“Thanks, sudah mengantarku.” Kalimat dingin Arletta di kala mobil Keevan sudah memasuki lobby apartemennya. Tidak banyak kata yang bisa Arletta ucap. Meski kesal, tapi setidaknya Arletta mengucapkan terima kasih, karena Keevan mengantarnya.“Apa anakmu ada di rumah?” Keevan tak mengindahkan ucapan terima kasih Arletta. Entah kenapa Keevan menanyakan tentang Keanu.“Ada. Anakku ada di rumah.” Arletta membuka seat belt-nya. “Aku harus masuk. Anakku sudah menungguku.” Lalu, tanpa lagi berkata—Arletta membuka seat belt-nya—dan melangkah keluar dari mobil Keevan.Keevan mengembuskan napas berat melihat Arletta sudah pergi. Matanya terpejam sebentar. Benaknya terus mengingat laporan dari Angga yang mengatakan Arletta belum pernah menikah. Jika mengingat itu, perasaannya semakin campur aduk.Keevan menepis pikiran yang mengusiknya itu. Dia kembali melajukan mobilnya, meninggalkan lobby apartemen Arletta. Hatinya tidak tenang, tapi dia segera menggunakan logikanya.“Mama.” Keanu menghamburkan
Wanita paruh baya yang masih sangat cantik itu bergeming di tempatnya, menatap dalam-dalam bocah laki-laki yang ada di depannya. Mata cokelat itu. Rambut cokelat gelap tebal. Bulu mata lentik. Hidung mancung nan mungil. Bibi ranum merah muda.Semua ciri yang dimiliki bocah laki-laki yang ada di depannya mengingatkannya pada seseorang. Berkali-kali wanita paruh baya itu sampai mengerjapkan mata beberapa kali, meyakinkan dirinya—tapi memang benar dirinya sama sekali tidak salah.“Astaga, Keanu hati-hati, Sayang.” Arletta buru-buru menghampiri Keanu bersama dengan seorang wanita paruh baya. Dia mempercepat langkahnya agar segera tiba.Keanu membenarkan posisi berdirinya, memiringkan kepala menatap sosok wanita paruh baya di depannya. “Maafkan aku. Aku nggak sengaja menabrakmu, Bu.”Senyuman di wajah wanita paruh baya itu terlukis. Lalu dia membawa tangannya mengelus pipi bulat Keanu. Hatinya tersentuh mendengar ucapan maaf dari Keanu. “Nggak apa-apa, Sayang. Terpenting kamu nggak ada yan
Otak Keevan tak bisa tenang mengingat apa yang ibunya katakan. Semuanya seakan terekam di dalam pikirannya. Berkali-kali, Keevan berusaha menepis pikirannya, akan tetapi semua seakan memang benar adanya.Keevan bergeming di tempatnya, dengan pandangan lurus ke depan menerawang jauh. Manik mata cokelat gelap pria itu memancarkan rasa takut dan cemas. Debar jantungnya berdebar tak karuan memikirkan semua yang mengusik pikirannya.Keevan mengembuskan napas panjang seraya memejamkan mata singkat. Detik berikutnya, pria itu melangkah menuju ke laci minuman—yang ada di dalam kamarnya—mengambil botol wine dan menuangkan ke gelas berkaki tinggi kosong yang ada di hadapannya.Keevan menenggak wine tersebut. Pikirannya benar-benar sangat kacau dan tak mampu berpikir jernih. Kepingan memori masa lalu mulai bermunculan di dalam pikirannya. Masa lalu yang tak bisa dilupakan begitu saja.Tiba-tiba, sesuatu hal muncul di dalam pikiran Keevan. Raut wajah Keevan berubah ketika sekelebat sesuatu ada di
Sinar matahari menyinari bumi. Cahayanya sudah cukup terik. Arletta terbangun dari tidurnya. Wanita itu menyeka matanya, mengerjap beberapa kali. Detik selanjutnya, Arletta turun dari ranjang—dan melangkah menuju ke kamar mandi.Arletta mematut cermin sebentar di kala ada sesuatu hal yang mengusik pikirannya. Tak menampik bertemu dengan Keevan dan ibu pria itu—membuat hatinya merasa cemas dan takut. Rasa cemas dan takut itu seakan membuat Arletta terpojok dan seolah diadili karena melakukan sesuatu kesalahan. Yang dia takutkan adalah Keevan tahu tentang Keanu.Arletta memutar keran wastafel, dan membasuh wajahnya dengan air bersih. Dia menggosok gigi dengan wajah yang masih muram akibat rasa cemas dan takut mulai menyerang dirinya.Setelah selesai mencuci muka dan menggosok gigi, Arletta melangkah keluar dari kamar mandi, dan hendak keluar menuju ke kamar Keanu. Wanita itu ingin melihat putranya sudah bangun tidur atau belum.Namun, langkah Arletta terhenti di kala melihat Mirna berla
Tubuh Keevan membeku melihat hasil test DNA yang ada di hadapannya. Otaknya seakan menjadi blank, tidak mampu lagi berpikir jernih. Dia tak lagi bisa menepis fakta yang ada, karena bukti nyata sudah ada di depan mata. Hasil test DNA yang ada di tangannya tidak mungkin salah.Keevan masih belum mengeluarkan sepatah kata pun. Lidahnya seakan kelu belum bisa merangkai kata. Dia masih menatap selembar keras yang ada di tangannya dengan tatapan yang sulit diartikan. Wajah Keevan begitu pucat. Sebuah selembar kertas hasil test DNA dengan tingkat kecocokannya adalah >99.99% membuat Keevan terasa kehilangan cara dirinya untuk berpikir.Sejenak, Keevan kembali mengingat kejadian lima tahun lalu. Tepat di malam pesta kelulusannya—kejadian di mana dia menghabiskan malam panas dengan Arletta. Entah ekspresi apa yang sekarang harus ditampilkan oleh Keevan. Karena dia tidak menyangka atas apa yang dia lakukan lima tahun lakukan meninggalkan benih yang bahkan tak pernah Keevan ketahui.Keanu anaknya
Arletta melangkah masuk ke dalam ruang kerja Keevan. Dia mengikuti Keevan yang entah ingin membahas apa padanya. Kembali melihat Keevan mengingatkannya akan ucapan Keanu. Tidak! Buru-buru, Arletta menepis pikirannya. Tidak akan pernah Arletta biarkan Keevan tahu tentang Keanu.“Pekerjaan apa yang Anda ingin bahas dengan saya, Pak?” Suara Arletta bertanya dengan nada formal seraya menatap Keevan yang berdiri di hadapannya. Wanita itu menuruti perintah Keevan yang meminta ke ruang kerjanya.Keevan tak mengindahkan pertanyaan Arletta. Pria itu terus menatap lekat manik mata cokelat Arletta. Tampak Keevan menatap Arletta dengan tatapan yang memiliki jutaan arti. Seolah Keevan tersesat di dalam hutan dan tak bisa lagi kembali.Mereka saling bertatapan. Arletta menatap Keevan lekat. Wanita itu menunggu sampai Keevan mengeluarkan suaranya. Sedangkan Keevan seakan enggan untuk mengeluarkan suara.Yang Keevan lakukan menyelami manik mata Arletta. Pancaran mata Keevan menunjukan rasa bersalah.
Arletta melangkah memasuki apartemennya dengan raut wajah muram dan pandangan kosong. Entah kenapa benak Arletta memikirkan tentang Keevan. Arletta merasa ada sesuatu yang berbeda dengan Keevan.Bahkan tadi di saat Arletta ingin pulang sedikit terlambat karena ingin membahas pekerjaan dengan Rima—dirinya malah mendapatkan teguran dari HRD. Pihak HRD meminta Arletta untuk pulang lebih awal karena perintah dari Keevan.Sungguh, Arletta sama sekali tidak mengerti ada apa dengan semua ini. Hal tersebut yang membuat Arletta bingung dengan perubahan sifat Keevan. Ditambah tadi pun Keevan pergi keluar kantor tanpa kembali lagi ke kantor.“Arletta, kenapa kamu harus memikirkan pria itu?” geram Arletta pada dirinya sendiri. Buru-buru Arletta menepis tentang Keevan. Arletta tidak mau memikirkan Keevan. Terserah pria itu ingin bertemu dengan wanita mana pun. Arletta sama sekali tidak peduli.“Mama?” Keanu berlari menghampiri Arletta dan langsung menghamburkan tubuhnya ke tubuh ibunya. Tampak Kea
Arletta sibuk mengerjakan project yang tengah dia urus. Raut wajah wanita itu begitu serius merancang sebuah bangunan gedung. Sekalipun masih baru di Mahardika Company, tapi Arletta sosok wanita yang benar-benar cerdas. Dia mampu belajar dengan cepat.“Arletta,” panggil Rima seraya melangkah menghampiri Arletta.“Ya, Rim?” Arletta menjawab sapaan Rima. Dia tak melihat ke arah Rima, karena dia tengah fokus dengan pekerjaannya. Namun, meski dia tak menoleh ke arah Rima—dia hafal suara rekan kerjanya itu.Rima menarik kursi, duduk di samping Arletta. “Arletta, kamu tau ngak sih? Aku baru dapet kabar kalau Merla itu bukan resign, tapi dipecat.”Arletta menghentikan pekerjaannya di kala mendengar apa yang Rima katakan. Sejak di mana Merla dipecat Keevan, banyak sekali desas desus yang menebak sendiri kenapa bisa Merla keluar dari Mahardika Company.Meskipun banyak desas desus yang membicarakan Merla, tapi dia memilih untuk diam. Tidak sama sekali berkomentar. Lepas dari apa pun yang terjad