Rune langsung berbalik badan dan melompat ke kanan untuk menghindari pukulan dari Toto.
Ia melihat sungai dan langsung mendapat ide. Lelaki tersebut berlari ke kanan Toto, lalu mengeluarkan bayangan yang bernama Arune karena memakai belati.Rune mengumpulkan angin ke dalam pedangnya, sementara Arune menyerang Toto.Setelah dirasa cukup, ia mengayunkan pedang secara horizontal dan terciptalah sebuah angin yang meluncur dengan kecepatan tinggi.Toto pun jatuh ke sungai, sementara Arune menghilang. Sam memberi tepukan tangan untuk memuji kehebatan anggota baru Seseven.Mereka pun melanjutkan perjalanan, lalu berhenti di sebuah jembatan yang ditutupi oleh gerbang."Rune, gunakan jurus anginmu yang tadi untuk membuka gerbangnya."Rune bingung kenapa Sam menyuruhnya untuk melakukan hal ini, padahal bisa saja membuka gerbang hanya dengan mendorong. Namun, karena tidak mau mencari masalah, ia pun menurut.Rune memasang kuda-kuda dan mematung selama beberapa detik sampai pedangnya penuh dengan angin.Setelah itu, ia langsung mengayunkan pedang secara diagonal sehingga terciptalah angin yang berkecepatan tinggi menabrak gerbang.Tidak disangka bahwa pagar kayu yang menempel di jembatan langsung rusak karena terjangan gerbang akibat jurus Rune. Hal itu membuat lelaki tersebut merasa bersalah.Sam tersenyum, kemudian memegang pundak Rune dan berkata, "Kerja bagus. Tolong jangan pikirkan tentang pagar yang rusak itu."Tim Seseven melanjutkan perjalanan dan saat melewati jembakan kayu, Rune mendengar suara orang berlari. Hal itu membuatnya berhenti melangkah.Beberapa detik kemudian, ia merasa jika hal itu tidak penting, lalu berjalan seperti biasa dan mencoba menghilangkan rasa penasarannya tentang orang lain yang berada di sini.Setelah berjalan jauh, akhirnya mereka sampai di sebuah desa. Sam melihat ke kanan dan kiri untuk mencari jalan ke tempat penginapan.Fony, seorang perempuan bersenjata sabit melihat sebuah kedai dan merasa ingin ke sana."Sam, bagaimana kalau kita makan terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan?" anjuran Fony sembari berharap Sam menyetujuinya."Kalian pergi saja, aku harus ke suatu tempat. Jika sudah, pergilah ke penginapan di desa ini."Sam berjalan menuju tempat tujuan, sementara keenam anggota tim Seseven masuk ke sebuah kedai, lalu memesan mie ayam. Fony merasa sangat senang karena setelah sekian lama, ia dapat memakan makanan yang menurutnya paling enak.Rune memikirkan tentang Sam. Bagaimana ketua tim Seseven itu berani pergi sendirian di desa lain. Secara tiba-tiba, sebuah pertanyaan muncul di benak Rune."Catly, apa misi kita?""Entah, aku pun tak tahu.""Bagaimana kau tidak tahu? kau itukan anggota Sesevan.""Kau juga anggota Seseven, harusnya kau tahu.""Dengar, Rune. Di tim Seseven, hanya Sam yang tahu apa misinya," ucap Fony.***Mereka semua sudah menghabiskan makanan. Kini, saatnya membayar. Rune menyerahkan sejumlah koin kepada pemilik kedai.Ia merasa bingung karena yang lain tidak membayar, lalu bertanya, "Kenapa kalian tidak membayar?""Uang kami disita oleh Sam. Jadi, terpaksa kami harus menunggunya," jawab Fony.Rune sangat terkejut dengan apa yang dikatakan oleh teman barunya itu."Kenapa Sam menyita uang kalian?""Itu sudah peraturan tim.""Jangan salahkan Sam. Ini semua salah Pak Tedak!" bentak Catly yang marah karena peraturan desa Dakheken.Ia mengepalkan tangan di meja seraya menunduk. Rune menjadi penasaran tentang tim Seseven dan ingin mengakhiri semua ini."Jelaskan padaku tentang semua yang kalian tahu tentang tim Seseven.""Banyak sekali peraturan. Kau akan tahu seiring berjalannya waktu," jawab Digi—lelaki bersenjata belati—tanpa menatap orang yang bertanya.Rune memanggil pemilik kedai, lalu memberikan banyak koin untuk membayarkan teman-temannya.***Mereka berjalan mengelilingi desa untuk mencari tempat penginapan. Akhirnya, Catly menemukannya, lalu menunjuk tempat tersebut dan memasukinya."Permisi, apa di sini ada orang yang bernama Sam?" tanya Catly kepada resepsionis."Akhirnya kalian sudah sampai," ucap Sam sembari berjalan menghampiri mereka.Rune ingin sekali bertanya tentang peraturan di tim Seseven, tetapi ia yakin jika Sam juga terpaksa menuruti perintah dari pemimpin desa."Aku sudah memesan kamar untuk kalian semua. Ikuti aku."Mereka berjalan mengikuti Sam sampai di sebuah lorong. Pemimpim tim Seseven menunjuk satu per satu orang dan kamar yang akan ditempati."Kalian istirahatlah. Aku ada urusan."Sam pergi meninggalkan mereka. Rune sangat penasaran dengan urusan pemimpinnya karena kenapa harus diselesaikan sendiri jika tim Seseven ada.Rune mulai berjalan mengikuti Sam, tetapi tiba-tiba Catly memegang tangannya sehingga ia berhenti melangkah.***Sam masuk ke sebuah rumah. Di dalamnya terdapat seorang wanita yang terikat di kursi dan dijaga oleh beberapa ninja."Apa yang kau mau?!"Sam tersenyum, lalu mengeluarkan pedang dan langsung menusukkannya ke dada wanita itu sehingga darah keluar dari dua jalur.Seorang perempuan melihat kejadian tersebut dari dalam lemari. Dia mengeluarkan air mata karena tidak sanggup kehilangan sang ibu.Sam mengetahui keberadaan anak dari orang yang ia bunuh, lalu menghampirinya, kemudian mengatakan, "Kita selesaikan ini di tempat pertandingan."***Keesokan harinya, tim Seseven melanjutkan perjalanan. Namun, beberapa langkah setelah keluar dari desa, mereka dihadang oleh seorang perempuan."Rune, bersiaplah untuk melawannya."Perempuan itu maju, lalu menyerang Sam, tetapi Rune menghalanginya dengan sangat cepat.Kedua pedang saling bertabrakan. Kini mereka beradu kekuatan. Rune tersenyum karena yakin kalau ia akan menang sebab musuh yang dilawan adalah seorang perempuan."Namaku Nina. Lelaki itu sudah membunuh ibuku."Bisikan dari perempuan tersebut membuat Rune terkejut. Ia yakin jika itu tidak benar dan ingin sekali menanyakan hal ini langsung kepada Sam, tetapi takut jika pemimpin Seseven tersebut tersinggung.Mereka melompat mundur, lalu memasang kuda-kuda. Rune berpikir cara untuk membuat perempuan itu pergi atau pingsan karena tidak ingin membunuhnya.Nina pergi untuk membuat sebuah rencana supaya bisa membalaskan dendam.Tim Seseven melanjutkan perjalanan. Namun, tiba-tiba Sam menghentikan langkah karena teringat satu hal."Ikuti aku."Mereka pergi ke tempat pertandingan yang tertutup. Di saat masuk ke bangunan tersebut, tim Seseven langsung dihadapkan oleh seorang perempuan yang sudah memasang kuda-kuda."Rune, hadapi perempuan itu. Aku dan tim akan duduk di bangku penonton," ucap Sam.Rune menghampiri Nina, lalu mengeluarkan pedang dan memasang kuda-kuda."Kau adalah anak buah orang itu. Jadi, aku akan membunuhmu," ucap Nina.Rune tersenyum karena merasa jika lawannya yang satu ini mudah untuk dikalahkan. Namun, hal itu tidak terjadi karena tiba-tiba Nina mengeluarkan petir ungu dari tangannya.Hal itu membuat Rune menjadi takut. Untung saja ia sempat melompat ke samping untuk menghindar.Rune berlari menghampiri lawannya, tetapi tiba-tiba Nina menembakkan petir lagi.Lelaki tersebut menangkisnya dengan pedang sembari berpikir keras cara mengalahkannya karena tidak mungkin menyerangnya dari dekat.Akhirnya, Rune mendapat sebuah ide. Ia memasukkan pedang, lalu menggenggam busur dan meluncurkan anak panah. Namun, serangan tersebut berhasil dihindari.Rune berpikir kalau ia harus menggunakan cara terakhir. Kedua tangannya mengambil dua belati yang menempel di punggung, lalu berlari dengan kecepatan tinggi serta menghindari setiap petir yang diluncurkan.Rune terus menyerang pedang yang melindungi tubuh Nina secara bertubi-tubi sehingga terciptalah cahaya yang indah.Di sebuah kesempatan, ia menendang perut Nina sampai perempuan tersebut terpental dan menabrak dinding, lalu duduk dalam keadaan lemas.Rune menghampiri, lalu menodongnya menggunakan pedang."Rune, bunuh dia!"Mendengar perintah dari Sam, Rune merasa tidak bisa bergerak karena bagaimana mungkin ia bisa membunuh seorang perempuan.Sam menghampiri kedua orang tersebut, lalu merebut pedang Rune karena yakin jika ia harus melakukan hal ini sendiri sebab percuma juga menyuruh orang lain.Lelaki tersebut memposisikan senjata itu tepat di dada Nina, lalu mendorongnya dengan telapak tangan. Perempuan tersebut langsung langsung memejamkan mata serta menutup rapat-rapat mulutnya menggunakan tangan karena tidak ingin memuntahkan darah seperti ibunya."Tunggu!" teriak Rune.Sam menghentikan laju pedangnya yang sudah sangat dekat dengan dada Nina."Kenapa?""Apa benar jika kau membunuh ibunya?"Sam menjauhkan pedang karena tertarik dengan pertanyaan Rune, lalu menjawab, "Ya.""Kenapa kau melakukan itu?""Karena itu adalah misiku."Rune tidak menyangka jika orang yang ia pikir baik, ternyata tega melakukan hal ini."Aku ingin bertanya sesuatu kepadamu, Nina. Kenapa kau tidak menyerangku dengan petirmu saat berada di gerbang masuk?""Karena aku tidak mau penduduk ketakutan.""Lalu kenapa kau juga tidak menyerangku saat ada di rumahmu?" tanya Sam yang juga penasaran."Jawabannya sama. Sekarang bunuhlah aku seperti yang kau lakukan kepada ibuku!"Sam menatap Rune, lalu menyodorkan pedang, kemudian bertanya, "Kau atau aku yang mengabulkan permintaannya?"Rune tahu apa yang dimaksud oleh Sam. Kini ia sedang menguatkan diri karena selama ini belum pernah membunuh seorang perempuan. "Jika kau membunuhnya dengan pedangmu, maka kau akan mendapatkan elemen petir." Rune terkejut dengan pernyataan Sam. Namun, tetap saja hal itu sulit untuk ia lakukan karena tidak tega melihat seorang perempuan kesakitan, meskipun rasa ingin memiliki elemen baru sangatlah besar. "Aku tadi sempat melihat bahwa pedangmu menyerap petir perempuan ini. Jadi, aku berpikir jika kau akan mendapatkan elemen petir jika membunuhnya." "Aku meminta kepadamu, bunuh aku!" bentak Nina karena tidak sanggup jika harus hidup tanpa ibu. Rune sudah mengambil keputusan. Ia menancapkan pedang ke dada Nina sehingga perempuan tersebut memuntahkan darah. Rune membuang muka karena tidak sanggup melihat wajah kesakitan sang korban. Tiba-tiba aliran petir mengalir ke dalam pedang. Sam terkejut karena ternyata dugaannya benar, padahal apa yang ia katakan hanya omong kosong untuk memb
Rune memasang kuda-kuda, kemudian menghindari setiap serangan dari Xioae dengan santai. Di saat yang tepat, ia menendangnya hingga terjatuh, lalu melompat dan menusukkan pedang tepat di dadanya. Xioae pun menghembuskan napas terakhir. Rune merasa tidak bersalah karena itu bukanlah seorang perempuan. Ia mengintip pertarungan Sam dari gerbang. Kilauan cahaya membuat matanya sulit dibuka. Sam melihat Rune, lalu berteriak, "Rune, bantu aku menghadapinya!" Rune segera berlari dan meluncurkan serangan berupa tusukan pedang, tetapi Clay menghindarinya dengan cara melompat ke belakang. Clay membuat pedangnya mengeluarkan cahaya, kemudian berlari menyerang Rune. Rune menangkis serangannya dengan kedua belati sembari menutup mata karena silau. Dalam seketika, senjatanya tersebut menyerap cahaya dari pedang Clay. Clay dan Sam terkejut. Rune mencoba membuka mata dan tersenyum karena cahaya itu sudah menghilang. Ia mulai menyerang balik dengan kecepatan tinggi sehingga Clay menjadi kewalaha
Pemimpin desa menghampiri anaknya dan berkata, "Nak, kamu sedang berbicara dengan siapa?" Anak itu menoleh, kemudian menjawab sembari menodongkan pedang, "Aku berbicara dengan pencuri ini." Pemimpin desa melihat ke arah anaknya menodong, tetapi tidak menemukan siapa pun. Rune segera masuk ke balai desa untuk mencari cincin penghancur dinding. Ia berjalan sembari melihat keindahan dari semua cincin yang tersusun rapi di meja. Penglihatannya dipertajam untuk bisa dengan cepat menemukan cincin yang dicari. Setelah beberapa menit, akhirnya Rune berhasil menemukannya, kemudian kembali ke penginapan dan memberikan cincin itu kepada Sam. Pemimpin Seseven merasa senang sehingga menunjukkan senyuman sembari melihat setiap sudut dari benda tersebut. "Bagus. Sekarang kau boleh pergi." Rune berjalan mengelilingi desa untuk mencari keberadaan Catly dengan tujuan mengajaknya berbicara. Akhirnya ia menemukan perempuan tersebut di tepi sungai. Anggota Seseven itu menghampiri dan duduk di sebelah
Catly sangat terkejut dengan pernyataan Sam karena apa yang selama ini ia pikirkan ternyata salah. "Tidak. Aku tidak akan membiarkanmu membunuh Mangan." "Oh, baiklah. Kalau begitu aku juga akan membunuhmu!" Sam berlari sembari mengeluarkan pedang, lalu menusukkan pedang ke dada Catly sehingga perempuan tersebut menutup mata dan berdiam diri karena rela mati demi Mangan. Tring! Catly membuka mata dan melihat teman satu tim melindungi dirinya. "Rune, apa yang kau lakukan?" tanya Sam dengan perasaan marah karena ada yang melindungi Mangan. Rune tersenyum, kemudian berkata, "Aku sudah tahu semua tentang Mangan bahwa ia adalah orang baik." "Aku juga baik." "Baik kau bilang! Setelah membunuh dua perempuan dan mencuri cincin, kau bilang itu baik?!" Sam melompat mundur, lalu menyimpan pedang sembari tersenyum. Rune merasa ingin sekali mengakhiri semua ini dan menjadikan Mangan sebagai pemimpin Seseven seperti yang Catly katakan. "Mari kita lihat seberapa hebatnya dirimu. Keluarkan s
Ai menunduk, kemudian mengangguk. Hal itu membuat Rune yakin jika kejadian kemarin malam bukanlah mimpi. "Apa kita beritahukan hal ini kepada semua?" tanya Ai dengan nada kecil. Rune memikirkan hal yang terbaik karena ia takut jika tahu tentang hal ini, kebahagian Seseven akan lenyap. Loli yang digendong oleh Mangan melihat ayah angkat dan merasa ingin bersamanya. Namun, ia tidak tahu bagaimana caranya. "Rune, sepertinya anakmu ingin kau menggendongnya," ucap Ai. Rune yang mendengar itu langsung tersenyum dan mencoba melupakan masalah yang dihadapi. Ia pun menghampiri Mangan dan berharap keinginannya terkabul. "Mangan, apa aku boleh menggendongnya?" "Boleh." Mangan berhenti dan menurunkan Loli. Rune tersenyum karena permintaannya terpenuhi, kemudian menggendong anak angkatnya tersebut. *** Sesampainya di desa, enam anggota Seseven makan di sebuah kedai, sementara Mangan pergi untuk menerima misi. Rune merasa bahagia saat menyuapi Loli. Tiba-tiba saja sang pemimpin datang dan h
"Baiklah, tetapi sebelum itu kita harus menyelesaikan masalah di desa ini," ujar Mangan. "Untuk menyelesaikan masalah di desa ini dengan cepat, kau harus memberitahu kami apa misinya." Semuanya terkejut saat Rune mengatakan hal tersebut karena mereka takut jika Mangan akan marah. Pemimpin Seseven menghembuskan napas karena mengalah. "Baiklah. Misi kita adalah menangkap pembelot yang mengadu domba antara desa ini dengan desa lain." *** Kini Seseven berada di ruangan pemimpin desa karena hujan badai datang. Mereka tengah berpikir cara untuk menangkap pembelot. Tiba-tiba Mangan berjalan mendekat ke jendela sembari melihat petir seraya berpikir jika si pembelot akan melakukan aksi saat semua penduduk berada di rumah. Dalam seketika sebuah ide pun muncul. "Ayo kita ke atap." Ai merasa cemas dan mulai berpikir cara untuk menolak perintah dari sang pemimpin karena ia takut terhadap petir. Seseven berjalan melewati pintu, tetapi tiba-tiba mereka berhenti karena Mangan melihat Ai berdia
Pasha mengaktifkan jurus menghilang. Sam merasa heran karena ia masih bisa melihat alatnya itu dan berpura-pura tidak bisa melihatnya. Pasha ingin mengetahui apakah dirinya masih bisa terlihat atau tidak dengan cara berjalan mengitari orang yang baru ia kenal. Sam mengumpulkan kekuatan untuk bisa membuat alatnya itu percaya bahwa ia tidak bisa melihatnya. "Bagus, sekarang kau tidak bisa dilihat," ucap Sam sembari tersenyum ke arah depan, padahal ia tahu jika Pasha ada di belakang. 'Ya, aku akan membuat kenakalan di desa ini menggunakan jubah penghilang untuk bisa membuat Ayah marah,' batin Pasha seraya tersenyum. Pasha berpikir sejenak karena masih belum percaya jika dirinya tidak bisa dilihat. Akhirnya, ia mencoba melakukan hal yang membuat Sam terpaksa memberitahu kebenarannya. Pasha mengeluarkan pedang, kemudian menusukkannya ke dada Sam. Hal itu membuat ia tahu jika ternyata dirinya telah dibohongi. "Apa yang kau lakukan?" "Ternyata kau membohongiku. Kau bilang aku tidak bi
"Maaf, Yang Mulia, tetapi kami bukanlah pembunuh bayaran," ujar Rune sembari menempelkan kedua tangannya. Luwe menghampiri Rune dengan wajah tidak suka, kemudian ia menatapnya dengan waktu yang lama. "Tolong jawab pertanyaanku. Jika seandainya temanmu sekarat, apakah kau akan membunuh musuh atau membiarkan mereka dibunuh?" Rune berpikir sejenak dan akhirnya mengerti dengan apa yang dimaksud oleh sang raja. Luwe tersenyum karena dugaannya benar bahwa lelaki pemanah tersebut tidak bisa menjawab. 'Malu sekali diriku. Kenapa harus mempertanyakan hal seperti itu,' batin Rune. "Baiklah, Ayah." *** Seseven memulai perjalanan melewati hutan yang memiliki sedikit pohon. Hal itu membuat mereka tidak kesulitan untuk berjalan. Rune ingin sekali mengetahui kenapa raja memanggil Mangan dengan sebutan Noa dan bagaimana lelaki tersebut bisa tinggal di tempat yang terpisah dari keluarganya. Namun, ia harus menunggu waktu liburan. Seseven sampai di kerajaan Taro yang sangat sepi, lalu mereka mas