“Keevan berikan Keanu padaku, biar aku yang menidurkannya di kamar.”Arletta hendak mengambil Keanu dari gendongan Keevan, namun Keevan nampaknya tak mau memberikan Keanu. Raut wajah Arletta berubah menjadi kesal. Saat ini Arletta dan Keevan sudah tiba di lobby apartemen. Mereka baru saja kembali dari restoran.Arletta pulang ikut dengan mobil Keevan, karena dia tak mungkin membiarkan Keanu sendirian. Mobil Arletta dibawa oleh Angga. Dia bersama dengan putranya ikut dengan mobil Keevan.Sebenarnya, Arletta ingin mengajak Keanu pulang menggunkana mobilnya, tapi sayangnya Keevan sudah lebih dulu membawa Keanu masuk ke dalam mobil pria itu. Hingga akhirnya, Arletta sama sekali tak berdaya—dan terpaksa wanita itu pun ikut ke dalam mobil Keevan.Akan tetapi yang menjadi masalah sekarang adalah Keanu tertidur begitu pulas digendongan Keevan—dan Keevan malah seperti enggan memberikan Keanu padanya. Tadi, di saat tiba memang tangan Arletta sedikit sakit, jadi tak bisa menggendong Keanu. Namun
“Mama, Paman Keevan baik sekali. Keanu suka Paman Keevan.” Suara Keanu berceloteh seraya tengah disuapi oleh Mirna. Bocah laki-laki itu tengah sarapan bersama ibunya. Dia sudah sangat tampan dan menggemaskan—dengan menggunakan seragam sekolahnya seperti biasa.Arletta yang tengah menikmati sarapan di pagi hari langsung menghentikan sarapannya, di kala mendengar apa yang Keanu katakan. Napasnya memberat. Hatinya terasa begitu teriris-iris.“Ma, Paman Keevan sudah memiliki anak belum?” Keanu kembali bertanya—dan sontak membuat wajah Arletta memucat.Pertanyaan Keanu, membuat sekujur tubuh Arletta seakan membeku tak berdaya. Sungguh, Arletta ingin sekali menjawab, namun dia bingung bagaimana harus mengeluarkan kata.Beberapa saat, Arletta mengatur napasnya, berusaha untuk setenang mungkin. Dia mulai harus terbiasa dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuat hatinya campur aduk. “Keanu kenapa menyukai Paman Keevan?” Arletta memilih untuk bertanya ini, dan mengabaikan pertanyaan kedua putra
“Selamat pagi, Pak Keevan.” Angga menyapa Keevan yang baru saja keluar dari lift.Keevan mengangguk singkat merespon sapaan Angga. “Apa jadwalku hari ini Angga?” tanyanya dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi.“Nanti sore Anda harus bertemu dengan salah satu client dari Kuala Lumpur, Pak,” jawab Angga memberi tahu.Keevan melirik arloji yang melingkar di tangannya sekilas. “Alright, apa ada dokumen yang harus aku tanda tangani?” tanyanya lagi.“Ada, Pak. Saya sudah meletakannya di meja kerja Anda,” jawab Angga sopan.“Kamu ikut ke ruang kerjaku,” tukas Keevan dingin.Angga mengangguk patuh. Lalu dia melangkah mengikuti Keevan menuju ruang kerja bosnya itu. Dan ketika Keevan tiba di ruang kerjanya—pria itu langsung duduk di kursi kebesarannya seraya memeriksa dokumen yang ada di hadapannya.Tampak raut wajah Keevan begitu serius memeriksa dokumen tersebut. Tepat di kala Keevan sudah yakin bahwa isi dari dokumen tersebut benar, dia membubuhkan tanda tangan dan segera memberikan dokume
Arletta duduk di sofa kamarnya. Wajahnya tampak muram. Mata Arletta begitu sembab. Pancaran matanya begitu jelas menunjukan kepedihan. Dalam benak Arletta memikirkan tentang apa yang Keevan lakukan tadi. Sungguh, Arletta tak mengerti dengan apa yang diinginkan pria itu.Harusnya pria itu senang dirinya tak lagi mengejarnya. Tapi kenapa sekarang Keevan seolah menariknya? Andai saja, Arletta tak membutuhkan biaya banyak untuk Keanu; maka detik ini juga Arletta memilih untuk mengundurkan diri dari perusaahan milik pria itu.Sejenak, Arletta memejamkan mata singkat. Pikirannya terlalu lelah. Dulu, hidup Arletta tenang. Tapi sejak dirinya kembali bertemu dengan Keevan, hidup Arletta begitu kacau. Pria itu memorak-porandakan hatinya. Menarik ulur dirinya layaknya tali yang bisa dengan mudahnya dibuang begitu saja.Jauh dari dalam lubuk hati Arletta terdalam, nama Keevan akan selalu ada dan tak akan pernah tergantikan. Berjuang melupakan Keevan adalah hal yang tak mungkin. Tapi Arletta menya
Saat pagi menyapa, Arletta tengah berkutat di dapur membuatkan sarapan untuk putranya. Biasanya memang Arletta dibantu oleh Mirna untuk menyiapkan sarapan. Namun, pagi ini Arletta ingin membuatkan sendiri sarapan untuk putranya.Menu pagi ini Arletta membuatkan sandwich daging dan omelette. Tak lupa Arletta menyiapkan jus alpukat dengan campuran susu cokelat. Jus alpukat memang kesukaan Keanu. Apalagi jika dicampur dengan susu cokelat.Seketika ingatan Arletta langsung mengingat tentang Keevan. Minuman kesukaan Keevan dan Keanu sama. Mereka menyukai jus alpukat. Dulu, saat Arletta masih kuliah dia selalu mengingat Keevan selalu memesan jus alpukat kala di kantin. Senyuman di wajah Arletta pun terlukis kala membayangkan tentang masa-masa kuliahnya.Akan tetapi, buru-buru Arletta segera menepis apa yang ada di benaknya saat ini. Dia tak mau lagi mengingat tentang Keevan. Bagi Arletta, Keevan hanya bagaian dari masa-masa kelamnya yang memang harus dilupakan. Walau sebenarnya melupakan Ke
“Aw—” Arletta meringis perih kala Keevan mengoleskan salep luka bakar ke lengannya. Hari ini Arletta memakai dress lengan pendek. Itu kenapa kala lengannya tersiram air panas, langsung mengenai kulit putihnya. Andai Arletta memakai pakaian menutupi lengannya pasti luka akibat tersiram air panas tidakan semerah ini.“Tahan sedikit.” Keevan meniupkan pelan lengan Arletta. Lantas pria itu meletakan kembali salep luka bakar ke kotak obat yang ada di atas meja. “Kalau besok masih sakit, aku akan memanggilkan dokter.”“Tidak perlu. Ini hanya luka kecil. Pakai salep luka bakar juga sudah sembuh. Jangan berlebihan,” jawab Arletta dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi. Sesekali Arletta masih meringis perih akibat luka di lengannya itu. Tetapi Arletta berusaha untuk menahan itu.Keevan terdiam sejenak. Mengamati lekat-lekat wajah Arletta. Pria itu tahu Arletta masih marah dengannya karena dirinya yang memindahkan Arvin sesukanya. Keevan menyadari sifat egois dan otoriter-nya.Namun, Keevan me
“Ah, lelah sekali. Jam berapa sekarang?” Arletta memijat pelan tengkuk lehernya seraya memejamkan mata sebentar. Sejak tadi, Arletta terlalu banyak pekerjaan yang Arletta kerjakan. Karena hari ini Arletta akan pulang lebih awal untuk menjemput Keanu—itu kenapa Arletta sibuk menyelesaikan pekerjaannya.Arletta mulai mengalihkan pandangannya pada jam yang ada di layar laptop—waktu menunjukkan hampir pukul dua belas siang. Sekitar lima belas menit lagi, Arletta harus segera jalan dari kantor untuk menjemput Keanu. Beruntung pekerjaannya untuk hari ini sudah selesai. Walau masih banyak tugas-tugas yang harus Arletta kerjakan, tapi paling tidak hari ini dirinya sudah terbebas.“Arletta, kamu tadi bilang mau jemput Keanu di sekolah. Jam berapa kamu jemput Keanu?” Rima melangkah menghampiri Arletta seraya membawakan dua burger di tangannya. Lantas salah satu burger yang ada di tangannya itu—dia berikan pada Arletta. Pun Arletta menerima burger itu sambil mengucapkan terima kasih.“Lima belas
Tubuh Keevan terguling ke tanah bersamaan dengan Keanu yang ada di dalam dekapannya. Lengan kekar pria itu mampu memeluk erat tubuh mungil Keanu. Pun Keevan melindungi kepala Keanu agar tak terkena aspal.Mereka berdua berguling ke tanah bersamaan dengan suara seruan banyak orang berteriak kala truck yang nyaris menabrak Keevan dan Keanu telah berhasil pergi dengan laju mobil kecepatan penuh. Jalanan yang tak begitu ramai mempermudah truck itu untuk melarikan diri.Perlahan Keanu mengerjapkan matanya beberapa kali. Bocah laki-laki itu berada dalam dekapan Keevan. Pupil mata Keanu sedikit membesar menatap Keevan dan berucap polos, “Paman menyelamatkanku. Terima kasih, Paman.”Mendengar ucapan terima kasih Keanu—membuat Keevan segera menjauhkan wajahnya—menatap wajah Keanu. Senyuman di wajah pria itu pun terlukis melihat Keanu selamat.Keevan bangkit dan membantu Keanu untuk berdiri tegak. Beberapa orang di sana ingin membantu, tapi Keevan menjawab bisa menangani sendiri. Baik Keevan da