"Baiklah, tetapi sebelum itu kita harus menyelesaikan masalah di desa ini," ujar Mangan. "Untuk menyelesaikan masalah di desa ini dengan cepat, kau harus memberitahu kami apa misinya." Semuanya terkejut saat Rune mengatakan hal tersebut karena mereka takut jika Mangan akan marah. Pemimpin Seseven menghembuskan napas karena mengalah. "Baiklah. Misi kita adalah menangkap pembelot yang mengadu domba antara desa ini dengan desa lain." *** Kini Seseven berada di ruangan pemimpin desa karena hujan badai datang. Mereka tengah berpikir cara untuk menangkap pembelot. Tiba-tiba Mangan berjalan mendekat ke jendela sembari melihat petir seraya berpikir jika si pembelot akan melakukan aksi saat semua penduduk berada di rumah. Dalam seketika sebuah ide pun muncul. "Ayo kita ke atap." Ai merasa cemas dan mulai berpikir cara untuk menolak perintah dari sang pemimpin karena ia takut terhadap petir. Seseven berjalan melewati pintu, tetapi tiba-tiba mereka berhenti karena Mangan melihat Ai berdia
Pasha mengaktifkan jurus menghilang. Sam merasa heran karena ia masih bisa melihat alatnya itu dan berpura-pura tidak bisa melihatnya. Pasha ingin mengetahui apakah dirinya masih bisa terlihat atau tidak dengan cara berjalan mengitari orang yang baru ia kenal. Sam mengumpulkan kekuatan untuk bisa membuat alatnya itu percaya bahwa ia tidak bisa melihatnya. "Bagus, sekarang kau tidak bisa dilihat," ucap Sam sembari tersenyum ke arah depan, padahal ia tahu jika Pasha ada di belakang. 'Ya, aku akan membuat kenakalan di desa ini menggunakan jubah penghilang untuk bisa membuat Ayah marah,' batin Pasha seraya tersenyum. Pasha berpikir sejenak karena masih belum percaya jika dirinya tidak bisa dilihat. Akhirnya, ia mencoba melakukan hal yang membuat Sam terpaksa memberitahu kebenarannya. Pasha mengeluarkan pedang, kemudian menusukkannya ke dada Sam. Hal itu membuat ia tahu jika ternyata dirinya telah dibohongi. "Apa yang kau lakukan?" "Ternyata kau membohongiku. Kau bilang aku tidak bi
"Maaf, Yang Mulia, tetapi kami bukanlah pembunuh bayaran," ujar Rune sembari menempelkan kedua tangannya. Luwe menghampiri Rune dengan wajah tidak suka, kemudian ia menatapnya dengan waktu yang lama. "Tolong jawab pertanyaanku. Jika seandainya temanmu sekarat, apakah kau akan membunuh musuh atau membiarkan mereka dibunuh?" Rune berpikir sejenak dan akhirnya mengerti dengan apa yang dimaksud oleh sang raja. Luwe tersenyum karena dugaannya benar bahwa lelaki pemanah tersebut tidak bisa menjawab. 'Malu sekali diriku. Kenapa harus mempertanyakan hal seperti itu,' batin Rune. "Baiklah, Ayah." *** Seseven memulai perjalanan melewati hutan yang memiliki sedikit pohon. Hal itu membuat mereka tidak kesulitan untuk berjalan. Rune ingin sekali mengetahui kenapa raja memanggil Mangan dengan sebutan Noa dan bagaimana lelaki tersebut bisa tinggal di tempat yang terpisah dari keluarganya. Namun, ia harus menunggu waktu liburan. Seseven sampai di kerajaan Taro yang sangat sepi, lalu mereka mas
Rune dan Catly berada di sebuah gerbang dan harus bertarung dengan Ken untuk mendapatkan sebuah buku. Rune mengeluarkan pedang, kemudian memasang kuda-kuda. Tiba-tiba saja Ken mengulurkan tangannya pertanda ingin menghentikan pertarungan. Rune paham dengan apa yang dimaksud. Oleh karena itu, ia memasukkan pedang dan melepaskan kuda-kuda. "Ada apa?" "Aku menantangmu bertarung tanpa senjata," jawab Ken. Rune merasa takut dengan tantangan ini karena ia merasa tidak bisa bertarung dengan tangan kosong, tetapi hal itu harus dilakukan demi kebahagiaan Catly. Keduanya memasang kuda-kuda, kemudian berlari menghampiri satu sama lain. Mereka saling memukul, tetapi tiba-tiba Rune berteleportasi ke atas, kemudian menginjak kepala Ken secara bertubi-tubi. Setelah itu, ia melakukan salto ke depan, kemudian tersenyum saat mendarat. Ken merasa geram, lalu memukul tanah sehingga tercipta gempa yang membuat lawannya terjatuh. Rune membalikkan badan dan mencoba untuk berdiri. Ia merasa takut deng
Rune mengelilingi desa untuk mencari keberadaan Ai. Namun, tidak kunjung menemukannya. Akhirnya, ia memutuskan untuk pergi ke hutan dengan tujuan menyusul Lance. Saat di hutan, Rune melihat manusia serigala yang sedang memakan manusia. Ia langsung meluncurkan panah, tetapi hal itu tidak jadi dilakukan karena tiba-tiba targetnya menghilang. Rune menghampiri mayat manusia yang sudah tersisa tulang. Ia pun kembali ke kedai bakso dan melihat Seseven yang berlari ke luar desa. Secara kebetulan di tempat itu terdapat seorang perempuan yang bernama Ai. Rune menatap sembari mendekatinya. "Mereka pergi ke mana?" "Kerajaan Panganan diserang. Jadi, mereka pergi ke tempat di mana keluarga Mangan berada," jawab Ai sembari menunduk tanpa menatap lawan bicaranya. "Aku ingin bertanya sesuatu kepadamu. Maaf jika hal itu membuatmu tersinggung." Sebelum Rune mengungkapkan kecurigaannya, tiba-tiba ada seseorang yang datang dan meminta Seseven untuk segera menemui pemimpin desa. Kini, Rune dan Ai b
Seseven masuk ke sebuah rumah di dalam hutan. Manusia serigala tersenyum, kemudian mengatakan bahwa dia yang membunuh Lance. Seluruh anggota Seseven terkejut, terlebih lagi dengan Fony yang menyimpan perasaan suka kepada Lance. Mata Fony berubah menjadi merah dan hal itu membuat semua orang terkejut, terlebih lagi dengan Ai karena takut jika kakaknya kenapa-kenapa. Di dalam rumah itu sangatlah luas sehingga manusia serigala dapat berlari ke tengah untuk bisa bertarung satu lawan satu. Fony yang mengerti dengan apa yang dimaksud, langsung menghampiri Au. Kini, mereka berdua sudah berada di tengah dan bersiap untuk memulai pertarungan yang adil. Fony mulai menyerang dengan mengayunkan sabitnya secara horinzontal dan sesekali berputar bagaikan tornadon. Namun, semua serangan itu dapat dihindari. Fony menjadi kesal dan menyerang secara membabi buta dengan cara mengayunkan sabitnya ke segala arah, kemudian di saat yang tepat, ia melompat maju dan berhasil memberikan sebuah serangan se
Rune mengejar ketiga laki-laki itu, lalu melihat si pembakar rumah sedang menangkap seseorang, kemudian ia diajak ke rumah mereka. Sesampainya di sebuah penginapan, Peri si pengguna pedang memberitahu masalahnya kepada sang ayah yang bernama Geni, kemudian memintanya untuk memberikan kamar secara gratis sebagai ganti rugi atas terbakarnya rumah Rune. Geni memberikan kunci kamar kepada Rune, lalu memarahi anaknya yang bernama Feri karena telah menggunakan jurus yang baru dipelajari tanpa berhati-hati. Geni adalah pemilik sebuah penginapan di desa Kobong. Feri dan Peri memiliki nama yang mirip, meskipun mereka mempunyai banyak perbedaan termasuk wajah. Feri adalah petarung tanpa senjata yang memiliki elemen api, sedangkan Peri merupakan pengguna pedang dengan elemen petir. Rune masuk ke kamar dan melihat isinya. Setelah itu, ia kembali ke tempat latihan, kemudian melihat Feri sedang memukul dan menendang angin. Rune meminta Feri untuk mengajarinya bertarung tanpa senjata untuk kead
Pemimpin desa meminta Cia untuk mengikutinya seorang diri ke sebuah tempat, sedangkan Rune diperintahkan untuk tetap di sini. Rune merasa khawatir, kemudian memutuskan untuk melanggar perintah pemimpin desa. Saat melewati pintu, terdapat dua orang prajurit dari kerajaan Nitana yang menghalangi. Rune memanggil Arune dan menempatkannya di belakang prajurit, kemudian bertukar posisi dengan bayangannya itu. Rune yang ada di belakang langsung berlari ke arah Cia berjalan. Setelah beberapa detik, Arune menghilang dan hal itu membuat kedua prajurit kebingungan. Rune merasa senang karena berhasil mengalihkan perhatian dari kedua prajurit itu. Saat sampai di plaza, ia dikejutkan dengan puluhan prajurit yang berjaga. Mau tidak mau, Rune harus menghadapi mereka semua menggunakan belati dua ujung. Setelah berhasil melumpuhkan para prajurit itu, Rune berlari keluar dari desa, kemudian mencari keberadaan Cia. Ia melihat gadis itu bersama pria lain di sebuah gudang, kemudian mengintai mereka d