanya merdu

“Aku juga.”

Kemudian mereka bercumbu, mengizinkan satu sama lain untuk merasakan hangatnya tubuh. Dibawah bulan, dua orang itu sangat dikaruniai banyak cinta oleh sang dewi.

“Besok mau liburan gak?”

Anisa memilih menggeleng, tidak tau kali ini rasanya malas untuk berlibur, meski menolak Satria tetap tersenyum

“Terus kamu mau apa?”

“Kamu sendiri mau apa?”

“Aku?”

Satria tampak menimang, dalam sekejap waktu Satria bersuara lagi “Cukup berdua sama kamu aja rasanya lebih dari cukup.”

“Aku pun begitu.”

“Terus, gak mau kemana-mana gitu?”

“Ada yang ingin aku lakuin,mas.”

“Apa itu?”

Raut wajah Anisa berubah, membuat Satria terheran bingung

“Program kehamilan.”

“Lagi?”

Anisa mengangguk. Nmun kontras dengan Satria, laki-laki itu terdengar menghela napasnya pasrah. Pasalnya sudah berkali-laki Anisa menjalani program kehamilan diberbagai tempat, tapi hasilnya nihil. Hingga usia pernikahannya menginjak 10 tahun, program itu tidak membuahkan hasil apa-apa

Satria bukan tidak ingin berusaha, tapi sudah berkali-kali berusaha dan menaruh harapan tinggi, akhir-akhirnya malah harus kecewa lagi.

Dan kali ini, Satria pikir, tidak perlu lagi berharap kepada apapun, jalani dulu saja semuanya. Urusan jadinya gimana tuhan yang mengatur. Satria hanya ingin kehidupannya tenang bersama Anisa, tanpa memikirkan hal yang membuat keduanya terbebani karena pengharapan dari program kehamilan itu sendiri.

“Anisa dengerin aku. Kita jalani saja dulu, biarkan dulu aja kehidupan kita kaya gini, gak perlu mikirin itu lagi.”

“Tapi mas, sudah seharusnya kita berusaha.”

“Iya, tapi untuk apa, kalo ujungnya nanti kamu sedih lagi, kamu pikir aku baik-baik aja lihat kamu putus asa? Aku lebih baik gak punya anak dari pada harus liat kamu sedih.”

“Mas! Kok bilangnya gitu sih!”

“Nis, aku menikah sama kamu itu buat menyempurnakan kehidupan aku. Cuman itu yang ada diharapan aku, untuk yang lainnya gak ada.”

Satria pikir. Anisa baik-baik saja dengan kehidupannya tanpa seorang putra. Tapi nyatanya jauh, Anisa selalu mendapatkan kecaman dari orang-orang. Apalagi ibu mertuanya

“Aku gak bisa baik-baik aja mas, apalagi menghadapi ibu, pasti dia sangat ingin liat kamu momong bayi.”

Satria melenguh, untuk sejenak dia bisa merasakan bagaimana pahitnya diatas kebahagiannya bersama Anisa. Satria tahu, jika sudah sejak dulu ibunya meminta agar cepat mempunyai keturunan.

“Ibu, pasti mengerti Nis. Kamu jangan khawatir soal itu. Aku dan kamu, semuanya akan selalu tentang aku dan kamu. Tidak ada orang lain satu pun, termasuk ibuku sendiri. Jangan terlalu dipikirin ya, nanti malah kamu yang sakit.”

Anisa masih tidak bisa mengguk dengan apa yang dikatakan Satria. Kehidupannya jauh lebih berat dibanding Satria.

“Anisa,” Satria menatap penuh manik milik Anisa, hanya untuk merelakan dirinya tenggelam begitu saja dalam lautan istrinya

“Untuk saat ini, aku mohon sama kamu. Gak usah pikirin apapun, nikmati aja semuanya. Aku disini baik-baik aja kok.”

Karena, kelembutan Satria. Mampu membuat Anisa mengangguk dan merasa hatinya sedikit kembali tenang.

Satria tidak tanggung-tanggung untuk memeluknya lagi, kemudian menciumi pucuk kepala wanitanya. Satria jelas sangat mengerti perasaan Anisa, seperti apa. Sebab dia adalah suaminya.

Sejenak, Satria terpejam, hanya untuk merasakan kehangatan dari rasa cintanya. Meski pernikahannya tidak kunjung diberi keturunan, namun hal itu tidak begitu saja menyurutkan rasa kebahagiaannya. Satria bersyukur sebab dirinya maupun Anisa masih bisa merasakan keindahan dalam pernikahaannya.

***

Sudah bermit-menit berlalu, sepasang kaki Satria maupun Anisa berjalan diatas marmer pusat perbelanjaan. Sudah sejak tadi pula, Satria menawari Anisa ini dan itu.

Bukannya Anisa menolak keras, akan tetapi Anisa tidak terlalu membutuhkan barang-barang yang ditawari Satria itu. Anisa tahu, menjadi istri dari seorang pemimpin perusahaan besar, membawanya ke hidup dalam kubangan emas, yang seharusnya bisa menikmati betapa nikmatnya kehidupannya. Tapi, masalahnya itu ada pada dirinya sendiri. Entah kenapa sudah selama ini, Anisa merasa terlalu risih untuk kehidupan yang terlalu mewah, dia suka yang sederhana saja.

“Nis, kayanya sepatu kamu perlu diganti deh,” Satria melihat ke bawah, tepat kepada sepatu yang dipakai Anisa

“Perlu diganti kaya gimana, ini juga baru sebulan lalu dibeli kok.”

Anisa tersenyum, seolah itu bukan perkara hal yang perlu dipersulit, namun lihat saja Satria, dia keliatan merengut, sebab apapun yang laki-laki itu tawari selalu Anisa tolak

“Hari ini, hari pernikahan kita. Seharusnya kita seneng-seneng dong, kamu kok kaya gak seneng gitu sih.”

Anisa tertawa gamang, “Aku gak seneng kaya gimana. Nih seneng,” katanya, dengan senyum yang dibuat-buatnya

“Manisnyaaa.”

Satria tersipu, membuat Anisa memukul lengannya begitu saja “Biasa aja.”

“Yaudah sekarang kamu maunya apa, masa cuman muter-muter gak jelas.”

Anisa tersenyum lagi, tapi kali ini senyuman itu memiliki arti seolah dia baru saja menemukan hal yang mau ia lakukan.

“Yuk,ikutin aku.”

Anisa berjalan lebih dulu, dalam langkah Anisa yang berdentum itu, ada secuil rasa terpaksa dari dalam diri Satria. Dia tahu, jika istrinya itu akan pergi kemana.

Supermarket.

Tempat ini, selalu menjadi tempat favorite Anisa. Perempuan itu, lebih senang diajak berbelanja kebutuhan rumah dibanding berlanja tas,sepatu, dan lain sebagainya.

Satria tidak mepermasalahkan itu. Demi apapun. Akan tetapi sifat Anisa yang mendadak plinplan saat akan memilih barang. Padahal hanya ingin membeli kecap manis, tapi kenapa Anisa harus membandingkan yang mana yang lebih worth it. Seperti sekarang ini

“Enaknya yang botol apa yang kemasan kaya gini aja ya,mas?”

Tanpa ragu, Satria bergerak menunjuk kecap botol

“Tapi kayanya banyak yang ini deh,” Anisa malah menyimpan kembali ke atas rak kecap botol itu “Harganya juga lebih murah,” katanya lagi, kemudian lengannya menyimpan kecap kemasan plastik itu ke dalam troli yang di dorong Satria

Satria menengok ke bandul harga kecap manis itu, hanya untuk mendapati wajahnya yang melotot, setengah heran “Padahal cuman beda 100 perak,” kepalanya menggeleng, kemudian kakinya melangkah lagi mengikuti kemana pun istrinya pergi

“Mas, tau gak? Anisa bersuara, saat lengannya memilah sayuran

“Tentang mana sayuran yang lebih gede? Padahal kamu tinggal ambil aja semuanya kalo mau lebih banyak.”

Anisa merasa diledeki, “Bukan itu.”

“Ya terus?”

“Aku suka berhayal aja, pas aku pulang dari supermarket, ada anak yang nanyain jajanan yang aku beli.”

Mendengar suara itu, mendadak membuat hati Satria menipis. Merasa tersayat tapi bukan dalam kalimat yang sarkas, tapi dengan kalimat yang menyebutkan, jika memang kehidupannya sepedih itu

Tangan Anisa terulur, memasukan satu plastik wortel ke dalam troli, dengan begitu pandangannya seolah mengunci pada raut wajah suaminya

“Mas,kenapa?”

Satria langsung merubah ekspresi raut wajahnya, dia tersenyum. Hanya untuk membuat Anisa merasa tidak apa-apa

“Gak papa. Semalam kamu bilang pengen program lagi,kan?” tanyanya seraya berjalan mendorong troli, mengikuti pergerakan Anisa yang sedang memilih sayuran lainnya

Anisa mengangguk, meski wajahnya tidak ia tunjukan kepada Satria, laki-laki itu sudah bisa tahu, jika Anisa sedang menampilkan wajah sedihnya disana

“Tapi kalo kamu gak ngizinin gak pa-pa,” Anisa mengerti, jika apa yang dibicarakan Sartia tidak pernah salah, hanya dirinya saja yang terlalu kekeh dengan keingannya, kadang Anisa terlalu fokus meraih apa yang diinginkannya, sampai dia lupa jika keinginan itu baik atau enggak kedepannya. Dan lagi-lagi Satria yang selalu menuntunnya, untuk tidak tersesat dalam kubangan penuh akan kehancuran

Jika diibaratkan Satria itu seperti apa. Satria itu sudah persis seperti seorang ibu dan ayah baginya. Anisa merasa jika dirinya memiliki suami yang bisa menjadi orang yang melindungi, menyayangi dan merawatnya sepenuh hidupnya.

Satria terlalu memiliki segalanya, dibanding dia yang hanya mampu memberikan kelembutannya sebagai seorang wanita. Anisa belum bisa memberikan lebih dari itu. Memberikan keturunan contohnya.

“Aku gak mau kamu kecewa, Nis,” katanya lembut, meski tebilang pelan. Suara Satria mampu menembus hingga ulu hatinya.

“Aku tau, kamu selalu jaga hati aku buat gak hancur, walau sejatinya hati manusia itu mudah hancur.”

Satria tersenyum, senyuman yang iringi rasa terharu dalam dadanya. Sebanyak apapun kalimat yang ia utarakan untuk Anisa, wanita itu selalu mendengarkan dengan baik, juga menerapkannya dengan baik pula. Itu yang membuat Satria selalu merasakan cinta yang utuh seperti pertama kali bertemu.

“Makasih ya,Nis.”

Anisa menautkan keningnya, tangannya yang menggengam semangka itu rasanya melayang begitu saja. Padahal hanya kata terima kasih, tapi kenapa sampai pada hatinya seperti kata yang mengapresiasi seluruh hidupnya

“Untuk apa? aku lagi diem aja lho ini, cuman milih semangka yang keliatannya manis.”

“Untuk semuanya. Untuk semua yang udah kamu lakuin buat aku, dari yang aku sadari maupun tidak aku sadari. Kamu memang wanita hebat yang selalu berusaha buat suaminya seneng,Nis.” Satria mengatakan itu, karena dia tidak sepenuhnya tau, apa yang Anisa lakukan untuk dirinya, mungkin dibalik itu ada pengorbanan yang Anisa lakukan yang tidak diketahuinya

Untuk saat ini, Anisa rela meninggalkan semangkanya yang sejak tadi dipilihnya, menatap suaminya dengan binar mata yang penuh akan keharuan. Kemudian menghampirinya hanya untuk mengecup pipi Satria yang terasa kenyal.

Satria tersenyum senang, seperti anak kecil yang mendapati mainan baru. selain menyukai Anisa dari segi sifat, Satria juga menyukai Anisa dari segi mencumbunya seperti ini.

“Satu aja nih?”

Anisa tergelak, “Malu diliatin oranglah,” memilih melanjutkan perjalanan lagi menuju rak berikutnya, meninggalkan Satria dengan wajah merayunya, minta untuk dikecup lagi

“Nis?”

“Apa?” Anisa tidak menoleh, dia terlalu fokus memilih ikan mana yang lebih segar lalu yang terlihat lebih murah

“Kamu mau beli semuanya pun aku sanggup bayarin. Kamu gak perlu milih-milih kaya gitu.”

“Aku tau.”

“Yaudah ambil aja semuanya.”

“Gak bisa gitu dong, ini kalo misalnya ikannya busukkan percuma.”

“Gak papa. Bisa beli lagi, laut indonesia masih luas, kamu tingkahnya udah kaya besok gak ada yang jual ikan lagi aja.”

Anisa tergelak, “Kamu mau yang mana?”

“Terserah kamu aja, aku suka kok.”

“Oke, tapi awas kalo berakhir aku kasih ini ke kucing, gara-gara kamu gak makan.”

Satria tertawa, merasa bodoh dengan dirinya sendiri. Satria memang tidak pemilih dalam makanan, tapi Satria adalah orang yang mau makan ketika sedang mood saja. Walaupun Anisa sudah masak makanan kesukaannya, kalau moodnya sedang tidak mau makan itu, Satria akan minta makan dengan telur ceplok. Dan berakhir makanan itu harus Anisa berikan kepada satpam komplek

“Kamu kan bisa makan, gak perlu kasih kucing.”

“Aku gak doyan ikan,mas.”

Dengan seenaknya, Satria meletakan ikan itu lagi yang tadi sudah Anisa masukan ke dalam trolinya “Yaudah jangan kamu ambil.”

“Kamu kan suka.”

“Gak papa kok, yang lain aja.” 

Anisa hanya membiarkan suaminya itu meletakan kembali ikan yang akan dibelinya, dengan senyum yang terukir, senyum itu seperti mengisyaratkan jika apa yang dilakukan Satria akan selalu membuat hatinya menghangat. Anisa tahu, maksud Satria meletakan ikan itu kembali,hanya untuk membuat Anisa nyaman, karena sebab itu tadi, jika Satria tidak ingin memakannya Anisa tidak perlu repot-repot menangisi masakan ikannya yang berakhir dimakan oleh kucing.

Ponsel berdering, di dalam saku celana Satria, membuat langkah kakinya terhenti begitu saja, yang otomatis membuat langkah Anisa juga ikut terhenti

“Siapa mas?”

“Ibu.”

Anisa mengangguk, seraya melihat suaminya yang kini sedang mengangkat sambungan telpon itu. Anisa bersedia menunggu suaminya itu selesai bicara. Melihat jika yang dikatakan Satria hanya kata iya saja, cukup mengundang banyak tanya dalam benaknya, lantas saat benda pipih itu kembali masuk ke dalam saku celana suaminya, Anisa buru-buru menanyakan

“Ada apa, katanya?”

“Ibu nyuruh kita ke rumah, katanya ada yang perlu dibicarakan.”

Sejak saat itu, perasaan Anisa mendadak tidak enak. Entah atas dasar apa, yang jelas untuk mengecap kelagaan dalam hatinya rasanya sulit.

NEXT

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
menarik nih ceritanya.. pengen follow akun sosmed nya tp ga ketemu :( boleh kasih tau gaa?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kesempurnaan Cinta   Bab 2 Pernyataan Ibu begitu menyakitkan

    Dalam ruangan serba putih, disinilah Anisa dan Satria berada, melihat bagaimana sang ibu yang entah hanya perasaan keduanya saja atau memang begitu adanya. Jika Ratna sedang menatap kedua insan itu dengan pandangan yang sulit untuk diartikan. “Sudah sepuluh tahu ya, pernikahan kalian?” Satria maupun Anisa mengangguk, dengan ukiran senyuman yang terlontar “Jadi kapan kalian mau kasih ibu cucu?” Pertanyaan itu, sukses membuat Anisa bergetar. Hatinya mendadak berdegup kencang, apalagi aura yang dipancarkan sang ibu mertua malah mampu menujukannya ke dalam ruangan yang penuh adrenalin “Itu bukan pertanyaan yang bisa Satria jawab bu,” suaminya menjawab, dengan bahasa yang lembut seperti biasa, kemudian kepalanya menoleh pada Anisa, lalu bibirnya tertarik membentuk senyuman tipis. Satria tahu, jika istrinya itu sedang menyimpan begitu banyak ketakutan “Kenapa?karena itu urusan tuhan? Kalo begitu kenapa kakak kamu yang baru saja menikah 2 bul

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-23
  • Kesempurnaan Cinta   Bab 3 : Karena saya Yakin, Semuanya akan Baik-Baik Saja

    Pagi sekali, sekitar pukul enam. Dari dalam kamarnya Anisa sudah tidak lagi melihat Satria yang tidur terlelap disampingnya. Kemudian setelah mencuci muka dan mengosok gigi, Anisa beringsut turun dari lantai dua. Dari atas tangga, Anisa bisa mendengar suara bising dari arah dapur Begitu dia melongok kesana, bibirnya terukir sempurna, hanya karena sosok suaminya yang terlihat sedang berkutik dengan alat dapur. Melihat Satria yang sibuk di depan kompor, selalu membuat Anisa terpana. Laki-laki itu selain bisa menyayanginya bisa juga memanjakannya melalui masakan. Pernah waktu mereka belum menikah Satria mengatakan seperti ini “Gak masalah kok, kalo nanti istri aku gak bisa masak, karena aku yang akan masakin dia setiap pagi.” Tapi kenyataannya malah Satria ditakdirkan untuk mempunyai istri yang handal dalam urusan memasak. Tapi hal itu tidak selalu membuat Satria bermalas-malasan, tetap saja laki-laki itu akan mengambil alih tugas Anisa untuk meny

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-23
  • Kesempurnaan Cinta   Bab 4 dan Sekarang, Keyakinan itu Runtuh, oleh Wanita yang saya Sayangi

    Satria tidak pernah menduga, jika pergulatannya dengan setumpuk berkas akan ditemani sang ibu juga, yang tiba-tiba menghampirinya ke kantor. Satria bukan tidak senang, hanya saja waktunya yang kurang tepat. Apalagi jika mengingat kejadian kemarin “Ibu ganggu kamu?” Satria menggeleng, meski dalam decap hatinya berkata iya. Tapi siapa yang berani mengatakan hal yang semacam itu? “Syukur deh. Ibu sengaja datang ke sini. Mau ada yang dibicarakan.” Satria tahu, jika ibunya sudah menyandanginya langsung, itu artinya sang ibu hendak akan berbicara sesuatu hal yang sangat penting “Satria Wiauthama. Kamu itu laki-laki berjiwa besar, lihat saja perusahaan bapak yang kamu bangun, semakin maju. Ibu bangga sama kamu. Tapi ingat nak, ini semua harus berakhir pada keturunanmu.” Satria menghela napasnya, sudah bisa dipastikan sejak tadi jika ibunya pasti akan berbicara mengenai hal ini juga “Satria tahu. Satria juga lagi berusaha bu.”

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-23
  • Kesempurnaan Cinta   Bab 5 : Ibu Membawa Calon Untuk Saya

    Entah mimpi apa semalam, hari ini Satria di datangi lagi oleh ibunya. Yang lebih parah, kini wanita itu membawa seseorang. Yang Satria tidak mengenalinya. Perempuan itu hanya tersenyum manis di samping Ratna, sesekali melirik ke arah Satria dengan pandangan yang penuh harap, jika boleh jujur Satria benci tatapan perempuan itu“Kenalkan ini Nela, anaknya teman ibu,” Ratna membuka suara, yang membuat perempuan di sebelahnya unjuk keberadaan dengan mengulurkan tangannya kepada Satria.Satria geming, menatap uluran tangan itu sampai akhirnya dia membalasnya, sebab tidak ada pilihan lain“Nela,” perempuan itu lebih dulu menyebutkan namanyaBarulah disusul oleh Satria “Satria,” setelah itu Satria buru-buru melepaskan tautan tangannya“Jadi maksud ibu apa, bawa Nela kemari?”Hawa-hawanya sudah bisa dihirup tidak enak, Satria bisa bertaruh jika ibunya ini bermaksud untuk mendekatkan dirinya dengan wani

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-26
  • Kesempurnaan Cinta   Bab 6 : Dia yang Tidak Mau Kalah

    Sepasang kaki jenjang, dibalut dengan sepasang hels yang terdengar bergemlatuk dengan marmer. Nela Amanda, wanita karir yang sudah hampir 12 tahun bekerja sebagai sekertaris perusahaan besar itu, memutuskan untuk berhenti bekerja disana.seperti yang kalian ketahui, jika sekarang ada mimpi yang harus Nela wujudkan. Yaitu menjadi istri kedua bagi seorang Satria Wiauthama.Nela sendiri sudah mengenal Satria, sejak masa perkuliahan, kebetulan Satria menjadi kakak tingkatnya. Sebenarnya Nela sendiri juga telah menaruh hati kepda Satria, namun karena Satria memilih menikah dengan Anisa. Rasa cinta itu harus terpaksa ia kandaskanDan sekarang, seperti sebuah undian berhadiah. Nela mendapati permintaan langsung dari pihak keluarga Satria, untuk memintanya menjadi istri kedua. Nela mana mau menolak.Tapi ternyata untuk menjadi istri kedua bagi seorang Satria tidak mudah, karena ada penghalang besar untuknya. Nela pikir penghalang itu harus ia mu

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-28
  • Kesempurnaan Cinta   Bab 7 : Nela Jadi Sekretaris

    Satria menghela napasnya saat begitu melihat Anisa sedang bergulat dengan alat dapurnya. Padahal Satria sudah mewanti-wanti agar Anisa tidak perlu menyiapkannya sarapan. Itu bisa dikerjakan Yati atau Satria bisa sarapan nanti dikantorTubuh jenjangnya menghampiri sang istri, sebentar Satria mengelus pucuk kepala Anisa. Membuat wanita itu menoleh“Mas, apaan sih.”“Aku kan udah bilang, gak perlu siapin aku sarapan.”“Itung-itung badanku gerak. Biar sekalian olahraga,kan?”Apa yang dikatakan Anisa ada benarnya. Jadi Satria tidak bisa untuk menggeleng. Untuk itu dia lebih memilih duduk dikursi, menunggu Anisa selesai memasak“Nanti aku ke kantor kamu lagi ya.”“Gak usah, kamu masih lemes kan?”Anisa menggeleng “Nggak.”“Aku gak bisa nolak kamu,Nis,” kata Satria pasrah. Karena pada dasarnya untuk mengatakan tidak kepada Anisa hatinya terasa b

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-01
  • Kesempurnaan Cinta   Bab 8 : Dihina Karena Belum Juga Hamil

    Anisa sedang membantu susi –asisten rumah tangga mertuanya itu menyiapkan beberapa hidangan untuk menjamu para tamu teman-teman arisan Ratna.Ini pertama kalinya, Ratna menyuruh Anisa untuk membantu Susi, biasanya Ratna akan membeli beberapa hidangan itu. Tapi katanya khusus hari ini Ratna ingin menjamu teman-temannya, dengan kue buatan AnisaAnisa sendiri tidak masalah, justru dia senang. Sebab merasa kehadirannya sangat berguna.“Bu, kuenya sudah siap,” kata SusiTadi Anisa sempat meminta Susi untuk meletakan brownis ke dalam piring hias, kini tugas Susi sudah selesai, dia melakukannya dengan baik“Kamu tolong tungguin panggangan ini ya, kayanya sebentar lagi mateng.”Susi mengangguk. Lalu setelah itu Anisa beringsut membawa brownis itu ke ruang tamu. Dimana mertuanya sedang melakukan perkumpulan arisan.Seketika semuanya menolehkan pandangannya saat Anisa sampai disana dan meletakan piring ke atas meja

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-02
  • Kesempurnaan Cinta   Bab 9 : Pelukan Satria yang Selalu Hangat

    Tiga puluh menit berlalu. Satria dan Anisa masih saja betah duduk berdua saling berpelukan, tepat di balkon rumahnya, seraya menatap langit malam yang dihiasi bintang.Sama seperti cinta keduanya, selalu tampak berseri layaknya bintang.meski ada segumpal warna hitam disekitarannya. Kesempurnaan cinta itu akan selalu utuh“Kamu pasti cape,kan bantuin ibu?”“Heem,” jawab Anisa dengan dehamanSatria tersenyum. Hanya untuk merasakan hatinya terenyuh.“Buat kue apa aja tadi?”“Cuman buat brownis aja.”“Masa?” Satria tampak tidak percaya“Kok kamu kaya cape banget gini,” sekali lagi Satria menatap lekat wajah Anisa, barang kali dirinya hanya salah lihat saja. Tapi sayangnya, apa yang dilihatnya benar begituAnisa ragu untuk mengatakan yang sebenarnya, tentang perilaku ibu yang kasar. Tadi Ratna sempat menyuruh Anisa untuk membereskan semuanya. Padahal ada

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-02

Bab terbaru

  • Kesempurnaan Cinta   Bab 19 : Malam Terburuk

    Anisa pikir kedatangan Satria akan membaikan suasana hatinya. Pada kenyataannya, Anisa merasakan rasa sakit lagi. dan lagi Anisa tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain diam.Satria tadi sudah berencana untuk menemani Anisa yang akan menemani ibu bersama mbak Anya. Akan tetapi rencana itu digagalkan oleh RatnaRatna menyuruh Satria untuk pulang, dan beristrirahat yang baik. Sebab Ratna tahu, anaknya itu sedang melakukan proyek besar untuk perusahaannya. Oleh karena itu Satria harus mempersiapkan dirinya. Agar menghasilkan yang terbaik.Satria menolak, dia akan tetap disini bersama Anisa. Itu membuat Ratna kesal“Satria, denger kata ibu. Jangan ngebantah.”“Bu. Aku gak apa-apa disini.”“Nggak. Kamu harus istrirahat yang cukup. Biarkan Anisa sama Anya disini, temani ibu. Kamu pulang sama Nela saja sana.”Nela yang merasa terpanggil, dibuat terhenyak dalam keheningan yang diciptakan oleh dirinya itu. Te

  • Kesempurnaan Cinta   18. Anisa Lebih Penting

    Sebelum masuk, Anisa membuang napasnya. itu berarti dia sedang membuang rasa sakit yang bermenit-menit yang lalu dia rasakan di tempat ini. Persis di tempatnya ia berdiriSetelah itu, Anisa membuka pintu. Merasakan jika udara dingin dan senyap menyergap dalam ruangan mertuanya itu.Tubuhnya yang sudah sepenuhnya masuk ke dalam ruangan itu dibuat terheran, karena ruangan tampak sepi, tidak ada Satria dan Nela. Hanya ada Ratna yang sedang terbaring lelap di atas bangsalnya.Dengan pelan, Anisa berjalan meletakan tasnya di atas sofa. Kemudian dia berjalan hendak mendekat ke arah Ratna. Tidak, Anisa tidak berniat membangunkannya hanya akan melihat keadaan Ratna.Namun, belum sepenuhnya sampai tepat di depan bangsal Ratna. Pintu kamar mandi terbuka dan menampilkan sosok Anya. Wanita itu tersenyum ke arah Anisa“Nis, kamu udah balik?” tanyanyaAnisa lantas menjawab “Iya, mbak. Tapi kok sepi, mas Satria juga kemana?”

  • Kesempurnaan Cinta   17 : Bertemu Teman Lama

    Disini Anisa sekarang, dikursi taman rumah sakit yang cukup luas. Ditemani dengan cahaya lampu taman, serta angin malam yang masuk ke dalam pori-pori kulitnya, membuat Anisa merasa dingin, sebab dirinya hanya menggunakan baju yang tidak memiliki lengan yang panjang.“Anisa?”Anisa lantas menoleh, saat bias suara berat menyeruak didekatnya. Matanya melotot, terkejut bukan main saat mendapati siapa orang yang memanggilnya itu“Dimas,” kata AnisaLaki-laki itu tersenyum, duduk disamping Anisa “Kemana aja kamu?”“Aku ada aja kok, cuman keseringan dirumah aja,” kata Anisa menjawab, laki-laki dengan setelan dokter itu disampingnyaDimas adalah temannya semasa kuliah, mereka hanya satu universitas. Dimas dulu masuk jurusan kedokteran sementara Anisa masuk ke pendidikan sekolah dasar“Satria sehat?”Anisa mengangguk, tapi kenapa saat nama itu disebuh hatinya merasakan gertakan

  • Kesempurnaan Cinta   16 : Bersama Nela

    Pada akhirnya Satria hanya bisa menatap kepergian Anisa, dan meratapi keberadaannya bersama Nela disatu ruangan rawat inap vvip iniIngin hati menjauhi Nela, agar tidak menimbulkan perasaan apapun lagi pada wanitu itu, namun ibunya seakan menjadi penghalang untuknya.Itu membuat Satria mau tidak mau harus menerima. Kini dia duduk di sofa, melihat bagaimana sang ibu sedang disuapi buah jeruk oleh wanita yang sangat ia hindari. Ibunya tersenyum seperti senang dijamu oleh NelaKemudian, Ratna menatap Satria “Kata Nela, kamu izin buat cuti itu benar?”Satria mengangguk “Tadinya besok pagi. Tapi mana rela aku tinggalin ibu dalam kondisi seperti ini.”Ratna tersenyum, hatinya berbunga saat diprioritaskan oleh Satria “Anisa yang minta kamu buat cuti?”Satria menggeleng “Aku sendiri.”“Kemana tujuan liburan kamu?”“Bukan kemana-mana, cuman akan mengunjungi rumah orang tu

  • Kesempurnaan Cinta   Bab 15 : Dunia Apakah Benar Akan Berakhir?

    Entahlah sudah berapa lama Anisa disini. Dikantin rumah sakit yang beruntungnya sedang sepi. Anisa bisa menikmati suasana dengan tenang. Mungkin ada beberapa suara dentingan sendok dan piring dari beberapa orang. Dan Anisa tidak sama sekali tertarik untuk makan juga sama seperti merekaAnisa hanya memesan satu gelas satu teh hangat. Dia pikir teh hangat itu bisa meredakan segala jenis rasa sakit hatinya.Fahmi dan Anya, sejak tadi terus saja berkata yang memojokannya jika jatuhnya ibu sakit itu karena berasal dari permasalahannya yang tidak kunjung hamilAnisa sendiri merasa sedih, sebab apa yang ia alami bisa berdampak juga bagi orang lain. Anisa tentu saja merasa dirinya tidak berguna sama sekaliSampai akhirnya, Anisa bisa merasakan sosok Satria duduk di depannya. Dengan kemeja kerjanya yang tampak kusut, dasinya melonggar dari simpulnya. Terlihat jelas jika laki-laki itu sama hancurnya. Atau mungkin lebih“Kok gak di minum?” tanyany

  • Kesempurnaan Cinta   Bab 14 : Semua ini Karena Anisa?

    Beruntung Nela memiliki teman yang mempunyai usaha restoran, dan menyediakan menu yang Satria inginkan.Sebenarnya Satria juga malas harus meminta ini kepada Nela, Satria tahu itu malah akan membuat Nela menjadi memiliki ruang untuk masuk ke dalam hatinya.Saat Nela sedang menyiapkan makanan, selagi Satria masih ditoilet. Ponsel Satria yang ia letakan di atas meja itu berdering menampilkan nama Istriku. Nela tahu itu adalah AnisaDengan liciknya Nela menggeser nomor itu ke tombol merah. Menolaknya.“Ganggu aja!” gumamnyaKemudian tangannya kembali menata kotak-kotak makanan. Suara derap langkah Satria mengudara, Nela lantas menoleh, tersenyum kemudian.“Makanannya sudah siap pak.”Seraya melipat kemeja panjangnya sampai sikut, Satria duduk melihat deretan makanan yang bahkan lebih dari ekspetasinya“Kamu gak tuangin pelet kan?” Satria agaknya curigaNela terkekeh “Saya gak sampai

  • Kesempurnaan Cinta   Bab 13 : Disaat Semuanya Patah Hanya karena Prasangka

    Meski ada Yati yang mengurus semua pekerjaan rumah. Anisa tetap saja andil, seperti dalam urusan menyiapkan makan malam.Biasanya Anisa hanya akan mengambil pekerjaan yang ringan, seperti menyiapkan meja makan dengan segala menu hidangan yang dimasaknya.Jika untuk urusan memasak Yati yang melakukannya. Anisa bukan tidak bisa, hanya saja Yati yang selalu memintanya untuk diam.“Kamu bisa istirahat sama makan malam,Yat. Biar sisanya saya yang kerjain,” kata Anisa. Satu tangan sebelah kanannya mengambil satu mangkuk besar berisi sayur sop wortel kesukaan RatnaTerlihat wanita yang umurnya lebih muda dua tahun dari Anisa itu mengangguk “Baik bu, terima kasih.” Setelah mengucapkan kata terima kasihnya, Yati undur diri seraya membawa satu piring makanan. Biasanya Yati akan makan dikamarnya sambil menonton sinetron kesukaannya.Suara denting karena mangkok dan permukaan meja kaca mengudara, saat Anisa meletakan mangkuk itu. Dalam

  • Kesempurnaan Cinta   Bab 12 : Nela Beraksi

    Mobil sedan berwarna hitam itu terhenti di depan rumah mewah yang memiliki nuansa putih sebagai warna cat temboknya. Keluarlah sosok wanita yang terlihat manis dengan pakaian elegannya. Sebelum beranjak masuk ke dalam rumahnya, Anisa memberi kata terima kasih terlebih dahulu kepada pak Rahmat.Beliau memang sangat berjasa. Setidaknya untuk kehidupannya. Jika tidak ada pak Rahmat, Anisa pasti kelelahan untuk pulang pergi setiap harinya.Saat tibanya di dalam rumah, buru-buru Yati menghampiri Anisa. Sepertinya ada hal yang ingin wanita itu katakan“Bu. Nyonya Ratna ada di sini,” katanya.Yang sukses membuat Anisa terkejutPikirnya, ada apa Ratna datang kemari, apakah akan mengatakan hal-hal buruk yang seperti kemarin.“Dimana ibu sekarang?”Membuang jauh pikiran buruknya itu. Anisa berusaha untuk tetap baik kepada mertuanyaYati menunjuk menggunakan panda

  • Kesempurnaan Cinta   Bab 11 : Hanya Prasangka Saja

    Selagi Anisa masih di kamar mandi, Satria berniat untuk menghubungi Monika sekretarisnya yang lama, pasalnya dia pergi tanpa seucap pamit pun kepadanya.Itu membuat Satria merasa kehilangan juga.karena dibanding Nela jelas Monika adalah sekretaris terbaiknyaTanpa menunggu lama, sambungan telponnya terhubung dengan sang empu“Hallo pak? Maaf, tumben hubungi saya. ada hal penting kah?”Mendengar suara Monika dibalik telpon membuat Satria menghembuskan napasnya lega. Sebab sejak kemarin dirinya menelpon wanita itu tapi nomornya tidak kunjung aktif“Kamu keterlaluan. Pergi tanpa pamit sama saya.”Hening beberapa saat, sebelum akhirnya Monika menjawabnya dengan nada yang terdengar sedikit gelagapan “Ah, maaf pak sebelumnya. Saya juga sebenarnya kaget, tiba-tiba dipindahkan untuk bekerja di kantor cabang, pada hari bapak pulang terburu-buru saya sempat menemui bapak di depan pintu. Tadinya saya mau

DMCA.com Protection Status