Rune, seorang lelaki yang memiliki tiga jenis senjata mendapatkan semangat untuk terus hidup karena menemukan gadis kecil di pantai, kemudian mengangkatnya sebagai anak dan memberinya nama Loli. Namun, kebahagiaan itu hanya sementara karena saat sampai di rumah, tiba-tiba tubuh Rune melayang karena jurus gravitasi. Seorang lelaki masuk, kemudian menculik Loli. Setelah keluar dari rumah, Rune langsung terjatuh karena jurus gravitasi sudah menghilang, kemudian ia segera mengejar si penculik hingga memasuki sebuah desa. Si penculik meluncurkan sebuah tornado sehingga membuat Rune berputar-putar di udara dalam waktu yang cukup lama. Setelah tornado itu menghilang, Rune kehilangan jejak si penculik. Ia menangis dan tidak memedulikan tentang orang-orang yang meluhatnya. Pemimpin desa menghampiri pemuda itu karena merasa kasihan dengan kejadian yang baru saja dialami. "Tenanglah. Namaku Tedak, pemimpin desa Dakheken. Kebetulan salah satu tim di sini mempunyai misi untuk mencari keberada
Rune langsung berbalik badan dan melompat ke kanan untuk menghindari pukulan dari Toto. Ia melihat sungai dan langsung mendapat ide. Lelaki tersebut berlari ke kanan Toto, lalu mengeluarkan bayangan yang bernama Arune karena memakai belati. Rune mengumpulkan angin ke dalam pedangnya, sementara Arune menyerang Toto. Setelah dirasa cukup, ia mengayunkan pedang secara horizontal dan terciptalah sebuah angin yang meluncur dengan kecepatan tinggi. Toto pun jatuh ke sungai, sementara Arune menghilang. Sam memberi tepukan tangan untuk memuji kehebatan anggota baru Seseven. Mereka pun melanjutkan perjalanan, lalu berhenti di sebuah jembatan yang ditutupi oleh gerbang. "Rune, gunakan jurus anginmu yang tadi untuk membuka gerbangnya." Rune bingung kenapa Sam menyuruhnya untuk melakukan hal ini, padahal bisa saja membuka gerbang hanya dengan mendorong. Namun, karena tidak mau mencari masalah, ia pun menurut. Rune memasang kuda-kuda dan mematung selama beberapa detik sampai pedangnya penuh
Rune tahu apa yang dimaksud oleh Sam. Kini ia sedang menguatkan diri karena selama ini belum pernah membunuh seorang perempuan. "Jika kau membunuhnya dengan pedangmu, maka kau akan mendapatkan elemen petir." Rune terkejut dengan pernyataan Sam. Namun, tetap saja hal itu sulit untuk ia lakukan karena tidak tega melihat seorang perempuan kesakitan, meskipun rasa ingin memiliki elemen baru sangatlah besar. "Aku tadi sempat melihat bahwa pedangmu menyerap petir perempuan ini. Jadi, aku berpikir jika kau akan mendapatkan elemen petir jika membunuhnya." "Aku meminta kepadamu, bunuh aku!" bentak Nina karena tidak sanggup jika harus hidup tanpa ibu. Rune sudah mengambil keputusan. Ia menancapkan pedang ke dada Nina sehingga perempuan tersebut memuntahkan darah. Rune membuang muka karena tidak sanggup melihat wajah kesakitan sang korban. Tiba-tiba aliran petir mengalir ke dalam pedang. Sam terkejut karena ternyata dugaannya benar, padahal apa yang ia katakan hanya omong kosong untuk memb
Rune memasang kuda-kuda, kemudian menghindari setiap serangan dari Xioae dengan santai. Di saat yang tepat, ia menendangnya hingga terjatuh, lalu melompat dan menusukkan pedang tepat di dadanya. Xioae pun menghembuskan napas terakhir. Rune merasa tidak bersalah karena itu bukanlah seorang perempuan. Ia mengintip pertarungan Sam dari gerbang. Kilauan cahaya membuat matanya sulit dibuka. Sam melihat Rune, lalu berteriak, "Rune, bantu aku menghadapinya!" Rune segera berlari dan meluncurkan serangan berupa tusukan pedang, tetapi Clay menghindarinya dengan cara melompat ke belakang. Clay membuat pedangnya mengeluarkan cahaya, kemudian berlari menyerang Rune. Rune menangkis serangannya dengan kedua belati sembari menutup mata karena silau. Dalam seketika, senjatanya tersebut menyerap cahaya dari pedang Clay. Clay dan Sam terkejut. Rune mencoba membuka mata dan tersenyum karena cahaya itu sudah menghilang. Ia mulai menyerang balik dengan kecepatan tinggi sehingga Clay menjadi kewalaha
Pemimpin desa menghampiri anaknya dan berkata, "Nak, kamu sedang berbicara dengan siapa?" Anak itu menoleh, kemudian menjawab sembari menodongkan pedang, "Aku berbicara dengan pencuri ini." Pemimpin desa melihat ke arah anaknya menodong, tetapi tidak menemukan siapa pun. Rune segera masuk ke balai desa untuk mencari cincin penghancur dinding. Ia berjalan sembari melihat keindahan dari semua cincin yang tersusun rapi di meja. Penglihatannya dipertajam untuk bisa dengan cepat menemukan cincin yang dicari. Setelah beberapa menit, akhirnya Rune berhasil menemukannya, kemudian kembali ke penginapan dan memberikan cincin itu kepada Sam. Pemimpin Seseven merasa senang sehingga menunjukkan senyuman sembari melihat setiap sudut dari benda tersebut. "Bagus. Sekarang kau boleh pergi." Rune berjalan mengelilingi desa untuk mencari keberadaan Catly dengan tujuan mengajaknya berbicara. Akhirnya ia menemukan perempuan tersebut di tepi sungai. Anggota Seseven itu menghampiri dan duduk di sebelah
Catly sangat terkejut dengan pernyataan Sam karena apa yang selama ini ia pikirkan ternyata salah. "Tidak. Aku tidak akan membiarkanmu membunuh Mangan." "Oh, baiklah. Kalau begitu aku juga akan membunuhmu!" Sam berlari sembari mengeluarkan pedang, lalu menusukkan pedang ke dada Catly sehingga perempuan tersebut menutup mata dan berdiam diri karena rela mati demi Mangan. Tring! Catly membuka mata dan melihat teman satu tim melindungi dirinya. "Rune, apa yang kau lakukan?" tanya Sam dengan perasaan marah karena ada yang melindungi Mangan. Rune tersenyum, kemudian berkata, "Aku sudah tahu semua tentang Mangan bahwa ia adalah orang baik." "Aku juga baik." "Baik kau bilang! Setelah membunuh dua perempuan dan mencuri cincin, kau bilang itu baik?!" Sam melompat mundur, lalu menyimpan pedang sembari tersenyum. Rune merasa ingin sekali mengakhiri semua ini dan menjadikan Mangan sebagai pemimpin Seseven seperti yang Catly katakan. "Mari kita lihat seberapa hebatnya dirimu. Keluarkan s
Ai menunduk, kemudian mengangguk. Hal itu membuat Rune yakin jika kejadian kemarin malam bukanlah mimpi. "Apa kita beritahukan hal ini kepada semua?" tanya Ai dengan nada kecil. Rune memikirkan hal yang terbaik karena ia takut jika tahu tentang hal ini, kebahagian Seseven akan lenyap. Loli yang digendong oleh Mangan melihat ayah angkat dan merasa ingin bersamanya. Namun, ia tidak tahu bagaimana caranya. "Rune, sepertinya anakmu ingin kau menggendongnya," ucap Ai. Rune yang mendengar itu langsung tersenyum dan mencoba melupakan masalah yang dihadapi. Ia pun menghampiri Mangan dan berharap keinginannya terkabul. "Mangan, apa aku boleh menggendongnya?" "Boleh." Mangan berhenti dan menurunkan Loli. Rune tersenyum karena permintaannya terpenuhi, kemudian menggendong anak angkatnya tersebut. *** Sesampainya di desa, enam anggota Seseven makan di sebuah kedai, sementara Mangan pergi untuk menerima misi. Rune merasa bahagia saat menyuapi Loli. Tiba-tiba saja sang pemimpin datang dan h
"Baiklah, tetapi sebelum itu kita harus menyelesaikan masalah di desa ini," ujar Mangan. "Untuk menyelesaikan masalah di desa ini dengan cepat, kau harus memberitahu kami apa misinya." Semuanya terkejut saat Rune mengatakan hal tersebut karena mereka takut jika Mangan akan marah. Pemimpin Seseven menghembuskan napas karena mengalah. "Baiklah. Misi kita adalah menangkap pembelot yang mengadu domba antara desa ini dengan desa lain." *** Kini Seseven berada di ruangan pemimpin desa karena hujan badai datang. Mereka tengah berpikir cara untuk menangkap pembelot. Tiba-tiba Mangan berjalan mendekat ke jendela sembari melihat petir seraya berpikir jika si pembelot akan melakukan aksi saat semua penduduk berada di rumah. Dalam seketika sebuah ide pun muncul. "Ayo kita ke atap." Ai merasa cemas dan mulai berpikir cara untuk menolak perintah dari sang pemimpin karena ia takut terhadap petir. Seseven berjalan melewati pintu, tetapi tiba-tiba mereka berhenti karena Mangan melihat Ai berdia