“Aw—” Arletta meringis perih kala Keevan mengoleskan salep luka bakar ke lengannya. Hari ini Arletta memakai dress lengan pendek. Itu kenapa kala lengannya tersiram air panas, langsung mengenai kulit putihnya. Andai Arletta memakai pakaian menutupi lengannya pasti luka akibat tersiram air panas tidakan semerah ini.“Tahan sedikit.” Keevan meniupkan pelan lengan Arletta. Lantas pria itu meletakan kembali salep luka bakar ke kotak obat yang ada di atas meja. “Kalau besok masih sakit, aku akan memanggilkan dokter.”“Tidak perlu. Ini hanya luka kecil. Pakai salep luka bakar juga sudah sembuh. Jangan berlebihan,” jawab Arletta dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi. Sesekali Arletta masih meringis perih akibat luka di lengannya itu. Tetapi Arletta berusaha untuk menahan itu.Keevan terdiam sejenak. Mengamati lekat-lekat wajah Arletta. Pria itu tahu Arletta masih marah dengannya karena dirinya yang memindahkan Arvin sesukanya. Keevan menyadari sifat egois dan otoriter-nya.Namun, Keevan me
“Ah, lelah sekali. Jam berapa sekarang?” Arletta memijat pelan tengkuk lehernya seraya memejamkan mata sebentar. Sejak tadi, Arletta terlalu banyak pekerjaan yang Arletta kerjakan. Karena hari ini Arletta akan pulang lebih awal untuk menjemput Keanu—itu kenapa Arletta sibuk menyelesaikan pekerjaannya.Arletta mulai mengalihkan pandangannya pada jam yang ada di layar laptop—waktu menunjukkan hampir pukul dua belas siang. Sekitar lima belas menit lagi, Arletta harus segera jalan dari kantor untuk menjemput Keanu. Beruntung pekerjaannya untuk hari ini sudah selesai. Walau masih banyak tugas-tugas yang harus Arletta kerjakan, tapi paling tidak hari ini dirinya sudah terbebas.“Arletta, kamu tadi bilang mau jemput Keanu di sekolah. Jam berapa kamu jemput Keanu?” Rima melangkah menghampiri Arletta seraya membawakan dua burger di tangannya. Lantas salah satu burger yang ada di tangannya itu—dia berikan pada Arletta. Pun Arletta menerima burger itu sambil mengucapkan terima kasih.“Lima belas
Tubuh Keevan terguling ke tanah bersamaan dengan Keanu yang ada di dalam dekapannya. Lengan kekar pria itu mampu memeluk erat tubuh mungil Keanu. Pun Keevan melindungi kepala Keanu agar tak terkena aspal.Mereka berdua berguling ke tanah bersamaan dengan suara seruan banyak orang berteriak kala truck yang nyaris menabrak Keevan dan Keanu telah berhasil pergi dengan laju mobil kecepatan penuh. Jalanan yang tak begitu ramai mempermudah truck itu untuk melarikan diri.Perlahan Keanu mengerjapkan matanya beberapa kali. Bocah laki-laki itu berada dalam dekapan Keevan. Pupil mata Keanu sedikit membesar menatap Keevan dan berucap polos, “Paman menyelamatkanku. Terima kasih, Paman.”Mendengar ucapan terima kasih Keanu—membuat Keevan segera menjauhkan wajahnya—menatap wajah Keanu. Senyuman di wajah pria itu pun terlukis melihat Keanu selamat.Keevan bangkit dan membantu Keanu untuk berdiri tegak. Beberapa orang di sana ingin membantu, tapi Keevan menjawab bisa menangani sendiri. Baik Keevan da
“Maksudmu ada yang berniat membunuh putraku?” seru Keevan dengan sorot mata menajam pada asistennya. Kilat matanya menunjukan jelas emosi amarah yang berkobar seperti api yang sebentar lagi meledakan tempat ini.Amarah dalam hati Keevan sudah terbendung kuat seakan ingin meledak mendengar laporan dari asisten pribadinya itu. Otaknya terus mencerna dengan baik segala kejanggalan yang terjadi pada hari ini.Angga menganggukan kepalanya. “Benar, Pak. Saya melihat sendiri rekaman CCTV di depan sekolah putra Anda. Di rekeman CCTV itu sangat terlihat jelas truck melaju dengan kecepatan mengarah pada putra Anda, Pal.”“Sialan!” Amarah Keevan menyulut kala mendengar semua laporan Angga. Pria itu tak henti-hentinya mengumpat kasar. Sorot mata tajam persis seperti ingin membunuh. Dalam benak Keevan memikirkan siapa orang yang berani sampai berniat membunuh putranya. Keevan bersumpah tak akan pernah mengampuni orang yang berani mencelakai putranya.Keevan belum mengatakan apa pun. Sorot matanya
Arletta mondar mandir tidak jelas di dalam kamar. Dia menggigit kukunya gelisah. Raut wajahnya tampak panik. Sungguh, Arletta tak mengerti dengan apa yang ada di pikiran Keevan. Pria itu membuat dirinya dan Keanu terpenjara di rumah ini.Arletta ingin sekali membawa Keanu pergi, tapi nyatanya dia tidak bisa. Penjaga di luar rumah Keevan begitu ketat. Pun lepas dari itu Keanu masih tertidur pulas. Arletta tidak mungkin membangunkan putranya. Tetapi lebih tidak mungkin lagi jika dirinya masih berada di rumah Keevan.Arletta tak mengerti kenapa Keevan membawanya ke rumah pria itu. Otak Keevan Danuarga memang sudah tidak lagi berfungsi dengan baik. Apa harus dirinya menghubungi polisi atas dasar penculikan? Tapi bagaimana dengan Keevan? Pria itu pasti terkena masalah. Jutaan hal yang muncul di dalam pikiran Arletta, membuatnya menjadi sakit kepala luar biasa.Bisa saja Arletta melaporkan pada pihak polisi, akan tetapi jauh dari dalam lubuk hatinya terdalam—dia tidak ingin sampai Keevan me
Matahari sudah tinggi. Keevan kini tengah duduk di kursi meja makan seraya melirik sebentar arloji di pergelangan tangannya. Tampak pria itu tengah menunggu Arletta dan Keanu untuk datang ke ruang makan.Jika biasanya setiap pagi Keevan sudah sibuk bergegas ke kantor kali ini berbeda. Khusus pagi ini Keevan meminta salah satu orang kepercayaannya untuk mengambil alih pekerjaannya. Tentu semua itu karena Keevan ingin meluangkan waktu bersama dengan Keanu.Sejak tadi malam Keevan tak bisa tidur nyenyak. Benaknya selalu memikirkan tentang perkataan Keanu yang sangat merindukannya. Perkataan sederhana yang sangat manis dan terngiang-ngiang dalam pikirannya. Sungguh, Keevan seperti telah melakukan sebuah kesalahan besar karena menutupi identitasnya padahal dia telah mengetahui semua tentang Keanu.Ingin sekali Keevan mengungkapkan semuanya, tapi dia merasa ini bukan waktu yang tepat. Bisa-bisa Arletta akan mengamuk marah dan nekat untuk kabur. Banyak hal yang Keevan pikirkan.Keevan menge
Tubuh Keevan mematung mendengar ucapan asistennya. Tampak sepasang iris mata cokelat Keevan menyorot begitu tajam. Rahangnya mengetat. Tangannya terkepal begitu kuat. Emosinya tersulut kala tahu dalang dibalik semua ini adalah Nasha.“Berengsekk!” umpat Keevan kasar. Luapan emosinya nyaris meledak. Berani-beraninya Nasha melukai putranya! Wanita itu rupanya mengantarkan sendiri nyawanya dalam jurang kematian.Napas Keevan memburu. Dalam hati, Keevan tak henti mengumpat kasar. Amarah telah menelusup ke dalam dirinya. Kemarahan itu merajainya hingga membuat Keevan ingin segera bertemu dengan Nasha memberikan pelajaran pada wanita itu. “Pak Keevan, Non Nasha melakukan ini tidak sendiri. Dia dibantu oleh seseorang,” ucap Angga lagi yang sontak membuat raut wajah Keevan berubah.“Katakan padaku, siapa yang membantunya?” seru Keevan dengan geraman kemarahan.“Merla. Dia adalah salah satu mantan arsitek di perusahaan Anda. Dia bekerja sama dengan Nasha untuk mencelakai putra Anda, Pak,” ja
Arletta terbangun di tengah malam. Matanya mengerjap beberapa kali dan menggeliat. Rasa kantuknya tiba-tiba saja hilang. Wanita itu menyeka matanya menggunakan punggung tangannya sebentar.Saat mata Arletta sudah terbuka—tatapan wanita itu teralih pada jam dinding—waktu menunjukkan pukul dua belas malam. Dia ingin kembali tidur, tapi dirinya sudah tidak lagi mengantuk.Arletta menyibak selimut, turun dari ranjang dan melangkah keluar dari kamar. Tepat di kala dia keluar kamar—langkahnya terhenti di kala berpapasan dengan pelayan.“Non Arletta,” sapa sang pelayan.Arletta menatap sang pelayan. “Aku kebangun. Hm, putraku masih tidur, kan?”“Masih, Non. Den Keanu masih tidur,” jawab sang pelayan. Arletta mengangguk merespon ucapan sang pelayan. “Keevan juga masih tidur, kan?” Entah kenapa, dia ingin menanyakan Keevan.“Maaf, Non. Sekitar tiga puluh menit lalu, Pak Keevan keluar rumah,” jawab sang pelayan—yang seketika itu juga membuat raut wajah Arletta berubah.“Keevan keluar rumah?” u