24 weeks pregnancy …Tania membuka matanya ketika merasakan tendangan yang super kuat dari dalam perutnya. Bersamaan dengan itu segaris senyum lebar tercetak sempurna di bibirnya.“Morning, Babies … udah bangun, Nak?” Tania mengusap perutnya yang membuncit tinggi bahkan nyaris melampaui tinggi dadanya. Ia juga baru menyadari jika saat itu tangan Gatra juga sedang melingkari tubuhnya.“Awww ….” Pekikan tertahan meluncur dari bibir Tania ketika tendangan berikutnya kembali menghantam. Kali ini jauh lebih kuat daripada sebelumnya. Calon anak-anak itu seperti kompak menjawab sapaan Tania.Tania menempelkan tangan di perutnya tepat di sebelah tangan Gatra yang juga berada di sana. Senyumnya merekah sempurna begitu mengingat step by step yang dilaluinya dalam rangka menjadi seorang ibu.Tanpa terasa saat ini sudah enam bulan lamanya Tania mengandung. Meskipun berbeda dengan kehamilan normal tapi Tania sangat menikmati setiap detail prosesnya. Mungkin semua akan terasa berat jika Tania menja
Dari danau Bausee, tour guide mengajak Tania dan Gatra mengelilingi pegunungan dengan menggunakan helikopter. Dari atas mereka bisa menyaksikan pemandangan pedesaan, padang rumput yang hijau serta birunya air danau. Keduanya benar-benar menikmati trip mereka kali itu.Petualangan mereka tidak berakhir sampai di sana. Setelah melihat langsung hamparan salju di puncak gunung, Tania dan Gatra menguji nyali dengan menaiki cable car di mount Titlis. Setelahnya petualangan mereka dilanjutkan dengan menyebrangi jembatan gantung yang memiliki ketinggian lima ratus meter dari tanah dan memiliki panjang seratus meter. Jembatan tersebut membawa mereka ke Glacier Cave, sebuah tempat wisata berbentuk gua yang terbuat dari bongkahan es. Hari berikutnya Tania dan Gatra menjajal area perkotaan. Mereka mendatangi pabrik Swatch atau Swiss Watch. Seperti yang sudah diketahui Swiss terkenal dengan produk jam tangannya.Pada hari kelima Tania mulai merasakan ada yang aneh di perutnya. Bukan karena calon
Tiga bulan kemudian …Kandungan Tania sudah semakin membesar. Tania mulai kesusahan berjalan dan menggerakkan badannya. Rasa sakit mulai bermunculan di mana-mana. Mulai dari pinggang, punggung, serta berbagai penyakit hamil tua lainnya.Due date diperkirakan jatuh pada minggu depan. Gatra dan Tania sudah menyiapkan diri dari jauh-jauh hari untuk hari bersejarah itu. Persiapan mereka benar-benar sudah matang. Tania hanya tinggal menanti proses persalinannya.Tidak ada ruangan bayi di apartemen mereka karena kamar di sana juga hanya ada satu. Akan tetapi jangan ditanya soal perlengkapan si kembar. Dulu waktu babymoon ke Swiss, Gatra dan Tania juga mampir ke Italy. Saat di Milan Tania mendadak kalap dan memborong banyak pakaian bayi branded. Tania tidak perlu berpikir dua kali untuk membeli jumper bayi keluaran Moschino yang satu helainya dibandrol dengan harga seratus enam puluh euro atau jika dirupiahkan sekitar dua juta lima ratus ribu. Gatra tidak melarang Tania membeli apa pun untu
Tania tersentak ketika merasakan rasa mulas yang sangat hebat. Ia terbangun dari tidurnya yang pulas dan tidak menemukan sang suami di sebelahnya.“Gatraaa!!!”panggilnya menyerukan nama sang suami.Tidak ada sahutan. Gatra tidak mendengarnya.“Gatraaa!!!” ulang Tania sekali lagi sambil merintih menahan sakit. Kontraksi yang sesungguhnya sudah datang membuat Tania remuk redam dan merasa ingin mati saja.“Gatraaa!!! Mommyyy!!! Pappaaa!!! Adeeek!!! Tolong ….” Tania berteriak pilu memanggil siapa ppun yang berada di rumah itu. Tania hampir putus asa lantaran tidak ada yang mendengarnya. Tetesan air matanya sudah berpadu dengan bulir-bulir keringat.“Gat, kamu di mana? Sakiiit ….” Tania menangis tak berdaya. Rasa sakit ini seakan ingin membunuhnya.Tiba-tiba pintu dibuka dari luar. Gatra muncul dan kaget melihat Tania sudah bangun dan menangis.“Taa ....”“Sakit banget, Gat ... kamu dari mana aja aku panggil dar
“Ta … Tata … bangun, Ta!” Gatra mengguncang-guncang tubuh Tania agar membuka mata. “Kak … bangun, Kak, jangan tidur dulu.” Audry mulai cemas melihat keadaan Tania. Ia khawatir akan terjadi sesuatu yang buruk padanya. “Gat, Tata kenapa?” Audry bertanya pada Gatra dan berharap akan mendapat jawaban yang memuaskan.“Tenang, Mommy, Tata akan baik-baik aja,” jawab Gatra lalu membelai kepala Tania. “Ta, bangun Sayang … aku tau kamu pasti kuat. Sembilan bulan aja kamu bisa, jadi sekarang kamu juga pasti bisa.” Seketika suasana di mobil itu menjadi panik. Tidak terkecuali Dypta. Ia takut Tania akan mengulangi sejarah Audry dulu."Kak, bangun, Kak. Ini Papa, Kak." Dypta menoleh ke belakang dan ikut mengusap-usap pipi Tania.Rogen yang menyetir menekan pedal gas lebih dalam agar mereka segera tiba.Perlahan kelopak mata Tania terbuka. Kondisinya yang sangat lemah membuat Tania tidak mampu berkata-kata. Tania hanya ingin semua ini berakhir dan beristirahat panjang.Melihat Tania membuka matany
Seluruh keluarga menyambut gembira kelahiran sepasang bayi kembar Gatra dan Tania. Setelah dua hari berada di rumah sakit, mereka akhirnya dibawa pulang. Bukan ke kediaman Gatra dan Tania, melainkan ke rumah kakek nenek mereka. Dypta dan Audry.Orang-orang serumah seakan mendapat mainan baru dengan kehadiran bayi kembar yang belum diberi nama itu. Gatra dan Tania belum menemukan nama yang tepat untuk keduanya. Alhasil mereka masih dipanggil dengan sebutan si kembar.“Cantik banget adek bayinya. Sini sama kakak yuk, Dek.”Seisi rumah refleks tertawa mendengar perkataan Adzkiya. “Kenapa ketawa?” Adzkiya menatap satu demi satu orang dewasa yang mengelilinginya dengan sorot tidak mengerti. Memangnya apa yang lucu?“Bukan Kakak, Sayang, tapi Tante. Anak-anaknya Kak Tata adalah ponakannya Kiya, bukan adek,” kata Audry menjelaskan.“Tapi aku kan masih kecil, Mommy, masa dipanggil tante,” jawab Adzkiya memprotes.“Jadi mau bagaimana lagi?”“Gini deh, kalo Kiya nggak mau dipanggil tante, gima
Hari ini halaman depan rumah Audry dan Dypta dipenuhi oleh berbagai kendaraan. Bahkan aneka kendaraan itu tumpah ruah sampai ke pinggir jalan. Tidak hanya kendaraan, namun di depan rumah mereka juga dipenuhi oleh papan bunga berwarna-warni yang menyampaikan ucapan selamat.Hari ini di sana sedang diselenggarakan acara syukuran kelahiran Attala dan Shaqueena.Acara itu dihadiri oleh keluarga, sanak kerabat, serta kolega. Sedianya acara itu akan diselenggarakan di hotel. Namun setelah melalui beberapa pertimbangan mereka pun memutuskan acara tersebut dihelat di rumah saja.“Udah kayak anak seleb aja,” kata Rogen berkomentar menyaksikan penampilan Attala dan Shaqueena. Keduanya baru berumur satu minggu, akan tetapi penampilannya bagaikan raja dan ratu kecil dengan pakaian branded melekat di tubuh masing-masing.Tania mendandani Shaqueena dengan tutu dress berwarna pink. Sedangkan Attala memakai kemeja biru navy serta jeans bayi. Tania tersenyum puas menyaksikan hasil kreasinya pada anak-
“Pa, nun, na, Ma, Pa, aa … tu tu tu ….”Ocehan anak kecil serta usapan yang terasa di pipi dan pundaknya membuat Gatra terjaga dari tidurnya yang pulas. Bibirnya langsung mencetak senyum begitu meyaksikan wajah manis gadis ciliknya.“Anak Papa sudah bangun?” Shaqueena yang saat ini berusia tujuh bulan menjawab pertanyaan tersebut dengan tertawa lebar hingga menunjukkan dua gigi serinya di bagian depan yang tumbuh di bagian bawah.Gatra mengangkat sang putri, lalu mendudukkan di antara dada dan perutnya. Shaqueena tertawa riang, lalu menggapai-gapai pipi Gatra dengan tangannya yang mungil.Indahnya hidup dikelilingi oleh orang-orang yang kita sayangi. Setiap pagi Gatra dibangunkan oleh ocehan anak kembarnya. Attala dan Shaqueena berebutan membangunkannya dengan mengoceh, mengusap-usap pipinya serta mengguncang-guncang badannya. Sedangkan Tania yang berbaring di sebelah Gatra dan biasanya ikut terbangun hanya tersenyum menyaksikan tingkah anak-anak itu. Gatra dan Tania sudah lama tidak