“Selamat pagi, Pak Keevan.” Angga menyapa Keevan yang baru saja keluar dari lift.Keevan mengangguk singkat merespon sapaan Angga. “Apa jadwalku hari ini Angga?” tanyanya dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi.“Nanti sore Anda harus bertemu dengan salah satu client dari Kuala Lumpur, Pak,” jawab Angga memberi tahu.Keevan melirik arloji yang melingkar di tangannya sekilas. “Alright, apa ada dokumen yang harus aku tanda tangani?” tanyanya lagi.“Ada, Pak. Saya sudah meletakannya di meja kerja Anda,” jawab Angga sopan.“Kamu ikut ke ruang kerjaku,” tukas Keevan dingin.Angga mengangguk patuh. Lalu dia melangkah mengikuti Keevan menuju ruang kerja bosnya itu. Dan ketika Keevan tiba di ruang kerjanya—pria itu langsung duduk di kursi kebesarannya seraya memeriksa dokumen yang ada di hadapannya.Tampak raut wajah Keevan begitu serius memeriksa dokumen tersebut. Tepat di kala Keevan sudah yakin bahwa isi dari dokumen tersebut benar, dia membubuhkan tanda tangan dan segera memberikan dokume
Arletta duduk di sofa kamarnya. Wajahnya tampak muram. Mata Arletta begitu sembab. Pancaran matanya begitu jelas menunjukan kepedihan. Dalam benak Arletta memikirkan tentang apa yang Keevan lakukan tadi. Sungguh, Arletta tak mengerti dengan apa yang diinginkan pria itu.Harusnya pria itu senang dirinya tak lagi mengejarnya. Tapi kenapa sekarang Keevan seolah menariknya? Andai saja, Arletta tak membutuhkan biaya banyak untuk Keanu; maka detik ini juga Arletta memilih untuk mengundurkan diri dari perusaahan milik pria itu.Sejenak, Arletta memejamkan mata singkat. Pikirannya terlalu lelah. Dulu, hidup Arletta tenang. Tapi sejak dirinya kembali bertemu dengan Keevan, hidup Arletta begitu kacau. Pria itu memorak-porandakan hatinya. Menarik ulur dirinya layaknya tali yang bisa dengan mudahnya dibuang begitu saja.Jauh dari dalam lubuk hati Arletta terdalam, nama Keevan akan selalu ada dan tak akan pernah tergantikan. Berjuang melupakan Keevan adalah hal yang tak mungkin. Tapi Arletta menya
Saat pagi menyapa, Arletta tengah berkutat di dapur membuatkan sarapan untuk putranya. Biasanya memang Arletta dibantu oleh Mirna untuk menyiapkan sarapan. Namun, pagi ini Arletta ingin membuatkan sendiri sarapan untuk putranya.Menu pagi ini Arletta membuatkan sandwich daging dan omelette. Tak lupa Arletta menyiapkan jus alpukat dengan campuran susu cokelat. Jus alpukat memang kesukaan Keanu. Apalagi jika dicampur dengan susu cokelat.Seketika ingatan Arletta langsung mengingat tentang Keevan. Minuman kesukaan Keevan dan Keanu sama. Mereka menyukai jus alpukat. Dulu, saat Arletta masih kuliah dia selalu mengingat Keevan selalu memesan jus alpukat kala di kantin. Senyuman di wajah Arletta pun terlukis kala membayangkan tentang masa-masa kuliahnya.Akan tetapi, buru-buru Arletta segera menepis apa yang ada di benaknya saat ini. Dia tak mau lagi mengingat tentang Keevan. Bagi Arletta, Keevan hanya bagaian dari masa-masa kelamnya yang memang harus dilupakan. Walau sebenarnya melupakan Ke
“Aw—” Arletta meringis perih kala Keevan mengoleskan salep luka bakar ke lengannya. Hari ini Arletta memakai dress lengan pendek. Itu kenapa kala lengannya tersiram air panas, langsung mengenai kulit putihnya. Andai Arletta memakai pakaian menutupi lengannya pasti luka akibat tersiram air panas tidakan semerah ini.“Tahan sedikit.” Keevan meniupkan pelan lengan Arletta. Lantas pria itu meletakan kembali salep luka bakar ke kotak obat yang ada di atas meja. “Kalau besok masih sakit, aku akan memanggilkan dokter.”“Tidak perlu. Ini hanya luka kecil. Pakai salep luka bakar juga sudah sembuh. Jangan berlebihan,” jawab Arletta dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi. Sesekali Arletta masih meringis perih akibat luka di lengannya itu. Tetapi Arletta berusaha untuk menahan itu.Keevan terdiam sejenak. Mengamati lekat-lekat wajah Arletta. Pria itu tahu Arletta masih marah dengannya karena dirinya yang memindahkan Arvin sesukanya. Keevan menyadari sifat egois dan otoriter-nya.Namun, Keevan me
“Ah, lelah sekali. Jam berapa sekarang?” Arletta memijat pelan tengkuk lehernya seraya memejamkan mata sebentar. Sejak tadi, Arletta terlalu banyak pekerjaan yang Arletta kerjakan. Karena hari ini Arletta akan pulang lebih awal untuk menjemput Keanu—itu kenapa Arletta sibuk menyelesaikan pekerjaannya.Arletta mulai mengalihkan pandangannya pada jam yang ada di layar laptop—waktu menunjukkan hampir pukul dua belas siang. Sekitar lima belas menit lagi, Arletta harus segera jalan dari kantor untuk menjemput Keanu. Beruntung pekerjaannya untuk hari ini sudah selesai. Walau masih banyak tugas-tugas yang harus Arletta kerjakan, tapi paling tidak hari ini dirinya sudah terbebas.“Arletta, kamu tadi bilang mau jemput Keanu di sekolah. Jam berapa kamu jemput Keanu?” Rima melangkah menghampiri Arletta seraya membawakan dua burger di tangannya. Lantas salah satu burger yang ada di tangannya itu—dia berikan pada Arletta. Pun Arletta menerima burger itu sambil mengucapkan terima kasih.“Lima belas
Tubuh Keevan terguling ke tanah bersamaan dengan Keanu yang ada di dalam dekapannya. Lengan kekar pria itu mampu memeluk erat tubuh mungil Keanu. Pun Keevan melindungi kepala Keanu agar tak terkena aspal.Mereka berdua berguling ke tanah bersamaan dengan suara seruan banyak orang berteriak kala truck yang nyaris menabrak Keevan dan Keanu telah berhasil pergi dengan laju mobil kecepatan penuh. Jalanan yang tak begitu ramai mempermudah truck itu untuk melarikan diri.Perlahan Keanu mengerjapkan matanya beberapa kali. Bocah laki-laki itu berada dalam dekapan Keevan. Pupil mata Keanu sedikit membesar menatap Keevan dan berucap polos, “Paman menyelamatkanku. Terima kasih, Paman.”Mendengar ucapan terima kasih Keanu—membuat Keevan segera menjauhkan wajahnya—menatap wajah Keanu. Senyuman di wajah pria itu pun terlukis melihat Keanu selamat.Keevan bangkit dan membantu Keanu untuk berdiri tegak. Beberapa orang di sana ingin membantu, tapi Keevan menjawab bisa menangani sendiri. Baik Keevan da
“Maksudmu ada yang berniat membunuh putraku?” seru Keevan dengan sorot mata menajam pada asistennya. Kilat matanya menunjukan jelas emosi amarah yang berkobar seperti api yang sebentar lagi meledakan tempat ini.Amarah dalam hati Keevan sudah terbendung kuat seakan ingin meledak mendengar laporan dari asisten pribadinya itu. Otaknya terus mencerna dengan baik segala kejanggalan yang terjadi pada hari ini.Angga menganggukan kepalanya. “Benar, Pak. Saya melihat sendiri rekaman CCTV di depan sekolah putra Anda. Di rekeman CCTV itu sangat terlihat jelas truck melaju dengan kecepatan mengarah pada putra Anda, Pal.”“Sialan!” Amarah Keevan menyulut kala mendengar semua laporan Angga. Pria itu tak henti-hentinya mengumpat kasar. Sorot mata tajam persis seperti ingin membunuh. Dalam benak Keevan memikirkan siapa orang yang berani sampai berniat membunuh putranya. Keevan bersumpah tak akan pernah mengampuni orang yang berani mencelakai putranya.Keevan belum mengatakan apa pun. Sorot matanya
Arletta mondar mandir tidak jelas di dalam kamar. Dia menggigit kukunya gelisah. Raut wajahnya tampak panik. Sungguh, Arletta tak mengerti dengan apa yang ada di pikiran Keevan. Pria itu membuat dirinya dan Keanu terpenjara di rumah ini.Arletta ingin sekali membawa Keanu pergi, tapi nyatanya dia tidak bisa. Penjaga di luar rumah Keevan begitu ketat. Pun lepas dari itu Keanu masih tertidur pulas. Arletta tidak mungkin membangunkan putranya. Tetapi lebih tidak mungkin lagi jika dirinya masih berada di rumah Keevan.Arletta tak mengerti kenapa Keevan membawanya ke rumah pria itu. Otak Keevan Danuarga memang sudah tidak lagi berfungsi dengan baik. Apa harus dirinya menghubungi polisi atas dasar penculikan? Tapi bagaimana dengan Keevan? Pria itu pasti terkena masalah. Jutaan hal yang muncul di dalam pikiran Arletta, membuatnya menjadi sakit kepala luar biasa.Bisa saja Arletta melaporkan pada pihak polisi, akan tetapi jauh dari dalam lubuk hatinya terdalam—dia tidak ingin sampai Keevan me