Pagi ini Audry bangun lebih lambat dari hari-hari sebelumnya. Semalam tidurnya cukup nyenyak meskipun aura di rumahnya semakin panas.Bahkan tadi kalau bukan Tania yang membangunkannya mungkin hingga saat ini Audry belum akan membuka mata.Audry mengurus Tania, mulai dari memandikan, menyiapkan pakaian sekolah, membantu merapikannya serta menyisir rambut anak itu. Setelah semua siap mereka langsung menuju ruang makan.Audry tidak perlu merasa terkejut karena begitu tiba di sana Nora sudah duduk manis bersama Jeff.“Selamat pagi, Bu Audry.” Nora menyapa Audry dengan ramah.“Pagi, Nora. Gimana tidurnya semalam? Nyenyak?” Audry tak kalah ramah membalas sapaan itu seakan tidak terjadi apa-apa.Nora tampak kikuk. Sikap yang ditunjukkan Audry membuatnya merasa berdosa. Bagaimana mungkin tidurnya bisa nyenyak setelah mendapatkan siksaan dari Jeff?Tadi malam setelah selesai bercinta, Jeff melepaskan Nora dari ikatannya. Begitu Jeff membuka lakban dari mulutnya, Nora langsung menceracau, meng
Masuk ke mobilnya, Dypta tidak langsung melaju. Ia berkaca di spion tengah sambil mengamati penampilannya saat ini.Rambut panjang bergelombang, kacamata minus, kumis dan jenggot yang tumbuh rapi di area atas bibir, dagu, serta sebagian rahang menyamarkan bentuk asli wajahnya. Behel yang kini kembali memagari giginya membuat segalanya semakin sempurna.Pagi ini Dypta akan menemani Tjakra menghadiri meeting. Mereka memperebutkan sebuah tender yang diikuti oleh beberapa perusahaan freight forwarding. Dan salah satu kompetitor mereka adalah Radian Group, perusahaan milik Jeff. Hari ini adalah pengumuman pemenangnya.Dypta tiba di kantor tidak lama kemudian. Setelah bertemu dengan Tjakra, pria itu mengajaknya ke pelabuhan cargo sebelum menghadiri pertemuan.Tidak semua orang bisa masuk ke pelabuhan cargo. Aksesnya sangat terbatas. Hanya orang-orang tertentu yang memilikinya. Sedangkan di Eternity (perusahaan milik Tjakra) sendiri, hanya bagian operasional yang diizinkan masuk. Itu pun aks
Dypta dan Tjakra akhirnya tiba di Nusantara Tower sekitar dua puluh menit kemudian. Di kantor itulah pertemuan diadakan antara user, buyer, serta para stakeholders lainnya.Mereka langsung menuju lantai sepuluh. Saat sedang menunggu antrian di depan lift, notifikasi ponsel Dypta berdenting. Ada pesan masuk dari Audry.Audry: Dyp, aku udah mulai masak. Kamu jadi makan siang di sini kan?Dypta: Jadi dong. Kamu masak apa?Audry: Rahasia pokoknya. Nggak seru kalau dikasih tahu sekarang.Dypta: Pake rahasia-rahasia segala sama aku.Audry: Hehe ... Dyp, kalau aku bawa Tania ke sini pulang sekolah gimana?Dypta: Jangan dulu ya, terlalu berisiko. Aku takut Tania keceplosan dan semua rencana kita gagal total.Audry: Oke kalau gitu.Dypta: Udah dulu ya, ini meeting udah mau dimulai. Love you. Kamu hati-hati di sana.Audry: Love you too. Kamu juga hati-hati.Dypta menyimpan ponsel bersamaan dengan pintu lift yang terbuka. Setelah orang-orang dari dalam lift keluar, Dypta dan Tjakra masuk bersama
Dypta membuka pintu apartemeen dengan gerakan perlahan. Seketika aroma bawang goreng menguar ke udara dan terhirup oleh hidungnya. Membuat perutnya semakin lapar.Dypta tersenyum. Ia meneruskan langkahnya ke belakang, tepat ke arah dapur dengan gerakan seperlahan mungkin agar tidak menghasilkan suara sehalus apa pun. Di sana ia melihat Audry sedang berdiri di depan kompor membelakanginya.“Lagi masak apa, Yang?”Audry terperanjat ketika tubuhnya tiba-tiba dipeluk dari belakang. Ia tidak perlu bertanya itu siapa.”Ih, pulang kok nggak bilang-bilang?” ujarnya sambil memutar kepala dan mengusap pipi Dypta.”Tadi pagi aku kan udah bilang,” jawab laki-laki itu sambil melabuhkan kecupan lembut di pipi Audry.”Iyaaa, tapi maksudku yang sekarang lho, Dyp, kamu tuh pulangnya diam-diam, tau-tau meluk aku kan bikin aku kaget.”Dypta tertawa pelan. Bibirnya kemudian menyapu leher Audry dari belakang yang membuat perempuan itu meremang.“Tadi aku lihat banyak banget bahan di kulkas sampai bingung
Audry pulang ke rumah sore itu. Ia tidak menemukan suaminya di sana. Mungkin Jeff masih di kantor atau bisa jadi di luar menghibur diri.Namun baru saja Audry memikirkan apa yang dilakukan Jeff di luar sana, pintu kamarnya terbuka. Jeff muncul tiba-tiba.Audry mengamati dalam diam gerak-gerik suaminya itu.Air muka Jeff terlihat kusut. Yang menggambarkan betapa keruh suasana hatinya saat ini.Jeff melangkah mendekat. Laki-laki itu melonggarkan dasi yang tersimpul dengan erat di lehernya.Audry langsung ingat nasihat Dypta tadi. Ia harus bersikap menjadi istri yang baik serta menunjukkan pengabdiannya pada suami.Audry lantas beranjak dari sisi ranjang dan berjalan menghampiri Jeff."Pi, mukamu kusut, kamu lagi capek atau sedang ada masalah?" tanya Audry hati-hati.Jeff tersenyum miring, sedikit heran pada Audry yang tumben memerhatikannya. "Apa pedulimu?" ketusnya dingin."Tentu aku peduli. Aku ini istrimu, apa kamu lupa?" Audry berdiri di depan Jeff lantas mengusap dada pria itu.Je
Audry memijit kepalanya yang terasa sakit dan berat. Badannya juga sedikit panas. Suhu tubuhnya naik. Ia tadi sudah meminum obat yang aman untuk wanita hamil dari dokter Amanda, namun hingga saat ini tidak ada efek yang baik padanya. Sesuatu memenuhi benaknya. Mengganggu hati dan pikirannya dan tidak mampu untuk ia hentikan. Audry terus memikirkannya sampai kepalanya serasa akan pecah. Saking beratnya Audry sampai merasa mual dan ingin muntah.Audry merasa bersalah pada Dypta karena sesuatu hal. Audry merasa mengkhianatinya. Ia tidak ingin tapi terpaksa melakukannya.Setelah kemarin ia meminta maaf pada Jeff, hubungan mereka pun membaik. Jeff melunak dan tidak lagi bersikap denial. Ternyata laki-laki itu masih manusia meskipun kelakuannya melebihi iblis.Namun masalah baru pun menerpa. Jeff mengajaknya bercinta. Audry tentu panik. Ia jelas tidak akan melakukannya dengan Jeff. Audry pun mencari akal dan cara untuk menolak ajakan laki-laki itu. Audry memberi Jeff pengertian. Meski de
Dypta tertegun selama sepersekian detik mendengar jawaban Audry. Sedangkan Audry masih seperti tadi. Memandangi Dypta sambil menunggu reaksi laki-laki itu."Dyp, kamu marah? tanya Audry sudah tidak sabar ingin tahu."Kenapa harus marah? Dia masih suami kamu yang sah. Dia jauh lebih berhak."Jawaban Dypta ternyata di luar dugaan. Membuat Audry harus memandang padanya dengan lebih lekat.Dypta begitu tenang saat mengucapkannya. Air mukanya masih seperti tadi. Tidak ada gejolak serta riak emosi di sana. Sikapnya itu membuat sebuah pikiran melintas di benak Audry. Apa perasaan Dypta padanya tidak sedalam perasaan Audry pada laki-laki itu? Kenapa Dypta tidak cemburu?"Kamu beneran nggak marah, Dyp?" Audry menanyakannya sekali lagi.Dan Dypta menggelengkan kepalanya. "Aku memang nggak ingin kamu dan dia terlibat skinship. Tapi ini sudah risiko. Aku yang minta kamu untuk bertahan di sana. Jadi aku juga harus siap dengan segala risikonya. Lucu aja kalau aku marah." Dypta tersenyum menutup ka
Acara fashion show akhirnya pun dimulai.Lampu-lampu telah dipadamkan sejak beberapa menit yang lalu. Para penonton duduk diam dan rapi di tempat masing-masing.Tadinya Audry mendapat tempat duduk di front row atau barisan depan. Namun karena tidak ingin mencolok dan menjadi pusat atensi orang-orang, Audry meminta seorang penonton untuk tukaran tempat duduk dengannya. Syukurlah orang itu mau, sehingga jadilah saat ini Audry duduk agak jauh di belakang.Kendati demikian, Audry bisa melihat dengan jelas pemandangan di atas catwalk.Malam itu acara peragaan busana diramaikan oleh model-model cantik bertubuh tinggi serta berkulit mulus. Mereka membawakan gaun pengantin dengan konsep modern and glamour.Namun, di antara sekian banyak model cantik itu, Audi adalah yang paling jelita dan bersinar.Audi nampak berlenggak-lenggok dengan ball gown berwarna putih. Rambutnya ditata high bun sehingga leher jenjang perempuan itu terekspos dengan jelas.Para penonton tampak terkagum-kagum akan peson