"Maaf.. Aku tidak tahu." lirih Danu penuh sesal."Ganti!" tegas Zoya, dengan sorot mata tajam."Iya ya.. Aku akan minta bik Marni membelikannya untukmu.""Tidak mau! bik Marni dan pelayan yang lain sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing," sela Zoya cepat."Kalau begitu aku akan meminta tolong Viba atau Melly saja," ucap Danu, masih terlihat tenang."Mereka tidak ada, sudah berangkat dengan ibu pagi-pagi sekali tadi. Mereka keluar kota hari ini." sungut Zoya."Lalu?" tanya Danu yang merasa tersudut dengan tatapan Zoya, hatinya was-was merasa akan ada sesuatu yang terjadi padanya. "Om beli sendiri, sekarang. Tanpa penolakan!" tegas Zoya penuh penekanan di setiap kalimatnya.JlepTepat sasaran, ternyata apa yang ditakutkan benar-benar terjadi. Dia sendirilah yang harus pergi. Danu ternganga berusaha menyakinkan diri, seraya merutuki kebodohan yang telah dia lakukan.'Sial.. Niat baik berujung petaka ya ini.' Batin Danu melirik sini istri kecilnya yang masih pertahankan panjangan."K
"Apa sih berisik banget, aku belum tuli!" sentak Danu seraya kembali melangkah keluar, dia yang sebelumnya terkejut mendengar suara Zoya melengking tinggi gegas keluar. Khawatir jika terjadi sesuatu pada istri kecilnya itu. Tapi nyatanya?"Ini kenapa pampers orang tua yang om beli?" tunjuknya sambil mengarahkan satu kemasan besar ke hadapan Danu. "Lalu apa bedanya, sama-sama pelindung, kan?" sahut Danu acuh setelah dia berhasil menguasai diri dari keterkejutan."Beda om, ini pampers orang tua, dan lagi ini ukurannya…" ucap Zoya mengantung memotong kalimatnya."Itu sudah kamu cek semua?" selanya cepat seraya menunjuk kantong belanjaan dengan dagu."Kali aja yang kamu cari ada di bagian bawah." menatap sinis Zoya, yang juga mendengus kesal padanya."Awas aja kalau gak ada, resiko balik lagi!" mengancam, namun tak urung tangan berjari lentik itu terulur untuk kembali memeriksa ulang isi kantong plastik berukuran jumbo didepannya. Dan seperkian detik berikutnya, raut wajah Zoya seketika
Danu heran melihat keadaan rumah yang gelap, baik didalam maupun diluar tak ada satupun lampu dinyalakan. Hanya terang dari lampu taman yang terlihat di berbagai titik, karena memang lampu-lampu itu dirancang otomatis menyala saat malam hari. Sultan mah bebas.Jika sebelumnya Danu membuka gerbang sendiri karena tidak mendapati dua penjaga yang biasanya ada standby disana, kini dirinya harus dihadapkan suasana gelap yang mencekam. Buat pria itu berulang kali berdecak kesal. "Kemana Zoya dan semua pelayan? Kenapa rumah dibiarkan gelam begini sih, macam rumah kosong saja," gerutunya saat keluar dari mobil, bahkan Danu harus menggunakan flashlight dari ponselnya agar tidak tersandung sesuatu atau terjatuh mengingat tempat dimana ia menginjakkan kaki sangat gelap."Kalau seperti ini ada maling juga tidak tahu." gerutunya lagi saraya melangkah ke teras rumah. "Astaga! Bahkan pintu saja tidak di kunci. Ceroboh sekali mereka!" Danu terkejut begitu mengetahui pintu tidak terkunci.Setelah ma
"Bagaimana kalau kita makan di warung tegal om, atau di tenda pinggir jalan saja. Rasanya juga gak kalah nendang dari restoran yang waktu itu kita datangi." ucap Zoya menggebu."Boleh," sahut Danu.Kini keduanya sudah berada di dalam mobil Danu yang melaju membelah jalanan ibukota, keadaan jalan yang cukup lenggang membuat Danu bisa sedikit menambah kecepatan agar mereka lebih cepat tiba di tempat yang Zoya inginkan. Meskipun Danu terlahir dari keluarga serba berkecukupan, namun dia bukan orang pemilih yang harus selalu berada di tempat-tempat elit. Untuk itu mendengar tempat yang direkomendasikan istrinya tanpa berpikir panjang Danu langsung mengiyakan. Karena sebenarnya dia sering melakukan itu dengan Tony.Danu tersenyum mengingat saat dirinya pergi bersama Tony untuk makan di tempat yang hendak dia kunjungi bersama Zoya malam itu. Banyak orang yang beranggapan terbalik tentang dirinya dengan Tony. Penampilan Danu yang nyentrik terkesan jadul, tak jarang banyak orang menganggap ji
"Memangnya kenapa semua pelayan ibu liburkan om?" setelah drama bocil berlalu, Zoya membuka pembicaraan lebih dulu menanyakan perihal kenapa semua pekerja di istana Atmadja diliburkan. Mengingat jika saat itu bukan hati besar, atau ada peringatan apapun sehingga semua harus libur. Sebelumnya Zoya berpikir masa bodoh, namun kejanggalan itu cukup menggelitik hati sehingga mendorong ia untuk bertanya.Kini keduanya sudah duduk lesehan di dalam warung tenda menunggu pesanan datang. Danu tetap pada pesanan pertama, bebek bakar madu. Sementara Zoya memilih nila bakar dan kawan-kawan sebagai menu makan malamnya."Om. Malah senyum-senyum sih, bukanya jawab juga," decak Zoya sebal melihat Danu yang enggan menjawab tapi justru tersenyum tidak jelas."Apa sayang…" mendengar panggilan manis itu keluar begitu ringan dari mulut Danu, Zoya memutar mata malas."Ish, kamu ini jadi istri gak ada manis-manisnya, dipanggil sayang bukannya senang malah begitu reaksi kamu." kini justru Danu lah yang balik m
"Om! Ma-mau apa?" Ziya tergagap begitu mereka memasuki kamar Danu langsung mendekapnya dari belakang."Aku hanya ingin meminta hakku, bukannya kamu sudah selesai?" belum sempat Zoya menjawab, tapi dia sudah merasakan tangan Danu meraba bagian bawah belakang tubuhnya."Kamu bahkan tidak menggunakan benda sialan itu lagi, bukan?" tubuh mungil yang tenggelam dalam dekapan Danu itu memegang, berulang kali Zoya menelan ludah susah payah."Ta-tapi..?""Kamu mau dosa, hm?"Sungguh Zoya sangat takut untuk melakukan kewajibannya yang satu itu, karena sehari setelah pernikahan Vina sahabat tak berakhlaknya itu menunjukkan sebuah video mesum pasangan yang tengah enak-enak, dan sialnya saat Zoya memberanikan diri untuk ikut melihat bertepatan si wanita di dalam video tengah menjerit serta merintih kesakitan. "Memangnya harus ya om?" Reflek Danu melepaskan diri."Maksudmu?" diputarnya tubuh Zoya agar menghadap dirinya."Kamu menyesal menikah denganku?" ditatapnya penuh selidik wajah menunduk istr
Sentuhan-sentuhan lembut Danu berikan agar istrinya bisa lebih rileks tidak terlalu kaku. Sesungguhnya semalam Danu sendiri bingung harus memulainya dari mana, karena melakukan kontak fisik dengan wanita ini baru kali pertama baginya. Namun entah mengapa pagi ini dia seolah mendapat wangsit, sehingga naluri sebagai pria sejati muncul begitu saja.Apakah karena mimpinya semalam?Sebenarnya saat Zoya bangun tidak lama Danu juga ikut terbangun. Pria itu terkejut begitu merasakan juniornya sudah menegang sempurna, dan yang membuat Danu heran ada desiran mendesak ingin segera tertuntaskan."Cih, akhirnya aku harus melakukan hal yang paling aku benci!" sembari mengguyur tubuhnya di bawah shower, Danu terus mengumpat saat tangannya bekerja menjinakkan junior.Tapi setelah beberapa saat berlalu, Zoya yang mengira Danu masih tidur berusaha membangunkannya. 'Haha ini sih namanya pucuk di cinta, dia pun tiba..' tanpa aba-aba Danu langsung menarik tangan Zoya.Kini sepertinya keinginan untuk mew
Nikmat hakiki tengah dirasakan pasangan pengantin baru yang tidak mau berhenti bercocok tanam. Danu dengan bangga menunjukkan kelebihan yang beberapa saat lalu ia maksudkan. Membuktikan jika keperkasaannya tidak kaleng-kaleng. Dan dengan dalih memberi diskon, pria dewasa itu berhasil membuat istri kecilnya menggerutu sepanjang hari."Stop om! Jangan lagi!" cegah Zoya ketika mendapati tatapan mesum suaminya."Ayolah sayang, sekali lagi ya..""Enggak!" tolaknya tegas.Zoya sungguh menyesali kebodohannya yang menantang minta lagi, ia mengira dengan penampilan udik suaminya itu tidak akan sanggup melakukannya lagi. Tapi ternyata? Justru dirinya sendirilah yang di buat kewalahan. "Mumpung masih diskon nih.." senyum menyebalkan disertai kedipan mata tidak lagi Zoya hiraukan, bahkan wanita yang bukan lagi gadis itu menepisnya dengan cepat."Bodo amat!" "Katanya mau nyenengin suami?" Zoya yang tengah menyisir rambut menatap tajam wajah menyebalkan suaminya dari pantulan cermin di depannya. S