“Mama.”Mata Keevan menatap bocah laki-laki yang tak asing di hadapannya itu berlari ke arah Arletta. Seketika sebutan ‘Mama’ membuat Keevan bungkam seribu bahasa. Tampak sepasang iris mata cokelat Keevan menatap lekat bocah laki-laki yang kini tengah memeluk Arletta. Degup jantung Keevan—entah kenapa tiba-tiba berdetak kencang seakan ingin melompat dari tempatnya.Keevan sempat memejamkan mata sebentar, meyakinkan diri bahwa apa yang dia lihat ini adalah salah, namun ternyata pria itu sama sekali tidak salah. Fungsi penglihatan dan pendengarannya masih sangat baik.“Mama? Mama ke mana saja? Keanu nggak bisa tidur kalau Mama nggak ada di samping Keanu. Mama kenapa pulang malam, Ma?” Keanu terus memeluk erat tubuh Arletta dengan begitu erat.Raut wajah Arletta memucat. Tubuhnya mematung kala Keanu memeluknya. Tenggorokan Arletta tercekat. Lidahnya kelu. Otak Arletta seolah tak mampu lagi merangkai kata-kata. Wanita itu hanya diam. Bahkan dia pun tak menjawab rengekan putranya itu. Buka
Keevan menggak vodka di tangannya hingga tandas. Benak pria itu teringang bocah kecil yang tak sengaja bertemu dengannya di siang hari—yang merupakan anak Arletta. Otaknya seakan blank di kala mengetahui kenyataan itu.Lima tahun sudah Keevan tak bertemu dengan Arletta. Wajar kalau Arletta sudah menikah. Terlebih wanita memang akan selalu lebih dulu menikah daripada pria. Akan tetapi entah kenapa mengetahui kenyataan itu membuat hati Keevan menjadi panas.“Shit!” Keevan mengumpat seraya mencengkram kuat gelas sloki di tangannya. Pria itu membenci suasana hatinya yang sangat amat tidak nyaman. Padahal harusnya dia bersikap biasa saja, atau bahkan tak peduli. Tapi dia sendiri tak mengerti kenapa malah seperti tak suka mendengar kenyataan Arletta sudah pernah menikah, dan bahkan sudah memiliki anak.Keevan mengembuskan napas kasar dan memejamkan mata singkat. Pria itu menyambar ponselnya menghubungi asistennya. “Bawakan aku seorang wanita,” titahnya tegas di kala panggilan terhubung.“Ma
Arletta duduk di kursi kerjanya sambil melamun dengan sorot mata lemah, lurus menatap ke depan. Jutaan hal mengusik pikirannya. Arletta ingin sekali hidup tenang, tapi alih-alih mendapatkan ketenangan, malah mendapatkan beban berat dalam pikiran.Jika bukan karena Arletta membutuhkan uang demi Keanu, maka pasti dia memilih untuk mengundurkan diri dari perusahaan milik Keevan ini. Hidup Arletta merasa sudah sangat amat tersiksa. Wanita itu lelah selalu melihat Keevan. Ingin dia berlari pergi, tapi semua itu adalah hal yang tidak mungkin. Bagaimanapun, Arletta memiliki tanggung jawab yang besar.Arletta mengembuskan napas kesal. “Harusnya kamu mati saja,” gumannya pelan.“Siapa yang mati, Arletta?” Rima—rekan kerja Arletta—menyapa Arletta yang terlihat kesal. “Ah nggak apa-apa. Aku hanya sedikit sakit kepala saja,” ucap Arletta yang berdusta. Dia tidak mungkin menceritakan pada Rima tentang dirinya dan Keevan. Selama ini tidak ada yang tahu tentang kehidupan pribadi Arletta. Wanita it
Arletta tak memiliki pilihan lain selain ikut dalam family gathering yang diadakan oleh perusahaan milik Keevan—tempat di mana dirinya bekerja. Sudah satu minggu ini Arletta berjuang untuk meminta keadilan. Pasalnya pemotongan gaji lima puluh persen bagi yang tak ikut family gathering adalah berat. Apalagi untuk Arletta yang sangat membutuhkan uang demi Keanu.Sayangnya perjuangan Arletta adalah sia-sia. Aturan tetap harus berlaku. Hingga Arletta pun terpaksa mau tidak mau harus ikut dalam acara family gathering itu. Andai saja perusahaan di mana dirinya bekerja bukan milik Keevan, maka Arletta akan membawa Keanu.Arletta bagaikan berada di tepi jurang. Jika saja dirinya salah bergerak sedikit saja, dia pasti akan terjatuh. Arletta membenci situasi di mana Keevan melihat Keanu. Semua rencana yang sudah dia niatkan dari awal gagal total. “Mama … Mama …” Keanu berlari menghampiri Arletta yang tengah bersiap-siap ke kantor. Refleks, Arletta pun mengalihkan pandangannya kala mendengar s
“Hmmm…” Arletta menggeliat seraya merentangkan kedua tangannya—merasakan tubuhnya berada di ranjang empuk. Perlahan Arletta mulai mengerjapkan matanya beberapa kali. Bulu mata wanita itu lentik dan cantik—lantas pelupuk mata Arletta mulai terbuka secara pelan.Mata Arletta sudah terbuka. Kesadarannya mulai pulih. Detik di mana kesadarannya pulih—dia langsung terkejut. Raut wajahnya berubah melihat dirinya berada di sebuah kamar megah yang indah.Wajah Arletta memucat akibat kepanikan yang menelusup ke dalam dirinya. Embusan napas wanita itu sudah memberat akibat benaknya mulai muncul hal-hal negative.Buru-buru, Arletta mengalihkan pandangannya ke bawah—melihat tubuhnya sendiri. Embusan napas lega lolos di bibir Arletta. Wanita itu lega tubuhnya masih terbalut oleh pakaian. Sungguh, dia takut sekali. Dia pikir dirinya telah melakukan hal bodoh seperti beberapa tahun lalu.Tunggu! Arletta kembali terdiam. Benaknya berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi sebelumnya sampai membuatnya t
Keevan menyesap wine di tangannya, sambil menatap pemandangan deburan pantai Anyer dari jendela kamarnya. Senyuman samar di wajah Keevan terlukis di kala mengingat Arletta mengamuk karena digendongnya. Itu benar-benar sangatlah konyol. Padahal jelas wanita itu yang tertidur pulas seperti kerbau di mobilnya. Kalau saja Arletta bisa dibanguni, mana mungkin dirinya menggendong wanita itu.Suara ketukan pintu terdengar. Refleks, Keevan mengalihkan pandangannya ke arah pintu—dan segera meminta orang yang mengetuk pintu itu untuk masuk ke dalam, karena memang pintu kamarnya tak dikunci.“Pak Keevan,” sapa Angga seraya melangkah mendekat ke arah Keevan.Keevan menatap sang asisten. “Ada apa?” tanyanya dingin dengan sorot mata tegas.“Pak, ada beberapa hal yang ingin saya bicarakan pada Anda,” ucap Angga sambil menundukan kepalanya di hadapan sang asisten.Keevan meletakan gelas berkaki tinggi yang masih berisikan wine ke atas meja. “Katakan, apa yang ingin kamu katakan padaku?” tanyanya lagi
“Siapa yang mengizinkan kalian berduaan malam-malam seperti ini?”Gelegar suara keras dan tegas terselimuti nada yang penuh amarah—membuat Arvin dan Arletta langsung mengalihkan pandangan mereka pada sumber suara itu. Seketika mata Arletta melebar kala melihat Keevan berdiri tak jauh darinya dengan memberikan tatapan yang begitu dingin dan tajam.Entah kenapa, jantung Arletta berdebar tak karuan seakan ingin melompat dari tempatnya. Rasa panik dan khawatir melingkupi diri Arletta. Mungkin rasa takut yang muncul dalam diri Arletta, karena dia khawatir Arvin akan berpikir tidak-tidak.Arletta tak peduli pada Keevan. Yang dia pikirkan adalah Arvin berpikir negative. Pertanyaan Arvin saja tadi sudah menjurus ke mana—Arvin mulai berpikir buruk tentangnya. Itu pasti karena banyak sekali staff yang membicarakan Arletta.Arvin terdiam sebentar melihat Keevan ada di hadapannya. Tak dipungkiri, manik mata Arvin memancarkan sedikit rasa kesal. Akan tetapi, Arvin berusaha untuk mengatur perasaann
Sinar matahari begitu terik menyinari bumi. Silaunya sedikit menembus sela-sela jendala kamar Arletta. Tampak pagi itu, Arletta sudah bersiap-siap. Wajah cantiknya selalu tamnpil sempurna, meskipun hanya riasan tipis.Arletta bukan wanita yang menyukai riasan tebal. Pun jika ada acara pesta sangat jarang Arletta mau merias wajah dengan make up bold. Biasanya, wanita itu lebih suka make up flawless. Namun, jika dalam kondisi gaunnya mendukung untuk menggunakan make up bold, maka pasti dia akan menggunakan make up bold. Hanya saja itu sangatlah jarang.Arletta masih berada di Anyer. Masih banyak acara yang diadakan perusahaannya. Sebenarnya, ingin sekali Arletta menghindari acara-acara kantor, namun itu semua tidak mungkin. Dia tidak bisa hanya berdiam diri saja di dalam kamar.Untungnya, besok sudah kembali ke Jakarta. Rasa rindu pada putranya sudah tidak lagi tertahankan. Sejak dulu, memang Arletta tak pernah berpisah dengan putranya. Itu yang membuat dirinya sangat merindukan putra t
London, UK. Satu persatu salju turun cukup lebat di kota London. Beberapa jalanan penuh dengan balok es yang tertutup. Bahkan mobil-mobil yang kebetulan terparkir di pinggir jalan sudah tertutup oleh balok es. Salju turun masih bisa ditoleransi. Karena jika badai salju yang turun, maka pasti jalanan akan sepi. Tidak ada siapa pun di sana.“Papa … Mama … Keanu suka bermain salju,” pekik Keanu riang sambil melempar-lempar salju.“Keanu, pelan-pelan, Nak,” jawab Arletta dengan senyuman di wajahnya.Keanu tersenyum manis. “Mama tenang aja. Keanu anak pintar.”Arletta kembali tersenyum melihat Keanu yang ditemani Mirna bermain salju. Bocah laki-laki itu tengah membentu boneka salju. Untungnya, Keanu adalah anak cerdas. Cukup melihat satu kali contoh boneka salju, dia sudah mampu membuat boneka salju itu.Ya, London adalah kota di mana Keevan mengajak istri dan kedua anaknya berjalan-jalan. Musim salju adalah musim yang dipilih Keevan. Pria itu tahu pasti kedua anaknya akan senang jika dib
Sebuah gaun berwarna merah membalut tubuh Arletta begitu sempurna. Rambut panjang dan indah wanita itu digulung ke atas memperlihatkan leher jenjangnya. Kilauan kalung berlian di leher Arletta menyempurnakan penampilan wanita itu.Gaun merah yang dipakai Arletta sama seperti pakaian yang dipakai Arula. Ya, rupanya Arletta sengaja memesan dua gaun khusus untuknya dan Arula. Mereka layaknya kembar.Arula memiliki tubuh yang gemuk, kulit putih seperti boneka hidup, dan wajah yang sangat cantik. Arula perpaduan wajah Keevan dan Arletta. Tak heran jika banyak sekali yang gemas pada Arula. Karena memang balita kecil itu sangatlah cantik.Malam ini adalah malam di mana Arletta untuk hadir di pernikahan Arvin. Tentu Arletta tidak hanya datang sendiri saja. Wanita itu akan datang bersama dengan suami dan kedua anaknya.“Sayang, apa kamu udah siap?” Keevan masuk ke dalam walk-in closet sambil menggenggam tangan Keanu. Namun, seketika mata Keevan dan Keanu begitu berbinar kagum melihat penampila
“Udah selesai ngobrolnya?” Keevan menatap Arletta yang baru saja masuk ke dalam kamar pribadi yang ada di ruang kerjanya. Pria itu duduk di sofa kamar sambil memegang iPad.“Udah.” Arletta menatap Keanu dan Arula yang sekarang sudah tertidur pulas. “Keanu udah makan belum?” tanyanya.“Udah, tadi Keanu udah makan. Dia mengantuk sepertinya di sekolah, pelajarannya terlalu berat sampai membuatnya kecapean,” jawab Keevan dingin dan datar.Arletta duduk di samping Keevan. “Sayang, kamu nggak marah, kan?” tanyanya pelan dan hati-hati. Cukup dari nada bicara saja dia tahu kalau sang suami jengkel.Keevan meletakan iPad-nya ke atas meja dan menatap Arletta. “Apa yang aku duga bener, kan? Arvin itu udah lama naksir kamu.”“Keevan, aku nggak tahu. Arvin nggak pernah bilang kalau dia naksir aku,” jawab Arletta jujur. Selama ini memang Arvin tak pernah bilang padanya, kalau pria itu menyukainya. Dia hanya mendengar ucapan konyol Rima yang selalu bilang Arvin suka padanya.“Nggak perlu ngomong har
“Arletta, kamu ganti pakaian kamu. Aku mau ajak kamu ke kantor.”Kalimat yang Keevan ucap itu sedikit membuat Arletta terkejut. Arletta yang baru saja selesai menyusui Arula, langsung menatap Keevan lekat-lekat. Sangat jarang sekali suaminya mengajaknya untuk ke kantor. Apalagi sejak Arula sudah lahir. Arletta sangat jarang sekali pergi. Pun kalau pergi pasti Arletta pergi bersama dengan ibunya, ibu mertuanya, atau dengan Rima.“Sayang, kamu mau ajak aku ke kantor?” ulang Arletta memastikan. Dia takut kalau apa yang dia dengar ini salah.Keevan mengangguk sambil melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. “Ya, aku mau ajak kamu ke kantor. Tapi kita jemput Keanu dulu setelah itu kita ke kantor.”Hari ini Keevan sengaja berangkat ke kantor siang hari, karena memang dia ingin mengajak istri dan kedua anaknya untuk ke perusahaannya. Dia tahu sang istri merasa bosan di rumah. Jadi tak ada salahnya dia mengajak sang istri ke kantor demi mengurangi rasa jenuh.Arletta tersenyum m
Arletta bangun terlambat karena sepanjang malam mendapatkan serangan dari sang suami. Wanita itu bahkan tak menyiapkan sarapan, akibat kelelahan. Untungnya di rumahnya itu memiliki chef dan banyak pelayan. Jadi Arletta tak perlu repot untuk memasak.Keanu sudah berangkat sekolah. Arula tengah diajak pengasuhnya untuk berjemur. Sinar matahari pagi sangat baik untuk kulit. Sedangkan Arletta masih terbaring di ranjang, masih kelelahan.Tadi malam, Arletta baru bisa tertidur pada pukul tiga pagi. Lebih dari satu minggu tak bertemu dengan sang suami membuat suaminya itu seperti singa yang kelaparan. Tentu sebagai istri yang baik, Arletta wajib untuk melayani suaminya itu. Suara ketukan pintu terdengar. Refleks, Arletta yang tengah berbaring di ranjang, mengalihkan pandangannya melihat ke arah pintu dan meminta orang yang mengetuk pintu untuk masuk ke dalam.“Permisi, Bu.” Seorang pelayan melangkah menghampiri Arletta.Arletta menatap sang pelayan. “Iya? Ada apa?” tanyanya.“Bu, ini saya b
“Papa …” Keanu melompat-lompat gembira melihat Keevan yang baru saja turun dari mobil. Berikutnya, dia langsung menghamburkan tubuhnya ke Keevan. Refleks, Keevan menggendong Keanu dan menghujani putranya itu dengan kecupan.Arletta tersenyum melihat pemandangan itu. Bahkan Arula yang ada digendongannya juga nampak riang bertepuk tangan melihat Keevan sudah pulang. Tepatnya, tadi malam Keevan bilang kalau akan tiba di rumah pada pukul sepuluh pagi. Arletta senang karena Keevan menepati janjinya untuk pulang lebih cepat. Lihat saja Keanu sudah sangat senang melihat ayahnya pulang. Well, bukan hanya Keanu saja yang senang tapi juga Arletta serta Arula—si balita cantik nampak senang. Keevan melangkah mendekat ke arah Arletta sambil menggendong Keanu. Pria itu memberikan kecupan di bibir istrinya dan kecupan di pipi bulat Arula. “Maaf membuat kalian menunggu lama.”“Nggak apa-apa, Sayang. Yang penting kamu udah pulang sekarang.” Arletta memeluk lengan Keevan, dan memberikan kecupan di l
Dua tahun berlalu … “Mama, Keanu pulang…” Keanu berlari menghampiri Arletta yang sedang menggendong balita cantik dan gemuk. Tampak senyuman di wajah Arletta terlukis melihat Keanu sudah pulang.“Anak Mama yang paling ganteng udah pulang.” Arletta menundukan kepalanya mencium pipi bulat Keanu.Keanu tersenyum riang. “Sudah, Mama. Keanu sudah pulang. Mama Arula kenapa tidur pas Keanu belum pulang? Kan Keanu jadi nggak bisa main sama Arula.” Bibir Keanu tertekuk melihat adik cantiknya tertidur pulas digendongan Arletta.“Keanu cium Arula aja, ya, Nak. Tadi Arula udah nguap terus. Nanti kalau Arula udah bangun, Keanu boleh ajak Arula main.” Arletta mendekatkan Arula ke wajah Keanu.Keanu langsung menciumi lembut adiknya yang cantik dan menggemaskan itu.Arula Danuarga adalah putri kedua Keevan dan Arletta. Putri kedua Keevan dan Areletta itu sangat cantik dan gemuk. Tidak heran jika Keanu sangat gemas pada adiknya. Setiap kali Keanu pulang sekolah, maka selalu saja Keanu bermain dengan
Rima hampir saja jantungan mendapatkan undangan dari Arletta. Sebuah undangan yang tertulis jelas bahwa Arletta Pradipta akan menikah dengan Keevan Danuarga. Tidak, bukan hanya Rima saja yang terkejut, tapi juga seluruh devisi kantor Mahardika Company. Memang, banyak sekali gossip yang menceritakan tentang hubungan Arletta dan Keevan. Apalagi sejak family gathering Arletta digendong Keevan, tentu saja gossip hubungan antara Arletta dan Keevan begitu terdengar.Akan tetapi, seluruh karyawan Mahardika Company sama sekali tidak menyangka kalau hubungan Arletta dan Keevan akan berakhir sampai di pernikahan. Hal yang paling sama sekali tak mereka semua sangka adalah tentang gossip Arletta sudah memiliki anak berusia 4 tahun dari Keevan Danuarga.Selama ini, Arletta sangat tertutup rapat tentang kehidupan pribadinya. Bahkan Rima saja tak pernah tahu tentang kehidupan pribadi Arletta. Bukan tanpa sebab, itu semua karena Arletta tahu akan banyak orang yang besar kemungkinan memberikan koment
Obrolan hangat tercipta antara kedua orang tua Keevan dan kedua orang tua Arletta. Ya, sejak di mana Raka meminta orang tua Keevan untuk datang—detik itu juga Keevan langsung meminta kedua orang tuanya untuk datang ke Bali.Jarak Jakarta dan Bali sangat dekat membuat kedua orang tua Keevan bisa datang cepat. Pun memang kedua orang tua Keevan sudah ingin bertemu dengan kedua orang tua Arletta. Namun, kedua orang tua Keevan membiarkan Keevan yang bertemu dulu dengan kedua orang tua Arletta, karena mereka tahu bahwa Keevan harus meminta maaf pada kedua orang tua Arletta.“Rencana pernikahan Keevan dan Arletta lebih baik kita adakan secara meriah. Kita harus menyiapkan konsep terbaik.” Nadira nampak semangat membahas tentang pernikahan Keevan dan Arletta.“Aku setuju. Aku juga ingin pernikahan Keevan dan Arletta megah dan mewah,” jawab Melisa yang sependapat dengan ibu Keevan. Bagas dan Raka sama-sama tersenyum. Dua pria paruh baya itu sudah kalah jika membahas tentang pesta. Untuk urus