Gatra membantu memijit tengkuk Tania yang masih memuntahkan hampir seluruh isi perutnya. Ketika semuanya pindah ke lantai kamar mandi, Tania terkulai lemas. Seumur hidup baru kali ini Tania muntah parah seperti sekarang.Setelah Tania selesai membersihkan mulutnya, Gatra memapahnya ke kamar dan membaringkannya di ranjang. Gatra menaikkan suhu pendingin ruangan di kamar mereka agar tidak terlalu dingin.“Gimana rasanya sekarang?” tanya Gatra sambil meletakkan tangannya di pundak Tania.“Masih lemes, Gat, pusing sama mual,” jawab Tania lemah.“Aku bikinin teh hangat bentar ya, kamu tunggu di sini dulu.” Gatra keluar dari kamar sebelum mendengar jawaban Tania.Tinggal sendiri, Tania meringkuk memeluk guling sambil mengingat-ingat apa ada salah makan sesuatu. Seingatnya ia makan biasa-biasa saja. Tadi pagi sarapan oatmeal, siangnya di kantor makan soto daging di lantai dasar. Terakhir makan cheese cake di cafe serta beberapa potong kentang beku yang tadi digorengnya. Tidak ada yang aneh.
Seperti yang sudah diprediksi, Audry dan Lena begitu bahagia ketika Gatra memberitahu mengenai kehamilan Tania. Keduanya banyak memberi nasihat dan berbagi pengalaman mereka saat hamil di masa muda dulu. Hanya saja mengenang masa silam bukanlah hal yang menyenangkan bagi Audry.“Kakak beruntung memiliki suami seperti Gatra. Dulu Mommy cuma sendiri. Papi nggak peduli pada apapun yang Mommy rasakan. Mau Mommy muntah sampai tepar, mau Mommy nggak bisa bangun, Papi nggak pernah ada buat Mommy. Dia sibuk kerja,” kata Audry mengenang kembali masa-masa suram itu. Audry terpaksa menceritakannya pada Tania bukan karena ingin menjelek-jelekkan Jeff, tapi karena tadi sang putri memintanya berkisah tentang pengalamannya dulu. Tania diam saja. Tidak sepatah kata pun keluar dari mulutnya karena ia juga bingung bagaimana cara mengomentarinya. Tania bisa merasakan bagaimana perasaan Audry kala itu. Dan mau tidak mau Tania membandingkannya dengan kehidupannya saat ini. Segaris senyum terkembang di bi
“Gatra!” sapa perempuan yang saat ini sedang berdiri di depan Gatra. Ekspresinya sama seperti Gatra tadi. Kaget. Setelah cukup lama tidak bertemu siapa yang akan menyangka jika mereka akan berjumpa di tempat yang tidak terduga seperti saat ini.Gatra hanya menatap dengan tatapan datar lalu memungut kantong obatnya yang terjatuh di lantai. Ia ingin segera pergi dari tempat itu secepatnya. Ia tidak ingin berinteraksi lagi dengan perempuan itu.“Aku nggak nyangka kita bakalan ketemu di sini,” kata Kiera, perempuan yang hampir Gatra tabrak.Reaksi Gatra masih sedatar tadi. Gatra hendak menarik langkahnya ketika Kiera menahannya.“Aku nggak nyangka sikapmu akan se-childish itu. Walaupun kita gagal menikah bukan berarti kita musuhan kan, Gat?” ucapnya seakan ingin menyalahkan Gatra.Senyum asimetris terbit di bibir Gatra. Gatra bukanlah tipe laki-laki pengecut yang akan menganggap mantan sendiri sebagai musuh. Tapi setelah apa yang dilakukan Kiera padanya Gatra sudah kehilangan respek pada
Beberapa bulan kemudian ...“Gaaaaat! Sini deh!”“Iya, bentar! Lagi nanggung nih.” Gatra menyahut dari dapur ketika Tania memanggilnya agar datang ke kamar. Saat itu Gatra sedang berkutat menyiapkan tumis tiram pedas untuk menu makan malam mereka.Di dalam kamar Tania sedang berbaring sendiri. Tania baru saja pulang kerja. Namun tiba-tiba ia merasakan gerakan kencang dari dalam perutnya yang langsung membuatnya jadi excited. Ini adalah gerakan pertama si baby sepanjang kehamilannya. Tidak ingin kehilangan momen itu, Tania buru-buru keluar dari kamar dan menemui Gatra di dapur.“Gat, dia gerak. Gerakannya kuat banget, Gat! Dia kayak lagi nendang-nendang aku,” kata Tania melaporkan dengan muka berbinar-binar.Detik itu juga Gatra menelusupkan tangan ke balik baju Tania tepat di bagian perut perempuan itu.“Beneran kan, Gat? Kamu bisa ngerasain sendiri kan?” Tania masih seantusias tadi.Gatra menganggukkan kepala tanpa sepatah kata pun yang terlontar dari mulutnya. Semua ini membuatnya t
24 weeks pregnancy …Tania membuka matanya ketika merasakan tendangan yang super kuat dari dalam perutnya. Bersamaan dengan itu segaris senyum lebar tercetak sempurna di bibirnya.“Morning, Babies … udah bangun, Nak?” Tania mengusap perutnya yang membuncit tinggi bahkan nyaris melampaui tinggi dadanya. Ia juga baru menyadari jika saat itu tangan Gatra juga sedang melingkari tubuhnya.“Awww ….” Pekikan tertahan meluncur dari bibir Tania ketika tendangan berikutnya kembali menghantam. Kali ini jauh lebih kuat daripada sebelumnya. Calon anak-anak itu seperti kompak menjawab sapaan Tania.Tania menempelkan tangan di perutnya tepat di sebelah tangan Gatra yang juga berada di sana. Senyumnya merekah sempurna begitu mengingat step by step yang dilaluinya dalam rangka menjadi seorang ibu.Tanpa terasa saat ini sudah enam bulan lamanya Tania mengandung. Meskipun berbeda dengan kehamilan normal tapi Tania sangat menikmati setiap detail prosesnya. Mungkin semua akan terasa berat jika Tania menja
Dari danau Bausee, tour guide mengajak Tania dan Gatra mengelilingi pegunungan dengan menggunakan helikopter. Dari atas mereka bisa menyaksikan pemandangan pedesaan, padang rumput yang hijau serta birunya air danau. Keduanya benar-benar menikmati trip mereka kali itu.Petualangan mereka tidak berakhir sampai di sana. Setelah melihat langsung hamparan salju di puncak gunung, Tania dan Gatra menguji nyali dengan menaiki cable car di mount Titlis. Setelahnya petualangan mereka dilanjutkan dengan menyebrangi jembatan gantung yang memiliki ketinggian lima ratus meter dari tanah dan memiliki panjang seratus meter. Jembatan tersebut membawa mereka ke Glacier Cave, sebuah tempat wisata berbentuk gua yang terbuat dari bongkahan es. Hari berikutnya Tania dan Gatra menjajal area perkotaan. Mereka mendatangi pabrik Swatch atau Swiss Watch. Seperti yang sudah diketahui Swiss terkenal dengan produk jam tangannya.Pada hari kelima Tania mulai merasakan ada yang aneh di perutnya. Bukan karena calon
Tiga bulan kemudian …Kandungan Tania sudah semakin membesar. Tania mulai kesusahan berjalan dan menggerakkan badannya. Rasa sakit mulai bermunculan di mana-mana. Mulai dari pinggang, punggung, serta berbagai penyakit hamil tua lainnya.Due date diperkirakan jatuh pada minggu depan. Gatra dan Tania sudah menyiapkan diri dari jauh-jauh hari untuk hari bersejarah itu. Persiapan mereka benar-benar sudah matang. Tania hanya tinggal menanti proses persalinannya.Tidak ada ruangan bayi di apartemen mereka karena kamar di sana juga hanya ada satu. Akan tetapi jangan ditanya soal perlengkapan si kembar. Dulu waktu babymoon ke Swiss, Gatra dan Tania juga mampir ke Italy. Saat di Milan Tania mendadak kalap dan memborong banyak pakaian bayi branded. Tania tidak perlu berpikir dua kali untuk membeli jumper bayi keluaran Moschino yang satu helainya dibandrol dengan harga seratus enam puluh euro atau jika dirupiahkan sekitar dua juta lima ratus ribu. Gatra tidak melarang Tania membeli apa pun untu
Tania tersentak ketika merasakan rasa mulas yang sangat hebat. Ia terbangun dari tidurnya yang pulas dan tidak menemukan sang suami di sebelahnya.“Gatraaa!!!”panggilnya menyerukan nama sang suami.Tidak ada sahutan. Gatra tidak mendengarnya.“Gatraaa!!!” ulang Tania sekali lagi sambil merintih menahan sakit. Kontraksi yang sesungguhnya sudah datang membuat Tania remuk redam dan merasa ingin mati saja.“Gatraaa!!! Mommyyy!!! Pappaaa!!! Adeeek!!! Tolong ….” Tania berteriak pilu memanggil siapa ppun yang berada di rumah itu. Tania hampir putus asa lantaran tidak ada yang mendengarnya. Tetesan air matanya sudah berpadu dengan bulir-bulir keringat.“Gat, kamu di mana? Sakiiit ….” Tania menangis tak berdaya. Rasa sakit ini seakan ingin membunuhnya.Tiba-tiba pintu dibuka dari luar. Gatra muncul dan kaget melihat Tania sudah bangun dan menangis.“Taa ....”“Sakit banget, Gat ... kamu dari mana aja aku panggil dar