Sudah sejak tadi Audry mengawasi pergerakan penunjuk waktu di dinding. Sepuluh menit berlalu sejak pukul lima sore. Detak jantung Audry semakin menghentak bersama jarum jam yang tak henti berputar.Sudah terlambat dari waktu yang dijanjikan Jeff untuk menjemput Tania. Tapi Audry yakin lelaki itu tidak mungkin membatalkannya. Mungkin saat ini Jeff sedang berada di jalan. Sebentar lagi dia akan segera tiba lalu membawa Tania pergi darinya."Dyp, apa kita kabur aja?" Ide itu tercetus begitu saja di benak Audry. Audry tidak siap jika harus memberikan Tania pada mantan suaminya."Mau kabur ke mana, Yang?" tanya Dypta balik. "Ke mana aja, pokoknya jauh dari sini. Aku nggak mau memberikan Tania. Jeff sebentar lagi akan ke sini.""Oke, kalau pun kita bisa kabur apa kamu yakin Jeff nggak bakal menemukan kita?" tanya Dypta lagi sambil memandangi wajah Audry lekat-lekat.Audry terdiam tanpa kata. Ia tidak tahu apa jawabannya. Yang ia tahu, Jeff tidak akan membiarkan mereka lolos. Pria itu pasti
Seminggu berlalu sejak hari itu. Jeff tak kunjung datang menjemput Tania. Audry dan Dypta bertanya-tanya apa yang terjadi pada laki-laki itu. Apa mungkin dia membatalkan rencananya? Atau jangan-jangan sedang menyusun strategi baru.Hingga saat ini kedua pasangan itu tetap waspada. Mereka menjaga Tania sebaik mungkin. Tidak mengizinkannya keluar jauh dari rumah tanpa pengawasan."Menurutmu kenapa Jeff nggak jadi ngejemput Tania?" tanya Audry sambil memberi makan Rogen, sedangkan Dypta sibuk membumbui potongan ayam.Dypta menolehkan kepala mendengar pertanyaan Audry. "Kamu mau aku datang ke sana dan cari info?"Audry memang merasa penasaran, tapi ia tidak ingin Dypta mengantar nyawa dengan langsung mendatangi rumah Jeff."Jangan ke rumah, coba ke cafe aja."Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Dypta berangkat ke Manhattan Cafe atas permintaan Audry."Dyp, hati-hati ya ...," ucap Audry di depan pintu rumah.Dypta tersenyum sambil menganggukkan kepala."Pa, itut! Dek ituuttt!" Rogen meman
"Gimana, Dyp?" Audry menyambut dengan pertanyaan begitu Dypta tiba di rumah.Dypta menggandeng tangan Audry agar duduk bersamanya. "Aku udah ke cafe. Ternyata tutup. Terus ketemu sama Inggrid. Dia bilang Jeff sakit.""Dia sakit apa?" tanya Audry ingin tahu."Dia kena stroke.""Stroke?" Audry mengulangi dengan nada yang lebih tinggi dari Dypta.Dypta menganggukkan kepala. Ia ikut prihatin dan berempati pada kejadian yang menimpa Jeff. Dan sama seperti Dypta serta yang lainnya, orang-orang yang mengenal Jeff juga tidak menyangka."Kamu mau kita ke sana?" ujar Dypta menanyakannya. Ia tidak keberatan jika Audry ingin membesuk mantan suaminya."Menurutmu gimana?""Aku kasihan sama Om Jeff. Dia sudah kehilangan istri dan anak lalu sekarang sakit keras. Walau gimana-gimana dia tetap keluargaku meskipun hubungan kekerabatan kami nggak terlalu dekat."Dypta dan Audry akhirnya memutuskan untuk membesuk Jeff. Mereka membawa anak-anak.Karena tidak tahu persis di mana keberadaan Jeff, keduanya me
Dypta sudah menunggu di depan rumah dengan Rogen saat Audry muncul. Lelaki itu tampak sedang termenung. Sebatang rokok terselip di antara jari-jemarinya."Dyp ..."Dypta tersentak ketika Audry menyentuh pundaknya. Ia langsung menoleh. "Udah selesai, Yang?"Audry menganggukkan kepala."Bentar ya, aku pesan taksi dulu."Dypta membuang rokok kemudian menggulir menu di ponselnya.Selagi menunggu taksi datang, mereka duduk menanti di dekat pos sekuriti penjaga rumah.Audry dan Dypta sama-sama diam. Keduanya larut dalam pikiran masing-masing. Sedangkan anak-anak bermain berdua.Tania mengajari Rogen berjalan dengan membimbing tangan adiknya itu. Saat Rogen tersandung dan hampir terjatuh, Tania dengan sigap menyambut tubuhnya. Audry dan Dypta tersenyum haru melihat anak mereka. Meski keduanya bukan saudara kandung namun mereka saling sayang satu sama lain."Mas Dypta, saya mau bicara sebentar." Tiba-tiba Dana datang menghampiri keduanya."Iya, Pak," sahut Dypta datar. Dypta sudah kehilangan
Hari ini Audry dan Dypta mengemasi barang-barang. Dypta sudah mendapat rumah kosong yang pas untuk ditempati berempat. Walau tidak terlalu besar tapi jauh lebih luas dari sebelumnya. Anak-anak juga jadi memiliki ruangannya sendiri.Wulan yang ikut membantu nampak sedih karena akan berpisah dengan Dypta.“Cemberut aja, Lan, ada masalah?” tegur Dypta yang menyadari perubahan ekspresi Wulan.“Ulan sedih, Bang,” jawab Wulan jujur.“Sedih kenapa? Diputusin pacar? Sedih sih boleh aja tapi jangan sampai bunuh diri ya.”“Ih, Abang, bukan ituuu …” Gadis itu memberengut. “Ulan mana punya pacar.”Dypta tertawa pelan. ”Jadi sedih kenapa dong?”Wulan mengangkat wajahnya, lantas menatap Dypta dengan tatapan yang begitu dalam. “Ulan sedih karena Bang Dypta mau pindah.”“Emang kenapa kalo Abang pindah?”“Ulan jadi nggak bisa ketemu Abang lagi.”“Siapa bilang? Masih kok. Kita masih bisa ketemu di resto.”Dypta sudah memutuskan tetap mempekerjakan Wulan bersamanya. Gadis muda itu berjasa begitu banyak
Audry tidak pernah menyangka semua yang terjadi dalam hidupnya begitu mengejutkan. Setelah lika-liku kisah kehidupannya yang pahit, pada akhirnya ia sampai pada titik yang diinginkan setiap manusia.Di saat Audry berbahagia, orang-orang yang selama ini menjahatinya mendapat cobaan bertubi-tubi. Mulai dari Jeff hingga Nora dan Inggrid. Inggrid akhirnya diamputasi. Kakinya tak tertolong lagi.Audry tidak tahu bagaimana perkembangan terakhir Jeff karena ia memilih fokus pada kehidupannya yang baru dengan Dypta.Operasi kedua Rogen sudah selesai dilakukan lebih tepatnya awal bulan ini atau dua minggu yang lalu. Mereka memutuskan operasi dilakukan sebelum Rogen merayakan ulang tahun yang pertama. Rogen baru akan memperingati hari lahirnya beberapa hari lagi.Sementara itu Dypta sudah disibukkan dengan usaha lamanya namun dalam kemasan baru. Mereka pun sepakat memberi merek dagang usaha mereka yaitu DFC. DFC bukanlah Dypta fried chicken melainkan Delicious Fried Chicken.Sesekali Audry data
"Ada peristiwa apa, Bu? Kami sudah lama nggak ke sini." Dypta mewakili Audry berbicara.Ibu-ibu itu saling sikut hingga akhirnya pemilik warung memutuskan untuk memberitahu."Kamu benar Riry?" tanyanya sambil memindai sosok Audry dari puncak kepala hingga ujung kaki. Penampakan fisik Audry dan penampilannya membuat perempuan itu pangling."Iya, Bu. Saya adalah Riry atau Audry. Orang tua saya baik-baik aja kan, Bu?" kejar Audry tidak sabar. Perasaan khawatir mulai melingkupi seluruh diri. Ia mengencangkan doa di dalam hati demi kebaikan kedua orang tuanya."Sekitar enam atau tujuh tahun yang lalu, tidak lama setelah anak gadisnya pergi dan menikah dengan orang kota, terjadi kebakaran besar di rumah Pak Harlan, tepat tengah malam di saat semua orang sedang tidur. Pak Harlan, istri dan anak-anaknya ikut terbakar."Sekujur tubuh Audry mendadak lemas. Lututnya goyah, wajahnya berubah pucat pasi saat mendengar penuturan dari pemilik warung."Yang, yang kuat," bisik Dypta. Ia langsung menyan
Audry dan Dypta akhirnya tiba di rumah setelah perjalanan panjang yang melelahkan.Anak-anak terlihat penat. Keduanya langsung terkapar. Ini adalah perjalanan darat terjauh mereka.Audry ikut membaringkan badan. Selain lelah ia juga digerogoti kesedihan yang mendalam. Rasa sedihnya tak habis-habis yang membuatnya terbunuh rasa bersalah. Kenapa ia tidak mengetahui jika keluarganya telah lama tiada? Satu pertanyaannya kini, apa Jeff mengetahui semua itu?Meskipun Audry sudah putus hubungan dengan keluarganya, tapi setidaknya Jeff memberitahu jika mereka sudah berpulang.Dypta masuk ke kamar dengan membawa nampan berisi sepiring nasi dan segelas teh hangat. Setelah meletakkan di nakas, ia duduk di tepi ranjang sambil membelai kepala Audry yang berbaring memunggunginya.“Yang, makan dulu yuk.”Tidak ada respon dari Audry. Air matanya kembali menitik ketika teringat orang tua dan adik-adiknya yang telah tiada.“Kamu belum makan dari tadi, Yang, nanti kamu bisa sakit. Aku suapin ya?”“Aku n