Sinar matahari menyinari bumi. Cahayanya sudah cukup terik. Arletta terbangun dari tidurnya. Wanita itu menyeka matanya, mengerjap beberapa kali. Detik selanjutnya, Arletta turun dari ranjang—dan melangkah menuju ke kamar mandi.Arletta mematut cermin sebentar di kala ada sesuatu hal yang mengusik pikirannya. Tak menampik bertemu dengan Keevan dan ibu pria itu—membuat hatinya merasa cemas dan takut. Rasa cemas dan takut itu seakan membuat Arletta terpojok dan seolah diadili karena melakukan sesuatu kesalahan. Yang dia takutkan adalah Keevan tahu tentang Keanu.Arletta memutar keran wastafel, dan membasuh wajahnya dengan air bersih. Dia menggosok gigi dengan wajah yang masih muram akibat rasa cemas dan takut mulai menyerang dirinya.Setelah selesai mencuci muka dan menggosok gigi, Arletta melangkah keluar dari kamar mandi, dan hendak keluar menuju ke kamar Keanu. Wanita itu ingin melihat putranya sudah bangun tidur atau belum.Namun, langkah Arletta terhenti di kala melihat Mirna berla
Tubuh Keevan membeku melihat hasil test DNA yang ada di hadapannya. Otaknya seakan menjadi blank, tidak mampu lagi berpikir jernih. Dia tak lagi bisa menepis fakta yang ada, karena bukti nyata sudah ada di depan mata. Hasil test DNA yang ada di tangannya tidak mungkin salah.Keevan masih belum mengeluarkan sepatah kata pun. Lidahnya seakan kelu belum bisa merangkai kata. Dia masih menatap selembar keras yang ada di tangannya dengan tatapan yang sulit diartikan. Wajah Keevan begitu pucat. Sebuah selembar kertas hasil test DNA dengan tingkat kecocokannya adalah >99.99% membuat Keevan terasa kehilangan cara dirinya untuk berpikir.Sejenak, Keevan kembali mengingat kejadian lima tahun lalu. Tepat di malam pesta kelulusannya—kejadian di mana dia menghabiskan malam panas dengan Arletta. Entah ekspresi apa yang sekarang harus ditampilkan oleh Keevan. Karena dia tidak menyangka atas apa yang dia lakukan lima tahun lakukan meninggalkan benih yang bahkan tak pernah Keevan ketahui.Keanu anaknya
Arletta melangkah masuk ke dalam ruang kerja Keevan. Dia mengikuti Keevan yang entah ingin membahas apa padanya. Kembali melihat Keevan mengingatkannya akan ucapan Keanu. Tidak! Buru-buru, Arletta menepis pikirannya. Tidak akan pernah Arletta biarkan Keevan tahu tentang Keanu.“Pekerjaan apa yang Anda ingin bahas dengan saya, Pak?” Suara Arletta bertanya dengan nada formal seraya menatap Keevan yang berdiri di hadapannya. Wanita itu menuruti perintah Keevan yang meminta ke ruang kerjanya.Keevan tak mengindahkan pertanyaan Arletta. Pria itu terus menatap lekat manik mata cokelat Arletta. Tampak Keevan menatap Arletta dengan tatapan yang memiliki jutaan arti. Seolah Keevan tersesat di dalam hutan dan tak bisa lagi kembali.Mereka saling bertatapan. Arletta menatap Keevan lekat. Wanita itu menunggu sampai Keevan mengeluarkan suaranya. Sedangkan Keevan seakan enggan untuk mengeluarkan suara.Yang Keevan lakukan menyelami manik mata Arletta. Pancaran mata Keevan menunjukan rasa bersalah.
Arletta melangkah memasuki apartemennya dengan raut wajah muram dan pandangan kosong. Entah kenapa benak Arletta memikirkan tentang Keevan. Arletta merasa ada sesuatu yang berbeda dengan Keevan.Bahkan tadi di saat Arletta ingin pulang sedikit terlambat karena ingin membahas pekerjaan dengan Rima—dirinya malah mendapatkan teguran dari HRD. Pihak HRD meminta Arletta untuk pulang lebih awal karena perintah dari Keevan.Sungguh, Arletta sama sekali tidak mengerti ada apa dengan semua ini. Hal tersebut yang membuat Arletta bingung dengan perubahan sifat Keevan. Ditambah tadi pun Keevan pergi keluar kantor tanpa kembali lagi ke kantor.“Arletta, kenapa kamu harus memikirkan pria itu?” geram Arletta pada dirinya sendiri. Buru-buru Arletta menepis tentang Keevan. Arletta tidak mau memikirkan Keevan. Terserah pria itu ingin bertemu dengan wanita mana pun. Arletta sama sekali tidak peduli.“Mama?” Keanu berlari menghampiri Arletta dan langsung menghamburkan tubuhnya ke tubuh ibunya. Tampak Kea
Arletta sibuk mengerjakan project yang tengah dia urus. Raut wajah wanita itu begitu serius merancang sebuah bangunan gedung. Sekalipun masih baru di Mahardika Company, tapi Arletta sosok wanita yang benar-benar cerdas. Dia mampu belajar dengan cepat.“Arletta,” panggil Rima seraya melangkah menghampiri Arletta.“Ya, Rim?” Arletta menjawab sapaan Rima. Dia tak melihat ke arah Rima, karena dia tengah fokus dengan pekerjaannya. Namun, meski dia tak menoleh ke arah Rima—dia hafal suara rekan kerjanya itu.Rima menarik kursi, duduk di samping Arletta. “Arletta, kamu tau ngak sih? Aku baru dapet kabar kalau Merla itu bukan resign, tapi dipecat.”Arletta menghentikan pekerjaannya di kala mendengar apa yang Rima katakan. Sejak di mana Merla dipecat Keevan, banyak sekali desas desus yang menebak sendiri kenapa bisa Merla keluar dari Mahardika Company.Meskipun banyak desas desus yang membicarakan Merla, tapi dia memilih untuk diam. Tidak sama sekali berkomentar. Lepas dari apa pun yang terjad
“Keevan berikan Keanu padaku, biar aku yang menidurkannya di kamar.”Arletta hendak mengambil Keanu dari gendongan Keevan, namun Keevan nampaknya tak mau memberikan Keanu. Raut wajah Arletta berubah menjadi kesal. Saat ini Arletta dan Keevan sudah tiba di lobby apartemen. Mereka baru saja kembali dari restoran.Arletta pulang ikut dengan mobil Keevan, karena dia tak mungkin membiarkan Keanu sendirian. Mobil Arletta dibawa oleh Angga. Dia bersama dengan putranya ikut dengan mobil Keevan.Sebenarnya, Arletta ingin mengajak Keanu pulang menggunkana mobilnya, tapi sayangnya Keevan sudah lebih dulu membawa Keanu masuk ke dalam mobil pria itu. Hingga akhirnya, Arletta sama sekali tak berdaya—dan terpaksa wanita itu pun ikut ke dalam mobil Keevan.Akan tetapi yang menjadi masalah sekarang adalah Keanu tertidur begitu pulas digendongan Keevan—dan Keevan malah seperti enggan memberikan Keanu padanya. Tadi, di saat tiba memang tangan Arletta sedikit sakit, jadi tak bisa menggendong Keanu. Namun
“Mama, Paman Keevan baik sekali. Keanu suka Paman Keevan.” Suara Keanu berceloteh seraya tengah disuapi oleh Mirna. Bocah laki-laki itu tengah sarapan bersama ibunya. Dia sudah sangat tampan dan menggemaskan—dengan menggunakan seragam sekolahnya seperti biasa.Arletta yang tengah menikmati sarapan di pagi hari langsung menghentikan sarapannya, di kala mendengar apa yang Keanu katakan. Napasnya memberat. Hatinya terasa begitu teriris-iris.“Ma, Paman Keevan sudah memiliki anak belum?” Keanu kembali bertanya—dan sontak membuat wajah Arletta memucat.Pertanyaan Keanu, membuat sekujur tubuh Arletta seakan membeku tak berdaya. Sungguh, Arletta ingin sekali menjawab, namun dia bingung bagaimana harus mengeluarkan kata.Beberapa saat, Arletta mengatur napasnya, berusaha untuk setenang mungkin. Dia mulai harus terbiasa dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuat hatinya campur aduk. “Keanu kenapa menyukai Paman Keevan?” Arletta memilih untuk bertanya ini, dan mengabaikan pertanyaan kedua putra
“Selamat pagi, Pak Keevan.” Angga menyapa Keevan yang baru saja keluar dari lift.Keevan mengangguk singkat merespon sapaan Angga. “Apa jadwalku hari ini Angga?” tanyanya dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi.“Nanti sore Anda harus bertemu dengan salah satu client dari Kuala Lumpur, Pak,” jawab Angga memberi tahu.Keevan melirik arloji yang melingkar di tangannya sekilas. “Alright, apa ada dokumen yang harus aku tanda tangani?” tanyanya lagi.“Ada, Pak. Saya sudah meletakannya di meja kerja Anda,” jawab Angga sopan.“Kamu ikut ke ruang kerjaku,” tukas Keevan dingin.Angga mengangguk patuh. Lalu dia melangkah mengikuti Keevan menuju ruang kerja bosnya itu. Dan ketika Keevan tiba di ruang kerjanya—pria itu langsung duduk di kursi kebesarannya seraya memeriksa dokumen yang ada di hadapannya.Tampak raut wajah Keevan begitu serius memeriksa dokumen tersebut. Tepat di kala Keevan sudah yakin bahwa isi dari dokumen tersebut benar, dia membubuhkan tanda tangan dan segera memberikan dokume