Zoya tersenyum melihat pantulan dirinya di cermin, dia terus memutar tubuhnya kekiri, kanan, dan sesekali menunjukkan wajah baby eyesnya. Dia yang mengenakan kebaya putih sederhana namun tetap elegan, ditambah make up tipis mampu merubah penampilannya bak putri keraton. "Aku memang cantik, dilihat dari segi manapun tetap cantik, apalagi dengan pakaian seperti ini. Wow." pujinya penuh percaya diri.Zoya kembali berlenggak-lenggok di depan cermin, mencoba berbagai gaya dan pose menganggap jika dirinya tengah berada di depan kamera hingga mengabaikan ketukan pintu yang sudah beberapa kali terdengar. "Ya salam Zo. Yang diluar udah jamuran menunggu, kamu malah asik sendiri disini." ucap Vina yang akhirnya menerobos masuk."Sudah ayo buruan keluar. Kamu ini mau nikah apa fashion show sih?" jengahnya mendapati Zoya masih tidak memperdulikan kehadirannya."Kamu lihat nih, jariku sampai merah karena terlalu lama mengetuk pintu kamarmu, tau!" sungut Vina memasang wajah sedihnya."Lebay! salah
Pesta sederhana itu berakhir hingga tengah malam, banyaknya tamu undangan yang datang membuat Danu juga Lisa terheran-heran. Pasalnya dari semua tamu yang membludak malam itu tidak ada satupun yang mereka undang. Lalu bagaimana mereka bisa tahu jika pewaris Atmadja itu tengah melangsungkan pernikahan?Pandangan ibu dan anak seketika memicing ke arah Tony yang tanpa sengaja juga mengarah pada mereka. Pria itu hanya menunjukkan barisan gigi putihnya saat mendapat tatapan penuh selidik dari atas pelaminan. Dan kini sudah bisa dipastikan jika keramaian itu pasti Tony lah dalangnya.Banyaknya tamu undangan membuat Zoya kelelahan karena terlalu lama berdiri. Sampai akhirnya saat waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, Danu menyuruh wanita yang sudah sah menjadi istrinya itu untuk beristirahat lebih dulu. Merasa mendapat angin segar, Zoya langsung turun dari pelaminan dibantu Melly menuju kamarnya. Ketika acara selesai, Danu gegas kembali ke kamarnya, namun naas ketika sudah berada d
Seminggu berlalu setelah pernikahan, tidak ada yang terjadi pada pasangan pengantin baru itu, dengan segala alasan dan tipu dayanya Zoya selalu berhasil melarikan diri saat Danu hendak meminta haknya. Dan sialnya setelah tiga hari menikah tamu tak di udang Zoya datang diwaktu yang tidak tepat, sehingga membuat Danu selalu uring-uringan.Impian pernikahan bahagia dengan bayangan enak saat malam hari ambyar sudah, yang ada pria berperawakan tinggi tegap itu sering berolahraga tengah malam dan pagi hari demi mengalihkan pikirannya untuk kembali sehat. "Pagi brother, pagi ini kita ada rapa—" kalimat Tony menggantung saat seperti biasa dirinya menerobos masuk ruangan sahabat sekaligus atasannya itu mendapati pemilik ruangan tengah melakukan hal yang membuat dirinya tercengang."Sedang apa kamu, Dan!" seru Tony seraya melangkah cepat mendekati Danu yang tidak menghiraukan kedatangannya."Diamlah, sebutkan saja apa agendaku hari ini." pungkas Danu yang tetap melanjutkan gerakannya. Melihat
"Maaf.. Aku tidak tahu." lirih Danu penuh sesal."Ganti!" tegas Zoya, dengan sorot mata tajam."Iya ya.. Aku akan minta bik Marni membelikannya untukmu.""Tidak mau! bik Marni dan pelayan yang lain sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing," sela Zoya cepat."Kalau begitu aku akan meminta tolong Viba atau Melly saja," ucap Danu, masih terlihat tenang."Mereka tidak ada, sudah berangkat dengan ibu pagi-pagi sekali tadi. Mereka keluar kota hari ini." sungut Zoya."Lalu?" tanya Danu yang merasa tersudut dengan tatapan Zoya, hatinya was-was merasa akan ada sesuatu yang terjadi padanya. "Om beli sendiri, sekarang. Tanpa penolakan!" tegas Zoya penuh penekanan di setiap kalimatnya.JlepTepat sasaran, ternyata apa yang ditakutkan benar-benar terjadi. Dia sendirilah yang harus pergi. Danu ternganga berusaha menyakinkan diri, seraya merutuki kebodohan yang telah dia lakukan.'Sial.. Niat baik berujung petaka ya ini.' Batin Danu melirik sini istri kecilnya yang masih pertahankan panjangan."K
"Apa sih berisik banget, aku belum tuli!" sentak Danu seraya kembali melangkah keluar, dia yang sebelumnya terkejut mendengar suara Zoya melengking tinggi gegas keluar. Khawatir jika terjadi sesuatu pada istri kecilnya itu. Tapi nyatanya?"Ini kenapa pampers orang tua yang om beli?" tunjuknya sambil mengarahkan satu kemasan besar ke hadapan Danu. "Lalu apa bedanya, sama-sama pelindung, kan?" sahut Danu acuh setelah dia berhasil menguasai diri dari keterkejutan."Beda om, ini pampers orang tua, dan lagi ini ukurannya…" ucap Zoya mengantung memotong kalimatnya."Itu sudah kamu cek semua?" selanya cepat seraya menunjuk kantong belanjaan dengan dagu."Kali aja yang kamu cari ada di bagian bawah." menatap sinis Zoya, yang juga mendengus kesal padanya."Awas aja kalau gak ada, resiko balik lagi!" mengancam, namun tak urung tangan berjari lentik itu terulur untuk kembali memeriksa ulang isi kantong plastik berukuran jumbo didepannya. Dan seperkian detik berikutnya, raut wajah Zoya seketika
Danu heran melihat keadaan rumah yang gelap, baik didalam maupun diluar tak ada satupun lampu dinyalakan. Hanya terang dari lampu taman yang terlihat di berbagai titik, karena memang lampu-lampu itu dirancang otomatis menyala saat malam hari. Sultan mah bebas.Jika sebelumnya Danu membuka gerbang sendiri karena tidak mendapati dua penjaga yang biasanya ada standby disana, kini dirinya harus dihadapkan suasana gelap yang mencekam. Buat pria itu berulang kali berdecak kesal. "Kemana Zoya dan semua pelayan? Kenapa rumah dibiarkan gelam begini sih, macam rumah kosong saja," gerutunya saat keluar dari mobil, bahkan Danu harus menggunakan flashlight dari ponselnya agar tidak tersandung sesuatu atau terjatuh mengingat tempat dimana ia menginjakkan kaki sangat gelap."Kalau seperti ini ada maling juga tidak tahu." gerutunya lagi saraya melangkah ke teras rumah. "Astaga! Bahkan pintu saja tidak di kunci. Ceroboh sekali mereka!" Danu terkejut begitu mengetahui pintu tidak terkunci.Setelah ma
"Bagaimana kalau kita makan di warung tegal om, atau di tenda pinggir jalan saja. Rasanya juga gak kalah nendang dari restoran yang waktu itu kita datangi." ucap Zoya menggebu."Boleh," sahut Danu.Kini keduanya sudah berada di dalam mobil Danu yang melaju membelah jalanan ibukota, keadaan jalan yang cukup lenggang membuat Danu bisa sedikit menambah kecepatan agar mereka lebih cepat tiba di tempat yang Zoya inginkan. Meskipun Danu terlahir dari keluarga serba berkecukupan, namun dia bukan orang pemilih yang harus selalu berada di tempat-tempat elit. Untuk itu mendengar tempat yang direkomendasikan istrinya tanpa berpikir panjang Danu langsung mengiyakan. Karena sebenarnya dia sering melakukan itu dengan Tony.Danu tersenyum mengingat saat dirinya pergi bersama Tony untuk makan di tempat yang hendak dia kunjungi bersama Zoya malam itu. Banyak orang yang beranggapan terbalik tentang dirinya dengan Tony. Penampilan Danu yang nyentrik terkesan jadul, tak jarang banyak orang menganggap ji
"Memangnya kenapa semua pelayan ibu liburkan om?" setelah drama bocil berlalu, Zoya membuka pembicaraan lebih dulu menanyakan perihal kenapa semua pekerja di istana Atmadja diliburkan. Mengingat jika saat itu bukan hati besar, atau ada peringatan apapun sehingga semua harus libur. Sebelumnya Zoya berpikir masa bodoh, namun kejanggalan itu cukup menggelitik hati sehingga mendorong ia untuk bertanya.Kini keduanya sudah duduk lesehan di dalam warung tenda menunggu pesanan datang. Danu tetap pada pesanan pertama, bebek bakar madu. Sementara Zoya memilih nila bakar dan kawan-kawan sebagai menu makan malamnya."Om. Malah senyum-senyum sih, bukanya jawab juga," decak Zoya sebal melihat Danu yang enggan menjawab tapi justru tersenyum tidak jelas."Apa sayang…" mendengar panggilan manis itu keluar begitu ringan dari mulut Danu, Zoya memutar mata malas."Ish, kamu ini jadi istri gak ada manis-manisnya, dipanggil sayang bukannya senang malah begitu reaksi kamu." kini justru Danu lah yang balik m