Seluruh keluarga menyambut gembira kelahiran sepasang bayi kembar Gatra dan Tania. Setelah dua hari berada di rumah sakit, mereka akhirnya dibawa pulang. Bukan ke kediaman Gatra dan Tania, melainkan ke rumah kakek nenek mereka. Dypta dan Audry.Orang-orang serumah seakan mendapat mainan baru dengan kehadiran bayi kembar yang belum diberi nama itu. Gatra dan Tania belum menemukan nama yang tepat untuk keduanya. Alhasil mereka masih dipanggil dengan sebutan si kembar.“Cantik banget adek bayinya. Sini sama kakak yuk, Dek.”Seisi rumah refleks tertawa mendengar perkataan Adzkiya. “Kenapa ketawa?” Adzkiya menatap satu demi satu orang dewasa yang mengelilinginya dengan sorot tidak mengerti. Memangnya apa yang lucu?“Bukan Kakak, Sayang, tapi Tante. Anak-anaknya Kak Tata adalah ponakannya Kiya, bukan adek,” kata Audry menjelaskan.“Tapi aku kan masih kecil, Mommy, masa dipanggil tante,” jawab Adzkiya memprotes.“Jadi mau bagaimana lagi?”“Gini deh, kalo Kiya nggak mau dipanggil tante, gima
Hari ini halaman depan rumah Audry dan Dypta dipenuhi oleh berbagai kendaraan. Bahkan aneka kendaraan itu tumpah ruah sampai ke pinggir jalan. Tidak hanya kendaraan, namun di depan rumah mereka juga dipenuhi oleh papan bunga berwarna-warni yang menyampaikan ucapan selamat.Hari ini di sana sedang diselenggarakan acara syukuran kelahiran Attala dan Shaqueena.Acara itu dihadiri oleh keluarga, sanak kerabat, serta kolega. Sedianya acara itu akan diselenggarakan di hotel. Namun setelah melalui beberapa pertimbangan mereka pun memutuskan acara tersebut dihelat di rumah saja.“Udah kayak anak seleb aja,” kata Rogen berkomentar menyaksikan penampilan Attala dan Shaqueena. Keduanya baru berumur satu minggu, akan tetapi penampilannya bagaikan raja dan ratu kecil dengan pakaian branded melekat di tubuh masing-masing.Tania mendandani Shaqueena dengan tutu dress berwarna pink. Sedangkan Attala memakai kemeja biru navy serta jeans bayi. Tania tersenyum puas menyaksikan hasil kreasinya pada anak-
“Pa, nun, na, Ma, Pa, aa … tu tu tu ….”Ocehan anak kecil serta usapan yang terasa di pipi dan pundaknya membuat Gatra terjaga dari tidurnya yang pulas. Bibirnya langsung mencetak senyum begitu meyaksikan wajah manis gadis ciliknya.“Anak Papa sudah bangun?” Shaqueena yang saat ini berusia tujuh bulan menjawab pertanyaan tersebut dengan tertawa lebar hingga menunjukkan dua gigi serinya di bagian depan yang tumbuh di bagian bawah.Gatra mengangkat sang putri, lalu mendudukkan di antara dada dan perutnya. Shaqueena tertawa riang, lalu menggapai-gapai pipi Gatra dengan tangannya yang mungil.Indahnya hidup dikelilingi oleh orang-orang yang kita sayangi. Setiap pagi Gatra dibangunkan oleh ocehan anak kembarnya. Attala dan Shaqueena berebutan membangunkannya dengan mengoceh, mengusap-usap pipinya serta mengguncang-guncang badannya. Sedangkan Tania yang berbaring di sebelah Gatra dan biasanya ikut terbangun hanya tersenyum menyaksikan tingkah anak-anak itu. Gatra dan Tania sudah lama tidak
“Ta, aku jadi kepikiran buat ngajak anak-anak liburan.” Ide itu meluncur dari bibir Gatra ketika melihat Attala dan Shaqueena berlarian ke sana kemari. Saat ini anak-anak itu sudah berusia tiga tahun. Keduanya tumbuh menjadi anak yang manis, cerdas dan membuat gemas siapa saja yang melihatnya.“Aku juga sempat mikir gitu, Gat, tapi karena ngeliat kamu sibuk banget jadinya aku mikir mending kapan-kapan aja deh,” jawab Tania. Sudah cukup lama mereka tidak berlibur. Seingat Tania, terakhir kali mereka pergi adalah sekitar satu tahun yang lalu. Saat itu Gatra mengajak Tania dan anak-anak berlibur ke Disneyland Paris. Mereka pergi berempat tanpa orang lain. Dan hingga sejauh ini itu merupakan liburan paling indah karena ada dua malaikat kecil melengkapi kehidupan mereka yang nyaris sempurna.Sejak klinik didirikan kurang dari tiga tahun yang lalu, hari-hari Gatra berkutat di tempat itu. Queena Birth Center menjadi salah satu tempat persalinan terfavorit di kota mereka. Tidak hanya karena
“Here we are ….” Tania berbisik di dalam hati saat kakinya menapak di geladak Daydreaming Cruise.Daydreaming Cruise merupakan sebuah kapal pesiar yang akan membawa mereka berlayar selama beberapa hari ke depan.Gatra benar-benar merealisasikan rencana liburan mereka dengan membawa kedua belah pihak keluarga. Hanya saja dari keluarga Gatra cuma ada Lena, minus Niken yang saat ini sedang sibuk koas.Kemarin keluarga bahagia itu berangkat dari Indonesia dan menginap di Singapura. Siang ini mereka memulai pelayaran dari Marina Bay Cruise Centre, Singapura. Mereka mendapatkan kartu multifungsi sebelum naik kapal. Kartu bertuliskan nama penumpang itu berfungsi sebagai kunci kamar, akses keluar masuk kapal di persinggahan, juga saat ingin membayar belanjaan atau menyantap makanan dan minuman yang tidak termasuk dalam layanan gratis.Kapal Pesiar Daydreaming Cruise memiliki seribu lima ratus kamar dengan interior yang megah dan mewah. Tujuh ratus lima puluh diantaranya memiliki balkon pribad
Sejak masih sama-sama sekolah, Athaya menyimpan cinta yang begitu mendalam pada Rogen. Namun Rogen tidak pernah menganggap Athaya ada. Baginya Athaya tidak lebih dari makhluk astral yang tidak berwujud. Bertahun-tahun Athaya menyimpan perasaannya sendiri. Hingga pada suatu hari Rogen datang mendekatinya. Athaya pikir Rogen benar-benar menyukainya. Ternyata ia salah. Rogen hanya menginginkan Belva, sahabat Athaya sendiri.Dia cuma gabut, harusnya aku cabut, bukannya jadi badut~##“Iya, Mommy, aku bakalan datang kok, ini aku udah on the way, nggak mungkinlah aku nggak datang.”“On the way kamu tuh biasanya baru di kamar mandi atau baru bangun tidur.”Rogen terkekeh pelan mendengar celotehan Audry di ujung telepon sana.Hari ini tepat dua puluh lima tahun pernikahan Audry dan Dypta. Untuk memperingati hari ulang tahun perkawinan perak itu, keduanya merayakan dengan makan malam bersama di sebuah fine dining resto. Tidak hanya dengan Rogen tapi keduanya juga mengajak Tania, Gatra dan anak
“Kok malah bengong? Masuk gih! Tadi katanya kebelet.”Rogen tersentak ketika mendengar suara Athaya tepat di depan mukanya. Matanya dengan refleks mengerjap ketika sesaat yang lalu dirinya membeku.Rogen merekahkan senyum di bibirnya. Bukan pada Athaya, melainkan pada gadis muda yang baru keluar dari toilet dan katanya adalah teman Athaya. Namun gadis itu tidak merespon senyum Rogen. Alih-alih akan membalasnya dia malah membuang muka.“Udah yuk, Ay, betah amat lo di sini.” Gadis itu menyentuh pundak Athaya, mengajaknya pergi dari sana“Dek, aku duluan ya …” Athaya tersenyum pada Rogen sebelum meninggalkan tempat itu.Rogen mengiringi langkah kedua gadis tersebut hingga menghilang dari radar matanya. Rogen tidak pernah melihat teman Athaya itu sebelumnya. Atau lebih tepatnya ia memang tidak tahu siapa-siapa saja teman Athaya. Bukan urusannya juga. Akan tetapi … gadis itu menyita habis atensinya.Rogen berdecak, menyayangkan sikapn
Hal yang paling dibenci Belva setiap kali pulang ke rumah adalah karena ia harus bertemu dengan keluarganya. Ayah, ibu, kakak laki-laki, serta dua orang adik perempuannya. Bukannya Belva tidak sayang pada mereka. Hanya saja ia merasa lebih baik tidak punya siapa-siapa.Baron, ayahnya yang pengangguran dan seorang penjudi yang selalu meminta uang padanya. Yudi, kakak lelakinya yang sudah menikah dan tinggal di tempat lain tapi masih sering datang ke rumah, menginap di sana dan memaksa Belva agar diberi uang. Jika tidak diberikan jangan harap dia akan beranjak dari hadapan Belva.Sudah bertahun-tahun ibu kandung Belva meninggal. Lalu Baron, ayahnya, menikah lagi dengan perempuan lain, namanya Hesti. Belva tidak mengerti apa yang membuat Baron memilih Hesti. Dari segi fisik Hesti kalah jauh dari ibu kandung Belva yang cantik jelita. Sudah begitu, Hesti membawa dua orang anak perempuan yang saat ini menjadi adik tiri Belva. Namanya Amel dan Ika. Amel saat ini sedang kuliah di sebuah perg