Pemimpin desa meminta Cia untuk mengikutinya seorang diri ke sebuah tempat, sedangkan Rune diperintahkan untuk tetap di sini. Rune merasa khawatir, kemudian memutuskan untuk melanggar perintah pemimpin desa. Saat melewati pintu, terdapat dua orang prajurit dari kerajaan Nitana yang menghalangi. Rune memanggil Arune dan menempatkannya di belakang prajurit, kemudian bertukar posisi dengan bayangannya itu. Rune yang ada di belakang langsung berlari ke arah Cia berjalan. Setelah beberapa detik, Arune menghilang dan hal itu membuat kedua prajurit kebingungan. Rune merasa senang karena berhasil mengalihkan perhatian dari kedua prajurit itu. Saat sampai di plaza, ia dikejutkan dengan puluhan prajurit yang berjaga. Mau tidak mau, Rune harus menghadapi mereka semua menggunakan belati dua ujung. Setelah berhasil melumpuhkan para prajurit itu, Rune berlari keluar dari desa, kemudian mencari keberadaan Cia. Ia melihat gadis itu bersama pria lain di sebuah gudang, kemudian mengintai mereka d
Sam tersenyum karena yakin jika ancamannya itu berhasil membuat Rune tidak berdaya. Namun, hal itu tidak terjadi karena Rune terus berjalan sebab ia lebih baik kehilangan satu orang daripada harus menjadi budah Sam seumur hidup. Rune berpikir jika nantinya Sam akan terus memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi dengan cara memberikan misi baru secara terus-menerus, meskipun misi utamanya sudah selesai. *** Kini Rune masuk ke penginapan, kemudian ia dihentikan oleh resepsionis. "Maaf, saya hanya mau menyampaikan bahwa teman Anda yang bernama Cia sudah pulang ke istananya." "Terima kasih atas informasinya." Rune merasa tenang dengan hal itu. Saat berjalan ke kamar, tiba-tiba ia dihadapkan dengan Seseven. Lelaki tersebut hanya bisa menunduk karena tidak mau mendapat masalah karena yakin jika Seseven membencinya. Rune berjalan, tetapi tiba-tiba Mangan menggenggam tangannya sembari meminta, "Bergabunglah kembali dengan Seseven." "Ya." Seseven senang dengan hal itu sampai-sampai
Rune berpikir jika hal ini terjadi karena lawannya memakai kalung Elemental. Oleh karena itu, ia mencoba mencari cara lain untuk mengalahkannya. Sebuah tembok cahaya tercipta di sekeliling Rune sehingga membuat lelaki tersebut tidak dapat berjalan. Aibi berjalan menghampiri Cia, kemudian melemparkannya ke atas. Setelah itu, ia memberikan sebuah tendangan di perut. Gadis itu terpental dan dipantulkan oleh cahaya yang menempel di dinding. Aibi menendang perut Cia ke arah yang sama secara terus-menerus, kemudian ia mengarahkannya ke atas dan menangkapnya menggunakan lutut tepat di perut sehingga gadis itu memuntahkan darah. Rune ingin menghampiri Cia, tetapi terhalang oleh tembok cahaya. Ia sangat marah, kemudian mengaktifkan mode Cakaran Pesta yang memakai topeng pesta, celana, jubah, sarung tangan dan sepatu berwarna indigo serta sepuluh pedang. Lima pedang untuk satu tangan. "Beraninya kau! Aku … Cakaran Pesta, akan menghabisimu!" Rune menghilang, kemudian berteleportasi ke atas,
Akhirnya, Seseven dapat menghentikan perempuan bercadar hitam yang memakai belati. "Sepertinya ada yang mau berurusan dengan Seseven," kata Rune sembari mengeluarkan empat pedangnya. Perempuan bercadar berlari mengitari tempat itu beberapa kali, kemudian pergi menghampiri Mangan. Seseven kesal karena telah terkecoh. Mereka sudah memasuki tempat acara yang dipenuhi oleh para tamu. Perempuan bercadar langsung memberikan sayatan tepat di pipi Mangan, kemudian melarikan diri karena sudah puas. "Maaf, kami gagal menjaga acara ini," ucap Rune sembari menunduk karena merasa bersalah. "Tidak apa-apa." "Perempuan itu membuktikan perkataannya," ucap Digi. Rune terkejut dan merasa penasaran, kemudian memutuskan untuk melontarkan sebuah pertanyaan mengenai hubungan Mangan dengan perempuan itu. Pada suatu hari, Seseven menjalankan sebuah misi dengan seorang perempuan yang nantinya gugur dalam tugas. Hal itu membuat Airi membenci dan bersumpah akan mengganggu kehidupan seluruh anggota Seseve
Saat ini Rune dan Digi sedang mengintai Catly dari balik tembok. Saat perempuan tersebut sudah berada di jarak yang cukup jauh, barulah mereka mulai berjalan. Fony keluar dari toko bunga, kemudian berjalan ke arah rumah sakit untuk memberikan benda tersebut kepada Fony sebagai penyelesaian kesalahpahaman. Digi mulai berjalan, tetapi Rune berdiam diri karena melihat gadis berjubah yang berlari di hutan. "Rune, kenapa kau bergeming?" "Kau ikuti saja Catly sendirian karena aku mempunyai urusan." Rune langsung mengikuti perempuan berjubah yang tadi dilihat. Sesampainya di lapangan, ia diperlihatkan oleh kedua gadis yang memiliki wajah yang sama dan langsung memanggil namanya. Kedua perempuan itu mendengar panggilan dari Rune dan langsung menatap lelaki tersebut. "Rune, percayalah bahwa aku adalah yang asli?" pinta Airi. Rune melihat keduanya secara bergantian, kemudian memutuskan untuk fokus menatap Ai. "Rune, kau pasti percaya kepadaku!" Rune menghiraukan Airi dan tetap fokus me
Mereka mulai tertidur. Setelah beberapa saat, Fony terbangun dan mengecek gerobak bakso. Tiba-tiba ia melihat sesosok manusia serigala yang sedang memakan umpan. Fony melihat ke atas dan berpikir cara untuk membangunkan Rune. Ia melemparkan sebuah batu sehingga lelaki tersebut bangun. Fony menunjuk ke arah manusia serigala dan itu membuat Rune tidak bisa menahan nafsu untuk menangkapnya. Lelaki tersebut turun dari pohon dengan cara melompat serta memberikan sebuah tebasan. Manusia serigala melihat bayangan lawannya, kemudian melompat mundur dan berlari. Rune mengejarnya sembari meluncurkan panah petir, tetapi tidak mengenai manusia serigala itu sehingga menancap ke pohon. Manusia serigala berbelok ke kanan secara terus menerus, sementara Rune terus meluncurkan panah. Di belokan keempat, Rune melihat panah petir yang tadi ia luncurkan. Saat itu juga ia menyadari bahwa mereka tengah berputar-putar. Lelaki tersebut memutuskan untuk melanjutkan pengejaran, meskipun itu sia-sia. Manus
Rune melihat ke arah penjaga yang menutup pintu jeruji. Ia berjalan ke tengah dan menyadari bahwa lawannya adalah pendamping peserta. "Aku tidak ingin bertarung denganmu, tetapi ini demi adikku." Terdengar suara pedang yang dilempar. Rune melihat senjata tersebut, kemudian mengambilnya. Lawannya juga melakukan hal yang sama, tetapi dengan senjata berupa bola tajam yang terikat dengan rantai besi. Rune berbalik badan dan berteriak, "Aku tidak mau bertarung!" Rune diperlihatkan dengan adegan petugas yang mencekik Fony dari belakang. Hal itu membuatnya terpaksa menjadi gladiator. "Mari kita saksikan pertarungan pertama antara Rune dan Boltay!" teriak Tio. Kedua gladiator memasang kuda-kuda, kemudian berlari menghampiri dan mulai memberikan serangan. Boltay membanting senjatanya sehingga Rune menggunakan jurus Tendangan Mimisan dengan cara melompat ke samping untuk menghindari serangan, kemudian melompat ke depan dan memberikan serangan dengan lutut tepat di hidung. Boltay terpent
Rune memasukkan keempat pedangnya karena mengampuni Tio, tetapi tiba-tiba Digi menyuruhnya untuk membunuh. Rune tidak ada pilihan selain menuruti perintah temannya karena tidak ingin Catly dan Fony terluka. Ia berteleportasi ke belakang Tio, kemudian mengiris lehernya. Setelah Tio terjatuh, Rune langsung menghampiri kedua temannya yang pingsan. Digi dan Hira mendekati mereka. "Izinkan aku untuk menyadarkan mereka?" Rune menatap Hira, kemudian mengangguk. Perempuan tersebut meletakkan kedua tangannya di dada Catly dan Fony sehingga mereka sadar. "Kalian tidak apa-apa?" tanya Rune. "Tentu saja," jawab Catly dengan senyuman manis. Rune dan Fony bertatapan dengan waktu yang cukup lama dan hal itu membuat Catly merasa cemburu. "Sudahi tatapan kalian, mari pulang bersamanya," ajak Digi sembari melihat Hira. "Oh, iya. Misi kita adalah menyelamatkan si penyembuh," ujar Rune. Setelah berhasil menyelamatkan Hira, Seseven kembali ke Dakheken dan memberitahu kepada Tedak bahwa misi sudah