Aluna keluar dari dalam mobil Axel dengan tubuh yang lemas, rasanya ia baru saja naik wahana rollerkoster, setelah Aluna keluar dari dalam mobil, Axel kembali mengemudikan mobilnya meninggalkan area koplesks rumah Aluna.
Begitu Aluna memasuki kediamannya, gadis itu nampaknya sudah ditunggu oleh sang Ibu yang sudah sangat penasaran akan kencan butanya tadi."Bagaimana?" Tanya Nyonya Ayu tanpa basa basi terlebih dahulu"Kenapa Mama tidak memberitahuku bahwa teman kencan butaku adalah Axel?" Tanya Aluna balik membuat Nyonya Ayu tesenyum senang"Sengaja, karena Mama ingin memberimu kejutan."Aluna langsung tertawa hampa mendengar jawaban sang Ibu "Selamat, kejutan Mama sangat berhasil bahkan nyaris membuatku pingsan." Jawab Aluna"Kenapa kau begitu kesal, harusnya kau senang dapat bertemu dengan Axel lagi bukankah dulu kalian sangat akrab." Ucapan Nyonya Ayu membuat Aluna langsung terdiam lalu menatap sang Ibu nanar"Andai Mama tahu alasan aku ikut pindah dengan Mama adalah karena ingin melupakan Axel mungkin Mama tak akan sebahagia ini menyebut nama lelaki itu." Pikir Aluna"Aluna, kau kenapa sayang?" Tanya Nyonya Ayu ketika mendapati rona sedih di wajah sang putri"Aku tidak kenapa-kenapa Ma." Jawab Aluna lalu memamerkan senyumnya "Aku sudah menepati janjiku untuk kencan buta hari ini, ku harap Mama juga menepati janji Mama untuk tidak memintaku mengikuti kencan buta lagi. Dan untuk kejutan Mama ini ku harap Mama tidak melakukannya lagi." Ucap Aluna lalu melenggang masuk dalam kamarnya.Setelah mengunci pintu kamar Aluna menghampiri tempat tidurnya dan langsung merebahkan tubuhnya, sesekali ia akan mengelus dadanya yang terasa nyeri dan sesak saat kejadian di masa lalu yang berusaha ia lupakan mulai berputar di pikirannya layaknya roll filem, bahkan kini perutnya mulai terasa kembung dan mual kenangan dimasa lalu kembali membuat asam lambungnya naik.***Aluna berjalan dengan wajah pucat memasuki area ruangannya, langkahnya begitu lemah pertemuannya dengan Axel semalam benar-benar membuat fisiknya terguncang."Kau sudah merevisi proposalmu?" Tanya Andin begitu Aluna mendudukan tubuhnya."Haah!.." Aluna mengerang lemas, ia mana sempat merevisi proposalnya semalam."Kau baik-baik saja Aluna? Wajahmu terlihat pucat." Tanya Andin panik"Hm! Aku baik-baik saja, tapi tidak akan baik-baik saja saat Pak Antonio tau aku belum merevisi proposalku." Jawab Aluna membuat Andin kaget"Aku dalam masalah besar," gumam Aluna"Aluna?" Panggil Pak Antonio begitu ia mendudukan dirinya di kursi kebesarannya selaku Maneger bagian analist"Aku ingin melihat proposal yang telah kau revisi." Ucap Pak Antonio"Pak Antonio akan sangat marah jika tau kau tidak...." ucapan Andin terhenti saat ia melihat Aluna mengambil propol dalam laci meja kerja lalu membawa proposal itu pada Pak Antonio"Kau cari mati sendiri, Aluna. Bagaimana kau menyerahkan proposal yang belum kau revisi itu," gumam Andin"Jadi Aluna tidak merevisi proposalnya?" Tanya seorang lelaki yang duduk tak jauh dari Andin, sementara Andin hanya meresponnya dengan anggukan.Kini semua mata tertuju pada Aluna dan Pak Antonio. Pak Antonio terlihat membuka proposal itu lalu tersenyum kecut kemudian membanting proposal Aluna membuat suasana begitu tegang."Proposalmu makin kacau Aluna, justru masih bagus proposalmu yang kemarin dari pada proposal yang sudah kau revisi ini." Ucapan Pak Antonio membuat semua orang tercengang pasalnya semua orang telah mengetahui bahwa Aluna tidak merevisi proposal itu kecuali Pak Antonio."Tapi Pak aku bahkan belum merev...""Begini saja," potong Pak Antonio pada ucapan Aluna "Karena kinerja kerjamu buruk akhir-akhir ini, sebaiknya kau ku tugaskan menjadi Sekretaris CEO kita yang baru saja.""Apa?" Aluna terlihat terkejut begitu juga dengan karyawan yang lain.Aluna menghela nafas berat lalu menoleh kearah meja bagian karyawan sebelum pandangannya fokus pada Lena, anak magang yang kini duduk sembari merias wajahnya."Kenapa harus aku yang Bapak pindahkan? Pak selama ini pekerjaanku baik-baik saja, jika Bapak memang mencari sekretaris untuk CEO maka karyawa magang seperti Lena yang seharusnya Bapak tugaskan." Balas Aluna menolak keras permintaan Pak AntonioSemua karyawan yang ada disana seakan mengangguk setuju akan perkataan Aluna kecuali Lena yang kini menghentikan aktifitas bersoleknya."Aku tidak ingin, lagi pula kerjaan analist lebih gampang dan sedikit, tugas analist hanya harus duduk membaca file lalu membuat laporan berbentuk proposal tidak seperti sekretaris yang kerjaannya sungguh banyak terlebih jika harus mengurus lelaki tua seperti CEO baru kita." Sangga Lena membuat semua karyawan disana langsung mendelik jika tidak karena koneksi karena dia adalah keponakan sang Maneger maka Lena tidak akan perna bisa duduk sebagai pemagang di bagian staff analist."Kau seharusnya mikir Aluna, bagaimana mungkin aku membiarkan gadis tidak berpengalaman seperti Lena untuk mengurus seorang CEO itu akan menimbulkan masalah nantinya, lagi pula kinerja kerjamu di bagian staff analist sangat kurang dibanding Lena.""Pembohong," gumam Andin pelan"Lagi pula kau hanya sementara menjadi sekretarisnya hingga CEO menemukan Sekretarisnya nanti saat pembukaan lowongan kerja."Aluna tertawa mendengar ucapan Pak Antonio "Seharusnya Bapak katakan dari awal jika Bapak ingin menumbalkanku untuk menjadi Sekretaris CEO baru kita tanpa perlu memintaku beberapa hari ini merevisi proposalku jika pada akhirnya proposalku tidak Bapak baca."Pak Antonio mengebrak meja merasa tak terima akan ucapan Aluna "Apa yang kau katakan? Jangan menunduhku sembarangan, aku membaca semua proposalmu dan memang kenyataan proposal mu buruk." Pak Antonio berusaha membela diri menjaga nama baiknya di depan karyawan lain namun sayang karyawan lain sudah mengetahui semuanya.Aluna kembali tertawa lalu meraih proposal yang ada diatas meja Pak Antonio sembari berkata dan melayangkan tatapan mengejek kearah Pak Antonio "Jika Bapak memang betul membaca proposalku dari pertama, dari awal sampai akhir maka Bapak akan tahu bahwa proposal yang aku serahkan hari ini ke Bapak adalah proposal kemarin yang belum ku revisi, bahkan Bapak tidak menyadari typo dibagian judulnya padahal aku mengetiknya dengan huruf yang sangat besar." Ucapan Aluna spontan membuat tubuh Pak Antonio lemas, ia merasa malu pada semua karyawan yang saat itu menatapnya."Sudah kembali ke mejamu, kemasi barangmu karena kau akan pindah hari ini ke meja kerja sekretaris." Ucap Pak Antonio mengalihkan perhatian semua orang.Aluna kembali ke mejanya dengan langkah gontai sementara rekan kerjanya hanya menatapnya prihatin.Aluna mendudukan tubuhnya diatas kursi yang tepat berada disamping Andin dengan tangan yang malas Aluna mulai membereskan beberapa barang-barangnya di masukannya dalam kotak yang baru saja ia keluarkan dari dalam laci meja kerjanya."Kau harus hati-hati Aluna, saat menjadi Sekretaris CEO nantinya." Ucap Andin memperingati"Hm!" Sahut AlunaSementara itu di sisi lain saat ini Lena tersenyum melihat kearah Aluna dan Andin kemudian bergumam "Jika tidak ingin di tumbalkan maka punyalah koneksi orang dalam, emang enak."Andin yang mendengar ucapan pelan Lena langsung menatap gadis itu tajam "Gadis tidak tahu malu." Ucap Andin membuat Lena langsung berpura-pura sibuk pada komputernya.***Di lantai 5 tepatnya depan ruangan CEO berjarak 3 meter bagian kanan, Aluna kini tengah sibuk merapihkan meja kerjanya lalu setelahnya menoleh kearah pintu CEO yang nampak sunyi dengan ke kokohan."Apa CEOnya belum datang?" Pikir Aluna sebelum terperanjat kaget karena tiba-tiba saja telpon diatas mejanya berdering dengan cepat Aluna menjawab panggilan telpon itu."Iya ada yang bisa aku bantu?" Ucap Aluna menjawab panggilan itu."Tolong bawakan kopi ke ruanganku." Suara seorang lelaki menyapa indra pendengar Aluna, membuat Aluna sedikit melotot suara itu sangat familira ditelinganya dan lagi suara itu tidak seperti milik lelaki tua, suara itu bahkan terdengar merdu dengan intonasi yang berat."Suaranya sama seperti suara Axel." Gumam Aluna sebelum menggelengkan kepalanya dengan begitu kerasnya"Apa yang sedang ku pikirkan, Itu tidak mungkin dia, dunia ini tidak selebar daun kelor." Sanggah Aluna lalu beranjak kearah ruangan istirahat para pegawai untuk membuatkan kopi.Aluna dengan hati-hati membawa nampan berisi kopi dan sepiring kokies kearah ruangan CEOnya, setelah mengetuk pintu dan dipersilahkan masuk oleh sang pemilik ruangan Alunapun kini membuka pintu memasuki ruangan dan betapa terkejutnya Aluna setelah ia masuk sosok Axel sang mantan kekasih tengah terduduk di kursi kebesarannya selaku CEO.Axel juga sangat terkejut melihat sosok Aluna, berdiri dihadapannya sembari memegang nampan.Bersambung.Melihat Axel berdiri di hadapannya membuat tubuh Aluna langsung membeku, ia berpikir bahwa pertemuannya semalam dengan Axel adalah pertemuan terakhir tapi nampaknya takdir berkata lain."Aluna?" Panggil Axel membuat Aluna Tersentak, ketika Axel berusaha menyentuh tangannya membuat nampan yang di genggamnya langsung jatuh ke lantai."Maaf Tuan akan aku ambilkan yang baru." Ucap Aluna segera bergegas hendak meninggalkan ruangan menghindari Axel namun sayang saat ia menjulurkan tangan ingin membuka pintu Axel yang tepat berada di belakang Aluna langsung menutup pintu dengan posisi menghimpit tubuh Aluna."Aku sudah katakan padamu bukan bahwa aku akan membalas dendamku." Tutur Axel seraya membalikan tubuh Aluna menghadap kearahnya.Aluna melotot saat mendapati sorot mata Axel yang penuh rasa benci dan dendam padanya."Akan ku ambil apa yang seharusnya menjadi miliku saat kita berpacaran dulu." "Apa maksud..." ucapan Aluna terhenti saat Axel mencium bibirnya dengan kasar, Axel bahkan mena
Aluna berdiri dengan raut wajah harap-harap cemas saat Pak Antonio memeriksa lembar demi lembar proposal yang diajukannya itu, dari raut wajah Pak Antonio, Aluna dapat mengetahui bahwa lelaki paruh bayar perjaka tua itu tidak membaca proposalnya selain hanya membalik lembar demi lembar dengan enggan dan bertingkah seolah-olah membacanya.Buuuk!.. bunyi pelan dari proposal yang di lepas Pak Antonio ke atas meja mencuri perhatian semua orang yang ada disana."Masih kurang bagus, ini bahkan tidak dapat di sebut sebagai proposal. Kau harus merevisinya lagi." Ucap Pak Antonio dengan enggan menatap Aluna yang kini tampak mengerutkan alisnya karena menahan rasa kesalnya.Aluna mengepalkan tangannya ingin rasanya ia meninju wajah lelaki paruh baya perjaka tua itu namun apalah daya ia hanya dapat menghajar Pak Antonio dalam benaknya saja."Maaf Pak sebelumnya, Bapak sudah memintaku merevisi proposal ini sebanyak 5 kali, kalau boleh aku tahu bagian mana dari proposal ini yang salah dan tidak ma
Aluna termenung dalam posisi duduk, perkataan Andin tentang bagian kesekretarisan untuk CEO baru perusahaanya benar-benar menyita semua pikiran dan kekhawatirannya, kecurigaan bahwa Pak Antonio memilihnya untuk di tumbalkan kini mulai menguat di pikiran Aluna "Apa yang harus aku lakukan jika aku yang di pindahkan?" Pikir Aluna cemas."ALUNA!" Suara keras Nyona Ayu membuat Aluna tersentak dari lamunannya membuat anak gadis sematawayangnya itu segera menatap kearah dirinya yang kini tengah berdiri di hadapan Aluna."Mama dari tadi berbicara denganmu tapi tak ada respon darimu." Ucap Nyonya Ayu merasa kecewa akan tindakan sang anak gadisAluna menghela nafas berat "Maafkan aku, Ma." Ucap Aluna membuat Nyonya Ayu menyerengitkan dahinya dan menangkap sesuatu diwajah bimbang sang anak."Apa ada masalah?" Tanya Nyonya AyuAluna terdiam sejenak menatap sang Ibu, ia ingin berbagi cerita dengan Ibunya itu namun jika ia berbagi cerita tentang pekerjaannya dan tentang kemungkinan bahwa dia akan
Aluna terpaku menatap Axel yang berdiri tegap menghalau pintu, sorot mata lelaki itu penuh permusuhan menatap sosok Aluna."Sudah sekian lama kita tak bertemu, kenapa kau begitu terburu-buru?" Ucap Axel, nada suara itu membuat dada Aluna sesak, gadis itu bahkan harus berusaha ekstra hanya untuk memompa paru-parunya untuk menghirup oksigen."Aku salah ruangan," tutur Aluna seraya melenggang pergi sementara Axel hanya tersenyum kecut dan menggeretakan rahangnya, sebelum terduduk diatas kursi yang telah disiapkan para pelayan untuk ruangan itu.Aluna berjalan terburu, dadanya sakit tubuhnya begetar hebat ia sama sekali tidak menyangka bahwa luka yang ditanam Axel 5 tahun silam benar-benar kembali terbuka saat sosok lelaki itu muncul dihadapannya."Kau benar, aku tidak mencintainya dan hanya menjadikannya sebagai pelampiasan " Aluna kembali mengingat ucapan Alex 5 tahun silam pada seorang gadis, kalimat Axel 5 tahun silam itu berhasil menumbangkan Aluna dikoridor restoran."Kau baik-baik
Melihat Axel berdiri di hadapannya membuat tubuh Aluna langsung membeku, ia berpikir bahwa pertemuannya semalam dengan Axel adalah pertemuan terakhir tapi nampaknya takdir berkata lain."Aluna?" Panggil Axel membuat Aluna Tersentak, ketika Axel berusaha menyentuh tangannya membuat nampan yang di genggamnya langsung jatuh ke lantai."Maaf Tuan akan aku ambilkan yang baru." Ucap Aluna segera bergegas hendak meninggalkan ruangan menghindari Axel namun sayang saat ia menjulurkan tangan ingin membuka pintu Axel yang tepat berada di belakang Aluna langsung menutup pintu dengan posisi menghimpit tubuh Aluna."Aku sudah katakan padamu bukan bahwa aku akan membalas dendamku." Tutur Axel seraya membalikan tubuh Aluna menghadap kearahnya.Aluna melotot saat mendapati sorot mata Axel yang penuh rasa benci dan dendam padanya."Akan ku ambil apa yang seharusnya menjadi miliku saat kita berpacaran dulu." "Apa maksud..." ucapan Aluna terhenti saat Axel mencium bibirnya dengan kasar, Axel bahkan mena
Aluna keluar dari dalam mobil Axel dengan tubuh yang lemas, rasanya ia baru saja naik wahana rollerkoster, setelah Aluna keluar dari dalam mobil, Axel kembali mengemudikan mobilnya meninggalkan area koplesks rumah Aluna.Begitu Aluna memasuki kediamannya, gadis itu nampaknya sudah ditunggu oleh sang Ibu yang sudah sangat penasaran akan kencan butanya tadi."Bagaimana?" Tanya Nyonya Ayu tanpa basa basi terlebih dahulu"Kenapa Mama tidak memberitahuku bahwa teman kencan butaku adalah Axel?" Tanya Aluna balik membuat Nyonya Ayu tesenyum senang"Sengaja, karena Mama ingin memberimu kejutan."Aluna langsung tertawa hampa mendengar jawaban sang Ibu "Selamat, kejutan Mama sangat berhasil bahkan nyaris membuatku pingsan." Jawab Aluna "Kenapa kau begitu kesal, harusnya kau senang dapat bertemu dengan Axel lagi bukankah dulu kalian sangat akrab." Ucapan Nyonya Ayu membuat Aluna langsung terdiam lalu menatap sang Ibu nanar "Andai Mama tahu alasan aku ikut pindah dengan Mama adalah karena ingin
Aluna terpaku menatap Axel yang berdiri tegap menghalau pintu, sorot mata lelaki itu penuh permusuhan menatap sosok Aluna."Sudah sekian lama kita tak bertemu, kenapa kau begitu terburu-buru?" Ucap Axel, nada suara itu membuat dada Aluna sesak, gadis itu bahkan harus berusaha ekstra hanya untuk memompa paru-parunya untuk menghirup oksigen."Aku salah ruangan," tutur Aluna seraya melenggang pergi sementara Axel hanya tersenyum kecut dan menggeretakan rahangnya, sebelum terduduk diatas kursi yang telah disiapkan para pelayan untuk ruangan itu.Aluna berjalan terburu, dadanya sakit tubuhnya begetar hebat ia sama sekali tidak menyangka bahwa luka yang ditanam Axel 5 tahun silam benar-benar kembali terbuka saat sosok lelaki itu muncul dihadapannya."Kau benar, aku tidak mencintainya dan hanya menjadikannya sebagai pelampiasan " Aluna kembali mengingat ucapan Alex 5 tahun silam pada seorang gadis, kalimat Axel 5 tahun silam itu berhasil menumbangkan Aluna dikoridor restoran."Kau baik-baik
Aluna termenung dalam posisi duduk, perkataan Andin tentang bagian kesekretarisan untuk CEO baru perusahaanya benar-benar menyita semua pikiran dan kekhawatirannya, kecurigaan bahwa Pak Antonio memilihnya untuk di tumbalkan kini mulai menguat di pikiran Aluna "Apa yang harus aku lakukan jika aku yang di pindahkan?" Pikir Aluna cemas."ALUNA!" Suara keras Nyona Ayu membuat Aluna tersentak dari lamunannya membuat anak gadis sematawayangnya itu segera menatap kearah dirinya yang kini tengah berdiri di hadapan Aluna."Mama dari tadi berbicara denganmu tapi tak ada respon darimu." Ucap Nyonya Ayu merasa kecewa akan tindakan sang anak gadisAluna menghela nafas berat "Maafkan aku, Ma." Ucap Aluna membuat Nyonya Ayu menyerengitkan dahinya dan menangkap sesuatu diwajah bimbang sang anak."Apa ada masalah?" Tanya Nyonya AyuAluna terdiam sejenak menatap sang Ibu, ia ingin berbagi cerita dengan Ibunya itu namun jika ia berbagi cerita tentang pekerjaannya dan tentang kemungkinan bahwa dia akan
Aluna berdiri dengan raut wajah harap-harap cemas saat Pak Antonio memeriksa lembar demi lembar proposal yang diajukannya itu, dari raut wajah Pak Antonio, Aluna dapat mengetahui bahwa lelaki paruh bayar perjaka tua itu tidak membaca proposalnya selain hanya membalik lembar demi lembar dengan enggan dan bertingkah seolah-olah membacanya.Buuuk!.. bunyi pelan dari proposal yang di lepas Pak Antonio ke atas meja mencuri perhatian semua orang yang ada disana."Masih kurang bagus, ini bahkan tidak dapat di sebut sebagai proposal. Kau harus merevisinya lagi." Ucap Pak Antonio dengan enggan menatap Aluna yang kini tampak mengerutkan alisnya karena menahan rasa kesalnya.Aluna mengepalkan tangannya ingin rasanya ia meninju wajah lelaki paruh baya perjaka tua itu namun apalah daya ia hanya dapat menghajar Pak Antonio dalam benaknya saja."Maaf Pak sebelumnya, Bapak sudah memintaku merevisi proposal ini sebanyak 5 kali, kalau boleh aku tahu bagian mana dari proposal ini yang salah dan tidak ma