“Hmmm…” Arletta menggeliat seraya merentangkan kedua tangannya—merasakan tubuhnya berada di ranjang empuk. Perlahan Arletta mulai mengerjapkan matanya beberapa kali. Bulu mata wanita itu lentik dan cantik—lantas pelupuk mata Arletta mulai terbuka secara pelan.Mata Arletta sudah terbuka. Kesadarannya mulai pulih. Detik di mana kesadarannya pulih—dia langsung terkejut. Raut wajahnya berubah melihat dirinya berada di sebuah kamar megah yang indah.Wajah Arletta memucat akibat kepanikan yang menelusup ke dalam dirinya. Embusan napas wanita itu sudah memberat akibat benaknya mulai muncul hal-hal negative.Buru-buru, Arletta mengalihkan pandangannya ke bawah—melihat tubuhnya sendiri. Embusan napas lega lolos di bibir Arletta. Wanita itu lega tubuhnya masih terbalut oleh pakaian. Sungguh, dia takut sekali. Dia pikir dirinya telah melakukan hal bodoh seperti beberapa tahun lalu.Tunggu! Arletta kembali terdiam. Benaknya berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi sebelumnya sampai membuatnya t
Keevan menyesap wine di tangannya, sambil menatap pemandangan deburan pantai Anyer dari jendela kamarnya. Senyuman samar di wajah Keevan terlukis di kala mengingat Arletta mengamuk karena digendongnya. Itu benar-benar sangatlah konyol. Padahal jelas wanita itu yang tertidur pulas seperti kerbau di mobilnya. Kalau saja Arletta bisa dibanguni, mana mungkin dirinya menggendong wanita itu.Suara ketukan pintu terdengar. Refleks, Keevan mengalihkan pandangannya ke arah pintu—dan segera meminta orang yang mengetuk pintu itu untuk masuk ke dalam, karena memang pintu kamarnya tak dikunci.“Pak Keevan,” sapa Angga seraya melangkah mendekat ke arah Keevan.Keevan menatap sang asisten. “Ada apa?” tanyanya dingin dengan sorot mata tegas.“Pak, ada beberapa hal yang ingin saya bicarakan pada Anda,” ucap Angga sambil menundukan kepalanya di hadapan sang asisten.Keevan meletakan gelas berkaki tinggi yang masih berisikan wine ke atas meja. “Katakan, apa yang ingin kamu katakan padaku?” tanyanya lagi
“Siapa yang mengizinkan kalian berduaan malam-malam seperti ini?”Gelegar suara keras dan tegas terselimuti nada yang penuh amarah—membuat Arvin dan Arletta langsung mengalihkan pandangan mereka pada sumber suara itu. Seketika mata Arletta melebar kala melihat Keevan berdiri tak jauh darinya dengan memberikan tatapan yang begitu dingin dan tajam.Entah kenapa, jantung Arletta berdebar tak karuan seakan ingin melompat dari tempatnya. Rasa panik dan khawatir melingkupi diri Arletta. Mungkin rasa takut yang muncul dalam diri Arletta, karena dia khawatir Arvin akan berpikir tidak-tidak.Arletta tak peduli pada Keevan. Yang dia pikirkan adalah Arvin berpikir negative. Pertanyaan Arvin saja tadi sudah menjurus ke mana—Arvin mulai berpikir buruk tentangnya. Itu pasti karena banyak sekali staff yang membicarakan Arletta.Arvin terdiam sebentar melihat Keevan ada di hadapannya. Tak dipungkiri, manik mata Arvin memancarkan sedikit rasa kesal. Akan tetapi, Arvin berusaha untuk mengatur perasaann
Sinar matahari begitu terik menyinari bumi. Silaunya sedikit menembus sela-sela jendala kamar Arletta. Tampak pagi itu, Arletta sudah bersiap-siap. Wajah cantiknya selalu tamnpil sempurna, meskipun hanya riasan tipis.Arletta bukan wanita yang menyukai riasan tebal. Pun jika ada acara pesta sangat jarang Arletta mau merias wajah dengan make up bold. Biasanya, wanita itu lebih suka make up flawless. Namun, jika dalam kondisi gaunnya mendukung untuk menggunakan make up bold, maka pasti dia akan menggunakan make up bold. Hanya saja itu sangatlah jarang.Arletta masih berada di Anyer. Masih banyak acara yang diadakan perusahaannya. Sebenarnya, ingin sekali Arletta menghindari acara-acara kantor, namun itu semua tidak mungkin. Dia tidak bisa hanya berdiam diri saja di dalam kamar.Untungnya, besok sudah kembali ke Jakarta. Rasa rindu pada putranya sudah tidak lagi tertahankan. Sejak dulu, memang Arletta tak pernah berpisah dengan putranya. Itu yang membuat dirinya sangat merindukan putra t
Suara seruan meriah terdengar. Para karyawan sudah berkumpul di pantai. Pun Arvin dan Arletta sudah bergabung dengan para karyawan lainnya. Tampak perlombaan sudah dimulai. Begitu banyak perlombaan yang diadakan. Hanya saja perlombaan yang paling konyol yaitu perlombaan balap karung. Suasana meriah. Karyawan yang hadir dalam acara family gathering ini memang dikatakan sangatlah meriah. Arletta sampai tersenyum-senyum melihat para karyawan yang turut serta dalam perlombaan.Bisa dikatakan acara ini memang sangat baik. Acara ini bisa menguatkan hubungan antar para karyawan. Terkadang, Arletta berpikir bahwa dia menyukai cara Keevan dalam memimpin perusahaan. Di balik sifat Keevan yang seperti itu, tapi pria itu tetap memikirkan kesejahteraan karyawannya.Tidak! Buru-buru, Arletta menepis pikirannya. Dia tidak mau berpikir positive tentang Keevan Danuarga. Segala hal tentang pria itu, tidak ada baiknya. Itu yang harus Arletta tanamkan dalam pikirannya.“Arletta, ayo kamu ikutan lomba.
“Akh—” Arletta meringis pelan kala Keevan melepaskan cengkraman tangannya. Kini Arletta berada di kamar Keevan. Bahkan pria itu pun mengunci pintu kamar agar Arletta tidak bisa melarikan diri. Sungguh, Arletta tak mengerti apa tujuan Keevan membawanya ke kamar pria itu.“Apa maumu, Keevan? Kenapa kamu mengurungku di sini?” Arletta berseru dengan nada tinggi. Tatapan Arletta menatap Keevan dengan tatapan yang begitu tajam.“Sejak kapan Merla memperilakukanmu seperti itu, Arletta? Kenapa kamu nggak pernah bilang sama aku?” Suara Keevan bertanya dengan nada penuh selidik tercampur dengan amarah pria itu. Emosi Keevan tersulut kala Merla menghina Arletta. Pria itu mendengar semua hinaan Merla pada Arletta. Itu yang membuat emosi Keevan terpancing.Senyuman samar di wajah Arletta terlukis mendengar apa yang diucapkan oleh Keevan Danuarga. Ingin rasanya Arletta menertawakan pertanyaan Keevan itu. Padahal jelas pria itu tahu siapa yang menciptakan masalah. Jika bukan karena tindakan tak wara
“Thanks, sudah mengantarku.” Kalimat dingin Arletta di kala mobil Keevan sudah memasuki lobby apartemennya. Tidak banyak kata yang bisa Arletta ucap. Meski kesal, tapi setidaknya Arletta mengucapkan terima kasih, karena Keevan mengantarnya.“Apa anakmu ada di rumah?” Keevan tak mengindahkan ucapan terima kasih Arletta. Entah kenapa Keevan menanyakan tentang Keanu.“Ada. Anakku ada di rumah.” Arletta membuka seat belt-nya. “Aku harus masuk. Anakku sudah menungguku.” Lalu, tanpa lagi berkata—Arletta membuka seat belt-nya—dan melangkah keluar dari mobil Keevan.Keevan mengembuskan napas berat melihat Arletta sudah pergi. Matanya terpejam sebentar. Benaknya terus mengingat laporan dari Angga yang mengatakan Arletta belum pernah menikah. Jika mengingat itu, perasaannya semakin campur aduk.Keevan menepis pikiran yang mengusiknya itu. Dia kembali melajukan mobilnya, meninggalkan lobby apartemen Arletta. Hatinya tidak tenang, tapi dia segera menggunakan logikanya.“Mama.” Keanu menghamburkan
Wanita paruh baya yang masih sangat cantik itu bergeming di tempatnya, menatap dalam-dalam bocah laki-laki yang ada di depannya. Mata cokelat itu. Rambut cokelat gelap tebal. Bulu mata lentik. Hidung mancung nan mungil. Bibi ranum merah muda.Semua ciri yang dimiliki bocah laki-laki yang ada di depannya mengingatkannya pada seseorang. Berkali-kali wanita paruh baya itu sampai mengerjapkan mata beberapa kali, meyakinkan dirinya—tapi memang benar dirinya sama sekali tidak salah.“Astaga, Keanu hati-hati, Sayang.” Arletta buru-buru menghampiri Keanu bersama dengan seorang wanita paruh baya. Dia mempercepat langkahnya agar segera tiba.Keanu membenarkan posisi berdirinya, memiringkan kepala menatap sosok wanita paruh baya di depannya. “Maafkan aku. Aku nggak sengaja menabrakmu, Bu.”Senyuman di wajah wanita paruh baya itu terlukis. Lalu dia membawa tangannya mengelus pipi bulat Keanu. Hatinya tersentuh mendengar ucapan maaf dari Keanu. “Nggak apa-apa, Sayang. Terpenting kamu nggak ada yan
London, UK. Satu persatu salju turun cukup lebat di kota London. Beberapa jalanan penuh dengan balok es yang tertutup. Bahkan mobil-mobil yang kebetulan terparkir di pinggir jalan sudah tertutup oleh balok es. Salju turun masih bisa ditoleransi. Karena jika badai salju yang turun, maka pasti jalanan akan sepi. Tidak ada siapa pun di sana.“Papa … Mama … Keanu suka bermain salju,” pekik Keanu riang sambil melempar-lempar salju.“Keanu, pelan-pelan, Nak,” jawab Arletta dengan senyuman di wajahnya.Keanu tersenyum manis. “Mama tenang aja. Keanu anak pintar.”Arletta kembali tersenyum melihat Keanu yang ditemani Mirna bermain salju. Bocah laki-laki itu tengah membentu boneka salju. Untungnya, Keanu adalah anak cerdas. Cukup melihat satu kali contoh boneka salju, dia sudah mampu membuat boneka salju itu.Ya, London adalah kota di mana Keevan mengajak istri dan kedua anaknya berjalan-jalan. Musim salju adalah musim yang dipilih Keevan. Pria itu tahu pasti kedua anaknya akan senang jika dib
Sebuah gaun berwarna merah membalut tubuh Arletta begitu sempurna. Rambut panjang dan indah wanita itu digulung ke atas memperlihatkan leher jenjangnya. Kilauan kalung berlian di leher Arletta menyempurnakan penampilan wanita itu.Gaun merah yang dipakai Arletta sama seperti pakaian yang dipakai Arula. Ya, rupanya Arletta sengaja memesan dua gaun khusus untuknya dan Arula. Mereka layaknya kembar.Arula memiliki tubuh yang gemuk, kulit putih seperti boneka hidup, dan wajah yang sangat cantik. Arula perpaduan wajah Keevan dan Arletta. Tak heran jika banyak sekali yang gemas pada Arula. Karena memang balita kecil itu sangatlah cantik.Malam ini adalah malam di mana Arletta untuk hadir di pernikahan Arvin. Tentu Arletta tidak hanya datang sendiri saja. Wanita itu akan datang bersama dengan suami dan kedua anaknya.“Sayang, apa kamu udah siap?” Keevan masuk ke dalam walk-in closet sambil menggenggam tangan Keanu. Namun, seketika mata Keevan dan Keanu begitu berbinar kagum melihat penampila
“Udah selesai ngobrolnya?” Keevan menatap Arletta yang baru saja masuk ke dalam kamar pribadi yang ada di ruang kerjanya. Pria itu duduk di sofa kamar sambil memegang iPad.“Udah.” Arletta menatap Keanu dan Arula yang sekarang sudah tertidur pulas. “Keanu udah makan belum?” tanyanya.“Udah, tadi Keanu udah makan. Dia mengantuk sepertinya di sekolah, pelajarannya terlalu berat sampai membuatnya kecapean,” jawab Keevan dingin dan datar.Arletta duduk di samping Keevan. “Sayang, kamu nggak marah, kan?” tanyanya pelan dan hati-hati. Cukup dari nada bicara saja dia tahu kalau sang suami jengkel.Keevan meletakan iPad-nya ke atas meja dan menatap Arletta. “Apa yang aku duga bener, kan? Arvin itu udah lama naksir kamu.”“Keevan, aku nggak tahu. Arvin nggak pernah bilang kalau dia naksir aku,” jawab Arletta jujur. Selama ini memang Arvin tak pernah bilang padanya, kalau pria itu menyukainya. Dia hanya mendengar ucapan konyol Rima yang selalu bilang Arvin suka padanya.“Nggak perlu ngomong har
“Arletta, kamu ganti pakaian kamu. Aku mau ajak kamu ke kantor.”Kalimat yang Keevan ucap itu sedikit membuat Arletta terkejut. Arletta yang baru saja selesai menyusui Arula, langsung menatap Keevan lekat-lekat. Sangat jarang sekali suaminya mengajaknya untuk ke kantor. Apalagi sejak Arula sudah lahir. Arletta sangat jarang sekali pergi. Pun kalau pergi pasti Arletta pergi bersama dengan ibunya, ibu mertuanya, atau dengan Rima.“Sayang, kamu mau ajak aku ke kantor?” ulang Arletta memastikan. Dia takut kalau apa yang dia dengar ini salah.Keevan mengangguk sambil melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. “Ya, aku mau ajak kamu ke kantor. Tapi kita jemput Keanu dulu setelah itu kita ke kantor.”Hari ini Keevan sengaja berangkat ke kantor siang hari, karena memang dia ingin mengajak istri dan kedua anaknya untuk ke perusahaannya. Dia tahu sang istri merasa bosan di rumah. Jadi tak ada salahnya dia mengajak sang istri ke kantor demi mengurangi rasa jenuh.Arletta tersenyum m
Arletta bangun terlambat karena sepanjang malam mendapatkan serangan dari sang suami. Wanita itu bahkan tak menyiapkan sarapan, akibat kelelahan. Untungnya di rumahnya itu memiliki chef dan banyak pelayan. Jadi Arletta tak perlu repot untuk memasak.Keanu sudah berangkat sekolah. Arula tengah diajak pengasuhnya untuk berjemur. Sinar matahari pagi sangat baik untuk kulit. Sedangkan Arletta masih terbaring di ranjang, masih kelelahan.Tadi malam, Arletta baru bisa tertidur pada pukul tiga pagi. Lebih dari satu minggu tak bertemu dengan sang suami membuat suaminya itu seperti singa yang kelaparan. Tentu sebagai istri yang baik, Arletta wajib untuk melayani suaminya itu. Suara ketukan pintu terdengar. Refleks, Arletta yang tengah berbaring di ranjang, mengalihkan pandangannya melihat ke arah pintu dan meminta orang yang mengetuk pintu untuk masuk ke dalam.“Permisi, Bu.” Seorang pelayan melangkah menghampiri Arletta.Arletta menatap sang pelayan. “Iya? Ada apa?” tanyanya.“Bu, ini saya b
“Papa …” Keanu melompat-lompat gembira melihat Keevan yang baru saja turun dari mobil. Berikutnya, dia langsung menghamburkan tubuhnya ke Keevan. Refleks, Keevan menggendong Keanu dan menghujani putranya itu dengan kecupan.Arletta tersenyum melihat pemandangan itu. Bahkan Arula yang ada digendongannya juga nampak riang bertepuk tangan melihat Keevan sudah pulang. Tepatnya, tadi malam Keevan bilang kalau akan tiba di rumah pada pukul sepuluh pagi. Arletta senang karena Keevan menepati janjinya untuk pulang lebih cepat. Lihat saja Keanu sudah sangat senang melihat ayahnya pulang. Well, bukan hanya Keanu saja yang senang tapi juga Arletta serta Arula—si balita cantik nampak senang. Keevan melangkah mendekat ke arah Arletta sambil menggendong Keanu. Pria itu memberikan kecupan di bibir istrinya dan kecupan di pipi bulat Arula. “Maaf membuat kalian menunggu lama.”“Nggak apa-apa, Sayang. Yang penting kamu udah pulang sekarang.” Arletta memeluk lengan Keevan, dan memberikan kecupan di l
Dua tahun berlalu … “Mama, Keanu pulang…” Keanu berlari menghampiri Arletta yang sedang menggendong balita cantik dan gemuk. Tampak senyuman di wajah Arletta terlukis melihat Keanu sudah pulang.“Anak Mama yang paling ganteng udah pulang.” Arletta menundukan kepalanya mencium pipi bulat Keanu.Keanu tersenyum riang. “Sudah, Mama. Keanu sudah pulang. Mama Arula kenapa tidur pas Keanu belum pulang? Kan Keanu jadi nggak bisa main sama Arula.” Bibir Keanu tertekuk melihat adik cantiknya tertidur pulas digendongan Arletta.“Keanu cium Arula aja, ya, Nak. Tadi Arula udah nguap terus. Nanti kalau Arula udah bangun, Keanu boleh ajak Arula main.” Arletta mendekatkan Arula ke wajah Keanu.Keanu langsung menciumi lembut adiknya yang cantik dan menggemaskan itu.Arula Danuarga adalah putri kedua Keevan dan Arletta. Putri kedua Keevan dan Areletta itu sangat cantik dan gemuk. Tidak heran jika Keanu sangat gemas pada adiknya. Setiap kali Keanu pulang sekolah, maka selalu saja Keanu bermain dengan
Rima hampir saja jantungan mendapatkan undangan dari Arletta. Sebuah undangan yang tertulis jelas bahwa Arletta Pradipta akan menikah dengan Keevan Danuarga. Tidak, bukan hanya Rima saja yang terkejut, tapi juga seluruh devisi kantor Mahardika Company. Memang, banyak sekali gossip yang menceritakan tentang hubungan Arletta dan Keevan. Apalagi sejak family gathering Arletta digendong Keevan, tentu saja gossip hubungan antara Arletta dan Keevan begitu terdengar.Akan tetapi, seluruh karyawan Mahardika Company sama sekali tidak menyangka kalau hubungan Arletta dan Keevan akan berakhir sampai di pernikahan. Hal yang paling sama sekali tak mereka semua sangka adalah tentang gossip Arletta sudah memiliki anak berusia 4 tahun dari Keevan Danuarga.Selama ini, Arletta sangat tertutup rapat tentang kehidupan pribadinya. Bahkan Rima saja tak pernah tahu tentang kehidupan pribadi Arletta. Bukan tanpa sebab, itu semua karena Arletta tahu akan banyak orang yang besar kemungkinan memberikan koment
Obrolan hangat tercipta antara kedua orang tua Keevan dan kedua orang tua Arletta. Ya, sejak di mana Raka meminta orang tua Keevan untuk datang—detik itu juga Keevan langsung meminta kedua orang tuanya untuk datang ke Bali.Jarak Jakarta dan Bali sangat dekat membuat kedua orang tua Keevan bisa datang cepat. Pun memang kedua orang tua Keevan sudah ingin bertemu dengan kedua orang tua Arletta. Namun, kedua orang tua Keevan membiarkan Keevan yang bertemu dulu dengan kedua orang tua Arletta, karena mereka tahu bahwa Keevan harus meminta maaf pada kedua orang tua Arletta.“Rencana pernikahan Keevan dan Arletta lebih baik kita adakan secara meriah. Kita harus menyiapkan konsep terbaik.” Nadira nampak semangat membahas tentang pernikahan Keevan dan Arletta.“Aku setuju. Aku juga ingin pernikahan Keevan dan Arletta megah dan mewah,” jawab Melisa yang sependapat dengan ibu Keevan. Bagas dan Raka sama-sama tersenyum. Dua pria paruh baya itu sudah kalah jika membahas tentang pesta. Untuk urus