Pemimpin desa menghampiri anaknya dan berkata, "Nak, kamu sedang berbicara dengan siapa?"
Anak itu menoleh, kemudian menjawab sembari menodongkan pedang, "Aku berbicara dengan pencuri ini."
Pemimpin desa melihat ke arah anaknya menodong, tetapi tidak menemukan siapa pun. Rune segera masuk ke balai desa untuk mencari cincin penghancur dinding.
Ia berjalan sembari melihat keindahan dari semua cincin yang tersusun rapi di meja. Penglihatannya dipertajam untuk bisa dengan cepat menemukan cincin yang dicari.
Setelah beberapa menit, akhirnya Rune berhasil menemukannya, kemudian kembali ke penginapan dan memberikan cincin itu kepada Sam. Pemimpin Seseven merasa senang sehingga menunjukkan senyuman sembari melihat setiap sudut dari benda tersebut.
"Bagus. Sekarang kau boleh pergi."
Rune berjalan mengelilingi desa untuk mencari keberadaan Catly dengan tujuan mengajaknya berbicara. Akhirnya ia menemukan perempuan tersebut di tepi sungai. Anggota Seseven itu menghampiri dan duduk di sebelahnya.
"Apa misi yang diberikan Sam kepadamu?" tanya Catly sembari memandang air yang mengalir.
"Aku diperintahkan untuk mencuri sebuah cincin."
Catly langsung menatap Rune karena terkejut dengan misi dari Sam. Ia tidak ingin jika Seseven dikenal sebagai tim yang jahat. Namun, tidak ada hal yang bisa dilakukan untuk mencegah hal itu terjadi.
"Kenapa Sam menyuruhmu mencuri cincin? Apa dia kekurangan uang?"
"Sepertinya bukan, karena yang dicuri adalah cincin kekuatan."
"Kekuatan?"
Catly terkesima dengan apa yang diinginkan Sam karena ternyata bukan sekadar cincin biasa. Ia menarik tangan Rune ke tempat di mana sebuah informasi bisa didapat.
Perempuan tersebut berjalan sembari mengelilingi rak buku. Rune sempat bingung dengan apa yang Catly lakukan. Namun, untuk mengetahui secara jelas, ia harus menunggu.
Lelaki tersebut melihat sebuah buku yang berjudul "Cincin Kekuatan" dan langsung mengambilnya. Catly merasa kesal karena tidak bisa menemukan apa yang dicari, tetapi kemudian ia merasa senang kala tahu jika buku yang dicari sudah ada di tangan temannya.
Rune membuka buku tersebut dan melihat informasi tentang cincin penghancur tembok di mana hanya orang berotot saja yang bisa menggunakannya.
"Tunggu sebentar. Jika orang berotot tidak memakai cincin, kemungkinan besar bisa menghancurkan tembok."
Catly merasa bingung dengan syarat dari cincin kekuatan tersebut dan mulai berpikir bahwa cincin itu tidak mempunyai kekuatan apapun. Dalam seketika ia tertawa. Hal itu membuat Rune heran.
"Kenapa kau tertawa?"
"Ini adalah cincin palsu. Entah apa yang dilakukan Sam saat ini."
Rune mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Catly dan ikut tertawa. Mereka pun membaca informasi tentang cincin kekuatan yang lain untuk mengisi waktu luang.
Di sebuah kastel, terdapat seseorang yang mencoba menggunakan kekuatan dari cincin penghancur tembok, tetapi tidak juga berhasil.
Sam terus-menerus memukul tembok yang tidak bersalah. Rasa sakit dan marah bercampur menjadi satu. Ia tidak tahu lagi bagaimana cara menggunakan kekuatan dari cincin penghancur tembok, lalu memutuskan untuk kembali ke penginapan untuk mengobati tangannya yang berdarah.
Di perpustakaan, Rune dan Catly sudah membaca semua informasi tentang cincin kekuatan dan menyimpulkan bahwa sebenarnya benda tersebut tidak ada.
***
Kali ini mereka sampai di penginapan dan melihat Ai sedang mengobati luka di tangan Sam. Catly duduk, kemudian mengumpulkan tenaga supaya bisa memberikan pertanyaaan karena ia takut dengan si pemarah.
"Apa yang telah terjadi sampai kau terluka seperti ini?"
Sam memberikan tatapan kebencian, kemudian mengatakan, "Kau tidak perlu tahu. Sekarang pergi dan bawa seluruh anggota Seseven kemari!"
Catly menunduk untuk sesaat, lalu pergi ke luar untuk melaksanakan perintah dari Sam. Rune yang tidak tahu harus melakukan apa, menemani temannya yang satu ini.
Mereka masuk ke sebuah kedai dan mendapati adanya musuh. Catly dan Rune duduk, kemudian memesan makanan sembari mengobrol tentang pria berotot tersebut.
"Apakah mungkin jika mengetahui kita ada di sini, dia akan membuat kekacauan?" tanya Catly sembari melihat Toto.
"Sepertinya begitu."
Toto bangkit dari duduk, lalu berjalan keluar dari kedai, tetapi tiba-tiba ia berhenti dan kembali ke arah kasir.
Catly berharap supaya Toto tidak melihatnya di sini karena tidak mau menjadi tontonan dan terlihat seperti orang jahat.
Rune menatap pria berotot itu dan melihat seluruh gerak-geriknya dan ternyata apa yang ia pikirkan itu benar. Toto menghampiri kedua anggota Seseven dengan muka menyeramkan.
"Setelah makan, pergilah ke padang rumput atau aku akan membuat kerusuhan."
Setelah mengatakan itu, Toto pun pergi. Catly menatap temannya dengan tujuan mempertanyakan hal tersebut. Rune mengangguk pertanda setuju.
***
Mereka sampai di padang rumput dan langsung dihadapkan oleh seorang pria berbadan besar. Rune menghampirinya dan langsung mengeluarkan pedang serta memasang kuda-kuda.
"Sepertinya kau tahu maksudku," ujar Toto.
Toto memukul tanah sehingga golem batu tercipta. Rune tersenyum karena sudah tahu kelemahan pria tersebut. Ia membuat Arune muncul tepat di sisi Toto dan langsung menyerangnya, tetapi tiba-tiba musuhnya itu berubah menjadi golem sehingga tidak bisa diserang.
Rune merasa takut karena tidak tahu bagaimana cara mengalahkan dua golem sekaligus. Ingin sekali rasanya meminta bantuan Catly, tetapi ia tidak mau terlihat lemah.
Arune dihilangkan, kemudian dirinya berlari mengitari padang rumput untuk mencari solusi. Toto dan golem mengejar lelaki tersebut sehingga terjadilah permainan kejar-kejaran.
Rune melihat ke belakang dan merasa tenang karena kecepatan dari kedua golem itu sangat lambat.
Catly merasa jika Rune membutuhkan bantuan, tetapi ia tidak mau kalau harus ikut melawan musuh yang dilapisi oleh batu yang membuat serangan apapun tidak mempan.
Rune berhenti karena akhirnya ia menemukan sungai yang bisa digunakan untuk mengalahkan Toto. Lelaki tersebut berbalik badan dan menunjukkan senyuman, kemudian melompat ke tepi yang lain.
Rencananya berhasil karena melihat Toto berhenti dan tidak bisa menghampirinya. Golem dan penggunanya pun pergi ke arah samping. Rune yang melihatnya langsung terkejut karena ternyata ada sebuah jembatan kayu yang dapat dipakai oleh musuhnya tersebut untuk menghampiri dirinya.
Rasa panik mulai muncul. Rune memandang langit untuk membantunya mencari ide dengan cepat.
Tiba-tiba terdengar sebuah suara. Ia melihat sumbernya dan ternyata jembatan kayu itu roboh sehingga Toto jatuh ke sungai dan terbawa arus.
Kali ini Rune merasa lega, lalu ia menghampiri Catly. Perempuan di depannya memberikan senyuman.
"Aku senang kau selamat. Sekarang ayo kita melanjutkan misi."
"Akhirnya kalian kutemukan."
Sam dan seluruh anggota Seseven menghampiri. Rune dan Catly bingung karena seharusnya mereka yang mencari teman-teman.
"Ayo kita lanjutkan perjalanan," ujar Sam.
***
Kini, perjalanan yang jauh sudah ditempuh hingga malam tiba. Sampai sudah di sebuah tempat di mana misi yang sebenarnya akan diselesaikan.
Mereka masuk ke sebuah rumah dan langsung dihadapkan oleh seseorang yang pernah menjadi pemimpin Seseven.
Semua terkejut dengan hal itu, kemudian tersenyum karena bisa mengenang kebersamaan dengannya.
Sam mendekat dan langsung mengeluarkan pedang serta memasang kuda-kuda. Mangan, mantan Seseven yang menggunakan tombak memposisikan diri karena siap untuk bertarung.
Keduanya mulai berlari, tetapi tiba-tiba sebuah teriakan menghentikan mereka.
"Berhenti!"
Catly menengahi mereka karena tidak ingin salah satu dari kedua lelaki tersebut terluka. Ia juga merasa bingung dengan misi yang sebenarnya.
"Apa yang kau lakukan? Bukankah misi kita adalah menjadikan Mangan sebagai pemimpin Seseven lagi?"
Sam memasukkan pedangnya, kemudian tersenyum karena dugaan dari Catly yang begitu lucu.
"Memangnya siapa yang mengatakan kalau misi kita seperti yang kau pikirkan? Misi kita adalah membunuh Mangan."
Catly sangat terkejut dengan pernyataan Sam karena apa yang selama ini ia pikirkan ternyata salah. "Tidak. Aku tidak akan membiarkanmu membunuh Mangan." "Oh, baiklah. Kalau begitu aku juga akan membunuhmu!" Sam berlari sembari mengeluarkan pedang, lalu menusukkan pedang ke dada Catly sehingga perempuan tersebut menutup mata dan berdiam diri karena rela mati demi Mangan. Tring! Catly membuka mata dan melihat teman satu tim melindungi dirinya. "Rune, apa yang kau lakukan?" tanya Sam dengan perasaan marah karena ada yang melindungi Mangan. Rune tersenyum, kemudian berkata, "Aku sudah tahu semua tentang Mangan bahwa ia adalah orang baik." "Aku juga baik." "Baik kau bilang! Setelah membunuh dua perempuan dan mencuri cincin, kau bilang itu baik?!" Sam melompat mundur, lalu menyimpan pedang sembari tersenyum. Rune merasa ingin sekali mengakhiri semua ini dan menjadikan Mangan sebagai pemimpin Seseven seperti yang Catly katakan. "Mari kita lihat seberapa hebatnya dirimu. Keluarkan s
Ai menunduk, kemudian mengangguk. Hal itu membuat Rune yakin jika kejadian kemarin malam bukanlah mimpi. "Apa kita beritahukan hal ini kepada semua?" tanya Ai dengan nada kecil. Rune memikirkan hal yang terbaik karena ia takut jika tahu tentang hal ini, kebahagian Seseven akan lenyap. Loli yang digendong oleh Mangan melihat ayah angkat dan merasa ingin bersamanya. Namun, ia tidak tahu bagaimana caranya. "Rune, sepertinya anakmu ingin kau menggendongnya," ucap Ai. Rune yang mendengar itu langsung tersenyum dan mencoba melupakan masalah yang dihadapi. Ia pun menghampiri Mangan dan berharap keinginannya terkabul. "Mangan, apa aku boleh menggendongnya?" "Boleh." Mangan berhenti dan menurunkan Loli. Rune tersenyum karena permintaannya terpenuhi, kemudian menggendong anak angkatnya tersebut. *** Sesampainya di desa, enam anggota Seseven makan di sebuah kedai, sementara Mangan pergi untuk menerima misi. Rune merasa bahagia saat menyuapi Loli. Tiba-tiba saja sang pemimpin datang dan h
"Baiklah, tetapi sebelum itu kita harus menyelesaikan masalah di desa ini," ujar Mangan. "Untuk menyelesaikan masalah di desa ini dengan cepat, kau harus memberitahu kami apa misinya." Semuanya terkejut saat Rune mengatakan hal tersebut karena mereka takut jika Mangan akan marah. Pemimpin Seseven menghembuskan napas karena mengalah. "Baiklah. Misi kita adalah menangkap pembelot yang mengadu domba antara desa ini dengan desa lain." *** Kini Seseven berada di ruangan pemimpin desa karena hujan badai datang. Mereka tengah berpikir cara untuk menangkap pembelot. Tiba-tiba Mangan berjalan mendekat ke jendela sembari melihat petir seraya berpikir jika si pembelot akan melakukan aksi saat semua penduduk berada di rumah. Dalam seketika sebuah ide pun muncul. "Ayo kita ke atap." Ai merasa cemas dan mulai berpikir cara untuk menolak perintah dari sang pemimpin karena ia takut terhadap petir. Seseven berjalan melewati pintu, tetapi tiba-tiba mereka berhenti karena Mangan melihat Ai berdia
Pasha mengaktifkan jurus menghilang. Sam merasa heran karena ia masih bisa melihat alatnya itu dan berpura-pura tidak bisa melihatnya. Pasha ingin mengetahui apakah dirinya masih bisa terlihat atau tidak dengan cara berjalan mengitari orang yang baru ia kenal. Sam mengumpulkan kekuatan untuk bisa membuat alatnya itu percaya bahwa ia tidak bisa melihatnya. "Bagus, sekarang kau tidak bisa dilihat," ucap Sam sembari tersenyum ke arah depan, padahal ia tahu jika Pasha ada di belakang. 'Ya, aku akan membuat kenakalan di desa ini menggunakan jubah penghilang untuk bisa membuat Ayah marah,' batin Pasha seraya tersenyum. Pasha berpikir sejenak karena masih belum percaya jika dirinya tidak bisa dilihat. Akhirnya, ia mencoba melakukan hal yang membuat Sam terpaksa memberitahu kebenarannya. Pasha mengeluarkan pedang, kemudian menusukkannya ke dada Sam. Hal itu membuat ia tahu jika ternyata dirinya telah dibohongi. "Apa yang kau lakukan?" "Ternyata kau membohongiku. Kau bilang aku tidak bi
"Maaf, Yang Mulia, tetapi kami bukanlah pembunuh bayaran," ujar Rune sembari menempelkan kedua tangannya. Luwe menghampiri Rune dengan wajah tidak suka, kemudian ia menatapnya dengan waktu yang lama. "Tolong jawab pertanyaanku. Jika seandainya temanmu sekarat, apakah kau akan membunuh musuh atau membiarkan mereka dibunuh?" Rune berpikir sejenak dan akhirnya mengerti dengan apa yang dimaksud oleh sang raja. Luwe tersenyum karena dugaannya benar bahwa lelaki pemanah tersebut tidak bisa menjawab. 'Malu sekali diriku. Kenapa harus mempertanyakan hal seperti itu,' batin Rune. "Baiklah, Ayah." *** Seseven memulai perjalanan melewati hutan yang memiliki sedikit pohon. Hal itu membuat mereka tidak kesulitan untuk berjalan. Rune ingin sekali mengetahui kenapa raja memanggil Mangan dengan sebutan Noa dan bagaimana lelaki tersebut bisa tinggal di tempat yang terpisah dari keluarganya. Namun, ia harus menunggu waktu liburan. Seseven sampai di kerajaan Taro yang sangat sepi, lalu mereka mas
Rune dan Catly berada di sebuah gerbang dan harus bertarung dengan Ken untuk mendapatkan sebuah buku. Rune mengeluarkan pedang, kemudian memasang kuda-kuda. Tiba-tiba saja Ken mengulurkan tangannya pertanda ingin menghentikan pertarungan. Rune paham dengan apa yang dimaksud. Oleh karena itu, ia memasukkan pedang dan melepaskan kuda-kuda. "Ada apa?" "Aku menantangmu bertarung tanpa senjata," jawab Ken. Rune merasa takut dengan tantangan ini karena ia merasa tidak bisa bertarung dengan tangan kosong, tetapi hal itu harus dilakukan demi kebahagiaan Catly. Keduanya memasang kuda-kuda, kemudian berlari menghampiri satu sama lain. Mereka saling memukul, tetapi tiba-tiba Rune berteleportasi ke atas, kemudian menginjak kepala Ken secara bertubi-tubi. Setelah itu, ia melakukan salto ke depan, kemudian tersenyum saat mendarat. Ken merasa geram, lalu memukul tanah sehingga tercipta gempa yang membuat lawannya terjatuh. Rune membalikkan badan dan mencoba untuk berdiri. Ia merasa takut deng
Rune mengelilingi desa untuk mencari keberadaan Ai. Namun, tidak kunjung menemukannya. Akhirnya, ia memutuskan untuk pergi ke hutan dengan tujuan menyusul Lance. Saat di hutan, Rune melihat manusia serigala yang sedang memakan manusia. Ia langsung meluncurkan panah, tetapi hal itu tidak jadi dilakukan karena tiba-tiba targetnya menghilang. Rune menghampiri mayat manusia yang sudah tersisa tulang. Ia pun kembali ke kedai bakso dan melihat Seseven yang berlari ke luar desa. Secara kebetulan di tempat itu terdapat seorang perempuan yang bernama Ai. Rune menatap sembari mendekatinya. "Mereka pergi ke mana?" "Kerajaan Panganan diserang. Jadi, mereka pergi ke tempat di mana keluarga Mangan berada," jawab Ai sembari menunduk tanpa menatap lawan bicaranya. "Aku ingin bertanya sesuatu kepadamu. Maaf jika hal itu membuatmu tersinggung." Sebelum Rune mengungkapkan kecurigaannya, tiba-tiba ada seseorang yang datang dan meminta Seseven untuk segera menemui pemimpin desa. Kini, Rune dan Ai b
Seseven masuk ke sebuah rumah di dalam hutan. Manusia serigala tersenyum, kemudian mengatakan bahwa dia yang membunuh Lance. Seluruh anggota Seseven terkejut, terlebih lagi dengan Fony yang menyimpan perasaan suka kepada Lance. Mata Fony berubah menjadi merah dan hal itu membuat semua orang terkejut, terlebih lagi dengan Ai karena takut jika kakaknya kenapa-kenapa. Di dalam rumah itu sangatlah luas sehingga manusia serigala dapat berlari ke tengah untuk bisa bertarung satu lawan satu. Fony yang mengerti dengan apa yang dimaksud, langsung menghampiri Au. Kini, mereka berdua sudah berada di tengah dan bersiap untuk memulai pertarungan yang adil. Fony mulai menyerang dengan mengayunkan sabitnya secara horinzontal dan sesekali berputar bagaikan tornadon. Namun, semua serangan itu dapat dihindari. Fony menjadi kesal dan menyerang secara membabi buta dengan cara mengayunkan sabitnya ke segala arah, kemudian di saat yang tepat, ia melompat maju dan berhasil memberikan sebuah serangan se