Beranda / CEO / Kesempatan Kedua / Bab 6. Memakai Topeng Sandiwara

Share

Bab 6. Memakai Topeng Sandiwara

Arletta sedikit mengangkat dagunya dan melanjutkan, “Kita harus memerhatikan besarnya gedung milik client tersebut serta kita harus menentukan budaya mana yang kental dengan Indonesia. Jika kita hanya menyebut nuansa Indonesia maka artinya luas. Indonesia kaya akan budaya. Setiap kota dari Indonesia memiliki budaya-budaya yang luar biasa indah. Di sini apa client tersebut menginginkan nuansa jawa atau menyerahkan sepenuhnya pada arsitek?”

Perkataan yang terlontar dari Arletta itu sukses membuat semua orang melihatnya. Sebuah pertanyaan yang menunjukan bahwa cara pandang Arletta sangatlah cerdas. Termasuk Keevan yang sempat terdiam kala mendengar ucapan Arletta.

Hening. Ruang meeting tersebut menjadi hening, tidak sama sekali ada yang bersuara. Sebagai karyawan baru, Arletta mampu membungkam karyawan lama. Cara sudut pandang Arletta menunjukkan bahwa cara berpikirnya cerdas dan teliti.

Keevan belum mengatakan apa pun. Pria itu menatap dalam pancaran mata tegas Arletta. Jika dulu dia melihat tatapan mata Arletta yang lemah lembut, kali ini dia sudah tidak lagi melihat pancaran mata lemah lembut milik Arletta.

Keevan segera menepis pikirannya, dan bersikap acuh tidak peduli. Pria itu tidak mau terjebak di dalam sebuah lingkaran api. Dia sedikit mengembuskan napas panjang, dia menganggap bahwa wanita yang ada di hadapannya adalah sosok wanita yang tak dia kenali.

Alright, kau benar. Angga akan mengatur pertemuan dengan client kita secepatnya. Sekarang yang aku minta pada kalian semua, kita harus menyiapkan beberapa contoh gambar sebagai bahan referensi untuk mereka,” tukas Keevan datar dan penuh wibawa. Nada bicaranya seakan sama sekali tidak mengenal Arletta.

Arletta mengangguk. “Baik, Pak. Saya mengerti.”

“Baik, Pak Keevan.” Para manager dan arsitek mengeluarkan suara mereka.

Meeting cukup sampai di sini. Kita lanjutkan minggu depan.” Keevan menutup meeting itu. Kemudian, para arsitek dan para manager pamit undur diri. Pun Arletta hendak pamit undur diri. Namun, tiba-tiba…

“Arletta. Kamu tetap di sini. Ada yang ingin aku bicarakan padamu,” tukas Keevan yang langsung membuat langkah kaki Arletta terhenti. Sialnya, dia ingin bersikap tidak peduli, tapi ketika Arletta berbalik—lidahnya tak tahan ingin meminta Arletta untuk berhenti.

Arletta bergeming di ambang pintu. Dia ingin sekali meninggalkan ruang meeting itu. Akan tetapi, Arletta harus tetap bersikap professional. Tujuannya di perusahaannya hanya untuk bekerja. Arletta telah meneguhkan hatinya, apa yang terjadi di masa lalu hanyalah sebuah mimpi buruk yang tak perlu lagi diingat. Kini Arletta berbalik—dia menatap Keevan dengan tatapan lekat.

“Ada apa, Pak Keevan?” tanya Arletta dengan suara tenang dan sopan. Manik mata wanita itu tak lepas menatap Keevan. Tatapan tersirat menatap penuh kesopanan pada bosnya. Dia telah memasang dinding penjulang tinggi membatasi dirinya dan Keevan.

“Angga, tinggalkan aku berdua dengan Arletta,” ucap Keevan tegas, dan raut wajah tanpa ekspresi. Dia mengusir Angga pergi, karena ingin bicara berdua dengan Arletta.

“Baik, Pak. Saya permisi.” Angga menundukan kepalanya, lalu pamit undur diri dari hadapan Keevan dan juga Arletta.

Di ruang meeting yang megah itu hanya ada Arletta dan Keevan. Tampak jelas Keevan dan Arletta saling menatap satu sama lain. Sorot mata Keevan begitu dingin. Sedangkan Arletta menatap Keevan layaknya orang asing yang tak saling mengenal.

“Kenapa kamu bekerja di sini?” Suara Keevan bertanya dengan nada yang menginterogasi. Dia sama sekali tidak menyangka kalau Arletta Pardipta—junior kampusnya—bekerja di perusahaan miliknya. Seakan dunia ini memang benar-benar sangat sempit.

Arletta belum mengeluarkan kata mendengar apa yang Keevan tanyakan. Sebuah pertanyaan yang sangat bodoh. Jika saja di awal dia tahu bahwa Mahardika Company adalah milik Keevan Danuarga, maka pasti Arletta tidak akan jadi melamar. Posisinya sekarang dirinya tidak bisa menghindar, karena dirinya butuh uang.

“Pak Keevan Danuarga. Saya adalah lulusan arsitek. Tentu yang saya cari adalah perusahaan arsitek. Dan kebetulan teman saya menawarkan saya bekerja di sini. Jujur saya tidak menyangka kalau Mahardika Company adalah milik Anda. Andai perusahaan ini menggunakan nama Danuarga maka saya pasti akan tahu kalau ini adalah perusahaan Anda,” Arletta menjawab dengan pelan, dan tersirat penuh ketegasan. Nada bicara Arletta begitu formal. Layaknya atasan dan bawahan.

Keevan tak mengindahkan penjelasan Arletta tadi. Pun dia tak berniat menjelaskan tentang Mahardika Company. Memang, tidak sangat jarang orang tahu Mahardika Company adalah miliknya. Mengingat Keevan menetap sementara di New York. Seluruh aktivitas di Mahardika Company selalu diurus Angga. Sedangkan Keevan selama masih berada di New York hanya mengawasi dari kejauhan.

Keevan mendekat pada Arletta. Tatapannya tak lepas menatap Arletta yang ada di hadapannya. “Kenapa kamu pindah dari rumahmu?” tanyanya lagi. Ini adalah pertanyaan yang sudah lama sekali ingin dia tanyakan.

Tentunya, ingatan Keevan kembali muncul tentang Arletta yang pindah rumah. Selama lima tahun Keevan meninggalkan New York, masih ada beberapa hal yang menjadi pertanyaan Keevan. Termasuk Arletta yang pindah rumah tanpa memberitahu dirinya.

Di masa kuliah dulu, Arletta adalah gadis yang selalu menceritakan banyak hal pada Keevan. Hal itu yang membuat Keevan sedikit bingung. Kepindahan Arletta benar-benar mendadak. Dirinya saja sama sekali tidak tahu.

Senyuman samar di wajah Arletta terlukis mendengar apa yang diucapkan oleh Keevan. Tampak wajah Arletta berusaha untuk tenang. Senyuman itu hanyalah senyuman palsu yang Arletta tunjukan.

Hatinya sudah hancur berkeping-keping setelah kembali melihat Keevan. Arletta seakan dipermainkan oleh takdir. Arletta berharap tak lagi melihat Keevan. Tapi kenapa sekarang dia harus kembali dipertemukan? Dia membenci ini semua. Namun, hal yang Arletta ingat adalah dirinya telah berjanji untuk menjadi wanita yang tangguh dan tidak lemah.

“Saya pindah karena memang harus pindah dari rumah itu. Tidak ada alasan khusus,” jawab Arletta dengan sopan dan formal.

Keevan nampak tak suka mendengar ucapan formal Arletta, karena begitu asing di telinganya. Pria itu tetap terdiam dan mengamati wajah Arletta lalu bertanya kembali, “Kenapa kamu tidak bilang padaku kalau kamu pindah?”

Entah kenapa tiba-tiba Keevan mengeluarkan pertanyaan ini. Sungguh, Keevan sendiri tak mengerti kenapa harus dia ingin tahu urusan Arletta. Sudah jelas sejak dulu dia tak pernah peduli pada gadis itu. Tapi kenapa sekarang dia ingin tahu?

Arletta seperti mersakan tersiram alkohol di tubuhnya yang terluka. Benar-benar perih dan menyakitkan. Tatapan Keevan itu seakan melumpukan tubuh Arletta. Tak memungkiri bahwa Arletta merindukan Keevan. Bahkan sangat merindukan. Hanya saja ingatan Arleta berputar pada ucapan Keevan yang mengusirnya layaknya boneka yang tak layak lagi untuk digunakan.

“Pak Keevan Danuarga. Kita adalah dua orang asing yang dipertemukan di lingkup dunia pekerjaan. Dulu Anda adalah senior saat saya masih kuliah tapi itu sudah lama sekali. Sekarang kita adalah atasan dan bawahan. Saya harap Anda tidak perlu mempertanyakan hal-hal pribadi saya. Jika Anda ingin bertanya tentang pekerjaan maka tentu saya akan menjawabnya. Saya permisi, Pak keevan. Selamat pagi.” Arletta menundukan kepalanya ke arah Keevan—lalu dia pamit undur diri dari hadapan Keevan.

Keevan bergeming. Dia terdiam melihat perubahan sifat Arletta. Ada rasa sedikit terkejut. Tapi Keevan mengerti karena memang lima tahun bukanlah waktu yang singkat. Dalam lima tahun banyak orang yang pasti berubah. Sorot mata Keevan tak henti menatap punggung Arletta yang mulai lenyap dari pandangannya. Tampak sepasang iris mata cokelat Keevan menunjukan ribuan penuh maksud yang sulit untuk diartikan.

Namun … Keevan tidak menyadari kalau bulir air mata Arletta menetes kala pergi meninggalkan ruang meeting itu. Terlihat jelas wajah Arletta muram dan tersirat penuh luka. Tepat dikala Arletta meninggalkan ruang meeting itu; Arletta seperti mencopot topeng sandiwara di wajahnya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ida Darwati
kasihan arleta,,kamu wanita tangguh kuat wonder women, bisa melalui 5 th hancur hatinya tetep kuat,,ga msu aborsi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status