Aluna termenung dalam posisi duduk, perkataan Andin tentang bagian kesekretarisan untuk CEO baru perusahaanya benar-benar menyita semua pikiran dan kekhawatirannya, kecurigaan bahwa Pak Antonio memilihnya untuk di tumbalkan kini mulai menguat di pikiran Aluna
"Apa yang harus aku lakukan jika aku yang di pindahkan?" Pikir Aluna cemas."ALUNA!" Suara keras Nyona Ayu membuat Aluna tersentak dari lamunannya membuat anak gadis sematawayangnya itu segera menatap kearah dirinya yang kini tengah berdiri di hadapan Aluna."Mama dari tadi berbicara denganmu tapi tak ada respon darimu." Ucap Nyonya Ayu merasa kecewa akan tindakan sang anak gadisAluna menghela nafas berat "Maafkan aku, Ma." Ucap Aluna membuat Nyonya Ayu menyerengitkan dahinya dan menangkap sesuatu diwajah bimbang sang anak."Apa ada masalah?" Tanya Nyonya AyuAluna terdiam sejenak menatap sang Ibu, ia ingin berbagi cerita dengan Ibunya itu namun jika ia berbagi cerita tentang pekerjaannya dan tentang kemungkinan bahwa dia akan dipindahkan menjadi sekretaris seorang lelaki tua genit itu pasti akan membuat sang Ibu akan pergi mengamuk ke perusahaan hal itu pasti akan membuat Aluna merasa malu, jadi alih-alih bercerita dengan sang Ibu Aluna memilih untuk menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan sang Ibu."Kalau tidak ada apa-apa lalu kenapa kau melamun Alun sampai tidak fokus.""Jadi mana gaun yang harus ku pakai?" Tanya Aluna berusaha merubah topik dan berhasil karena mendengar pertanyaan Aluna, Nyonya Ayu langsung tersenyum lalu mengangkat dua buah dress one pices di tangannya. Dress berwarna putih di tangan kanan dan dress berwarna hitam di tangan kiri."Mama masih bingung memilih diantar dua dress ini?" Ucap Nyonya Ayu "Menurutmu dress mana yang cocok untuk kau kenakan?""Memangnya harus menggunakan dress yah, Ma?" Tanya Aluna"Tentu saja, Sayang. Acara kencan butanya diadakan di restoran mewah dengan konsep formal jadi untuk masuk ke restoran itu kau harus mengenakan dress, awalnya Mama ingin meminta mu menggunakan gaun tapi Mama sadar kau pasti tidak akan mau." Jelas Nyonya Ayu antusias"Baiklah pilihlah dress ini sekarang?"pinta Nyonya Ayu seraya mengangkat kembali kedua dress itu"Dress yang hitam saja." Jawab Aluna menjatuhkan pilihan pada dress hitam dengan desain simpel tanpa lengan dan leher dan memiliki bagian belakang yang cukup panjang dari pada bagian depannya."Baiklah, karena kau memilih dress hitam jadi make up mu harus bernuansa smoky elegan gitu." Ucap Nyonya Ayu yang terlihat mulai semangat"Harus pakai make up?" Tanya Aluna seakan ingin protes"Tentu saja," sambar Nyonya Ayu lalu mulai melancarkan aksinya untuk mendandani sang anak dimulai dari basic make up terlebih dahulu sementara Aluna hanya dapat pasrah menerima perlakuan sang Ibu.Hampir 2 jam berkutit dengan make up akhirnya Nyonya Ayu selsai mendandani sang anak. Nyonya Ayu tersenyum lebar melihat wajah Aluna yang terlihat cantik apalagi dengan polesan make up tipis bertema smoky korean look."Sekarang ganti bajumu," titah Nyonya Ayu seraya menyerahkan dress hitam ditangannya kearah Aluna.Aluna meraih dress itu lalu berdiri sebelum ia melangkah memasuki kamarnya ia menatap sang Ibu lalu berkata "Ini adalah kencan buta terakhir yah Ma. Setelah ini tidak ada kencan buta, kencan buta lagi. Dan berhentilah merengek memintaku untuk menghadiri kencan buta lagi.""Iya.. iya.." Sahut Nyonya Ayu "Tapi ingat juga, setidaknya kau harus menemani teman kencan butamu kali ini minimal selama 35 menit, tidak seperti kemarin baru satu detik kau bertemu dengan teman kencan butamu kau langsung pergi." Ucap Nyonya Ayu memperingati"Baiklah, tapi Mama sudah janji jika aku berhasil bertahan di acara kencan buta ini selama 35 menit maka tidak ada lagi kencan buta yang lain.""Iya.. baiklah." Sahut Nyonya Ayu dengan nada berat"Lagi pula kenapa Mama begitu antusias memintaku kencan buta, sementara aku sendiri masih belum ingin menikah." Dumel Aluna ketus itu terdengar oleh Nyonya Ayu"Apa kau tidak ingat Aluna, usiamu sekarang sudah 27 tahun, usia itu sudah terbilang tua untuk menikah." Mendengar ucapan sang Ibu Aluna yang tadinya melangkah hendak menuju kamarnya lalu memberhentikan langkahnya dan membalikan tubuhnya menatap sang Ibu."Ma!.. usiaku masih cukup muda, itu belum tua. Teman kantorku bahkan ada yang usianya 35 tahun tapi masih belum menikah, jika usia 27 tahun Mama sebut tua lalu bagaimana dengan yang usianya 35 tahun, apa Mama akan menyebut mereka fosil hidup?" Ucap Aluna melayangkan protes"Mama tidak perduli dengan usia wanita lain diluar sana yang belun menikah Aluna, yang Mama pedulikan adalah dirimu karena kau anak Mama dan bagi Mama usiamu sudah cukup tua jika belum menikah. Lagi pula andai kau punya pacar seperti gadis lain kau pikir Mama akan mendesakmu untuk kencan buta. Jika tidak ingin kencan buta maka segera cari pacar." Lagi-lagi Aluna hanya dapat menghela nafas berat mendengar semua pembelaan dari sang Ibu atas teori pernikahaan yang dianutnya."Sudahlah, intinya sekarang aku punya pacar atau tidak ini adalah kencan buta terakhir yang ku ikuti, Mama mengerti?" Dengan cepat Nyonya Ayu mengangguk meski berat.Tak beberapa lama Aluna keluar dari dalam kamarnya menggunakan dress hitam pilihannya, gadis itu terlihat seperti seorang princess dari negeri dongen wajahnya yang cantik dengan kesan menenangkan semakin memancarkan aura seorang princess dari dirinya terlebih dengan gaya rambut yang di capol keatas dan beberapa helai rambut yang dibiarian menjuntai menutupi dahinya.Nyonya Ayu tersenyum lalu menyerahkan tas hitam pada Aluna "Ingat harus bertahan selama 35 menit." Ucap sang Ibu "Sekarang pergilah.""Sebelum aku pergi, setidaknya beri tahu aku dulu siapa lelaki teman kencan butaku, bagaimana aku bisa menemui lelaki itu jika Mama tidak menunjukan fotonya padaku." Tutur Aluna"Dia yang akan menghampirimu nanti karena Mama sudah mengirim fotomu pada Ibunya dan lagi kau hanya harus memasuki restoran itu lalu duduk di meja nomor 5. Kau mengerti?""Baiklah." Sahut Aluna sebelum melangkah keluar meninggalkan rumahnya menghampiri taksi yang sudah menunggu di depan gerbang rumahnya.***Taksi yang di tumpangi Aluna kini berhenti tepat di sebuah restoran mewah bintang 5 bergaya Eropa clasik."Terimakasih, Pak." Ucap Aluna pada supir taksi lalu menyerahkan uang kepada supir taksi itu kemudian dengan langkah anggun memasuki area teras restoran.Saat masuk, seorang pelayan langsung menghampiri Aluna."Silahkan Nona," ucap pelayan itu ramah"Ah.. aku ada janji temu di meja nomor 5." Ucap Aluna dengan segera pelayan itu dengan taksim menuntun Aluna kearah sebuah ruangan VVIP "Silahkan Nona." Ucap pelayan itu sambil membuka pintu"Tuan pemesan ruangan ini sedang ke toilet jadi beliau memintaku untuk menyapaikan kepada anda." Ucap pelayan itu lagi"Terimakasih." Ucap Aluna seraya melangkah kan kakinya memasuki ruangan menghampiri meja yang berada di tengah-tengah ruangan cukup luas itu.Langkah Aluna tiba-tiba terhenti saat indra penciumannya menangkap harum maskulin yang sangat ia kenal dimasa lalu, seketika tubuhnya goyah ketika kembali mengingat pemilik aroma harum maskulin yang menenangkan itu. Dengan langkah tertatih Aluna menghampiri kursi lalu mendudukan tubuhnya disana."Bagaimana aku bisa kembali mengingat lelaki brengsek itu lagi hanya karena sebuah aroma parfum." Gumam Aluna seraya menatap jas yang ada di atas sandaran kursi yang ada di depannya, Aluna yakin aroma maskulin itu berasal dari jas yang ada diatas sandaran kursi itu.Beberapa detik setelah mendudukan tubuhnya tiba-tiba Aluna tersentak berdiri dengan wajah panik "Tidak mungkin teman kecan butaku saat ini adalah Axel?" Pikir Aluna namun feelingnya mengatakan bahwa teman kencan butanya kali ini adalah Alex meski pikirannya selalu berkata itu tidak mungkin Axel karena bukan hanya Axsel yang memiliki aroma maskulin seperti ini."Tapi bagaimana jika lelaki itu adalah Axel, mungkin itu sebabnya Mama tidak menunjukan fotonya padaku." Pikir Aluna lalu dengan terburu berjalan meninggalkan ruangan karena ia tidak ingin kembali bertemu dengan seorang lelaki yang dulunya perna menggoreskan luka yang besar di hatinya, bahkan sampai sekarang luka itu masi ada meski tidak sedalam dulu.Tepat di depan pintu ruangan saat Aluna ingin meraih ganggang pintu Ckleekk!!.. bunyi ganggang pintu yang dibuka dari luar membuat Aluna tersentak dan tak beberapa lama sosok lelaki yang dicuriga sebagai Axel muncul dihadapan Aluna."Kau ingin pergi, Nona?" Tanya lelaki itu membuat tubuh Aluna terpaku, baik dari suara intonasi dan wajah tidak ada yang berubah lelaki yang ada di hadapan Aluna saat ini benar-benar seorang Axel. Bahkan wajah dingin dengan sorot mata tajam lelaki itu masih bisa mengunci Aluna berdiri ditempatnya.Bersambung..Aluna terpaku menatap Axel yang berdiri tegap menghalau pintu, sorot mata lelaki itu penuh permusuhan menatap sosok Aluna."Sudah sekian lama kita tak bertemu, kenapa kau begitu terburu-buru?" Ucap Axel, nada suara itu membuat dada Aluna sesak, gadis itu bahkan harus berusaha ekstra hanya untuk memompa paru-parunya untuk menghirup oksigen."Aku salah ruangan," tutur Aluna seraya melenggang pergi sementara Axel hanya tersenyum kecut dan menggeretakan rahangnya, sebelum terduduk diatas kursi yang telah disiapkan para pelayan untuk ruangan itu.Aluna berjalan terburu, dadanya sakit tubuhnya begetar hebat ia sama sekali tidak menyangka bahwa luka yang ditanam Axel 5 tahun silam benar-benar kembali terbuka saat sosok lelaki itu muncul dihadapannya."Kau benar, aku tidak mencintainya dan hanya menjadikannya sebagai pelampiasan " Aluna kembali mengingat ucapan Alex 5 tahun silam pada seorang gadis, kalimat Axel 5 tahun silam itu berhasil menumbangkan Aluna dikoridor restoran."Kau baik-baik
Aluna keluar dari dalam mobil Axel dengan tubuh yang lemas, rasanya ia baru saja naik wahana rollerkoster, setelah Aluna keluar dari dalam mobil, Axel kembali mengemudikan mobilnya meninggalkan area koplesks rumah Aluna.Begitu Aluna memasuki kediamannya, gadis itu nampaknya sudah ditunggu oleh sang Ibu yang sudah sangat penasaran akan kencan butanya tadi."Bagaimana?" Tanya Nyonya Ayu tanpa basa basi terlebih dahulu"Kenapa Mama tidak memberitahuku bahwa teman kencan butaku adalah Axel?" Tanya Aluna balik membuat Nyonya Ayu tesenyum senang"Sengaja, karena Mama ingin memberimu kejutan."Aluna langsung tertawa hampa mendengar jawaban sang Ibu "Selamat, kejutan Mama sangat berhasil bahkan nyaris membuatku pingsan." Jawab Aluna "Kenapa kau begitu kesal, harusnya kau senang dapat bertemu dengan Axel lagi bukankah dulu kalian sangat akrab." Ucapan Nyonya Ayu membuat Aluna langsung terdiam lalu menatap sang Ibu nanar "Andai Mama tahu alasan aku ikut pindah dengan Mama adalah karena ingin
Melihat Axel berdiri di hadapannya membuat tubuh Aluna langsung membeku, ia berpikir bahwa pertemuannya semalam dengan Axel adalah pertemuan terakhir tapi nampaknya takdir berkata lain."Aluna?" Panggil Axel membuat Aluna Tersentak, ketika Axel berusaha menyentuh tangannya membuat nampan yang di genggamnya langsung jatuh ke lantai."Maaf Tuan akan aku ambilkan yang baru." Ucap Aluna segera bergegas hendak meninggalkan ruangan menghindari Axel namun sayang saat ia menjulurkan tangan ingin membuka pintu Axel yang tepat berada di belakang Aluna langsung menutup pintu dengan posisi menghimpit tubuh Aluna."Aku sudah katakan padamu bukan bahwa aku akan membalas dendamku." Tutur Axel seraya membalikan tubuh Aluna menghadap kearahnya.Aluna melotot saat mendapati sorot mata Axel yang penuh rasa benci dan dendam padanya."Akan ku ambil apa yang seharusnya menjadi miliku saat kita berpacaran dulu." "Apa maksud..." ucapan Aluna terhenti saat Axel mencium bibirnya dengan kasar, Axel bahkan mena
Aluna berdiri dengan raut wajah harap-harap cemas saat Pak Antonio memeriksa lembar demi lembar proposal yang diajukannya itu, dari raut wajah Pak Antonio, Aluna dapat mengetahui bahwa lelaki paruh bayar perjaka tua itu tidak membaca proposalnya selain hanya membalik lembar demi lembar dengan enggan dan bertingkah seolah-olah membacanya.Buuuk!.. bunyi pelan dari proposal yang di lepas Pak Antonio ke atas meja mencuri perhatian semua orang yang ada disana."Masih kurang bagus, ini bahkan tidak dapat di sebut sebagai proposal. Kau harus merevisinya lagi." Ucap Pak Antonio dengan enggan menatap Aluna yang kini tampak mengerutkan alisnya karena menahan rasa kesalnya.Aluna mengepalkan tangannya ingin rasanya ia meninju wajah lelaki paruh baya perjaka tua itu namun apalah daya ia hanya dapat menghajar Pak Antonio dalam benaknya saja."Maaf Pak sebelumnya, Bapak sudah memintaku merevisi proposal ini sebanyak 5 kali, kalau boleh aku tahu bagian mana dari proposal ini yang salah dan tidak ma
Melihat Axel berdiri di hadapannya membuat tubuh Aluna langsung membeku, ia berpikir bahwa pertemuannya semalam dengan Axel adalah pertemuan terakhir tapi nampaknya takdir berkata lain."Aluna?" Panggil Axel membuat Aluna Tersentak, ketika Axel berusaha menyentuh tangannya membuat nampan yang di genggamnya langsung jatuh ke lantai."Maaf Tuan akan aku ambilkan yang baru." Ucap Aluna segera bergegas hendak meninggalkan ruangan menghindari Axel namun sayang saat ia menjulurkan tangan ingin membuka pintu Axel yang tepat berada di belakang Aluna langsung menutup pintu dengan posisi menghimpit tubuh Aluna."Aku sudah katakan padamu bukan bahwa aku akan membalas dendamku." Tutur Axel seraya membalikan tubuh Aluna menghadap kearahnya.Aluna melotot saat mendapati sorot mata Axel yang penuh rasa benci dan dendam padanya."Akan ku ambil apa yang seharusnya menjadi miliku saat kita berpacaran dulu." "Apa maksud..." ucapan Aluna terhenti saat Axel mencium bibirnya dengan kasar, Axel bahkan mena
Aluna keluar dari dalam mobil Axel dengan tubuh yang lemas, rasanya ia baru saja naik wahana rollerkoster, setelah Aluna keluar dari dalam mobil, Axel kembali mengemudikan mobilnya meninggalkan area koplesks rumah Aluna.Begitu Aluna memasuki kediamannya, gadis itu nampaknya sudah ditunggu oleh sang Ibu yang sudah sangat penasaran akan kencan butanya tadi."Bagaimana?" Tanya Nyonya Ayu tanpa basa basi terlebih dahulu"Kenapa Mama tidak memberitahuku bahwa teman kencan butaku adalah Axel?" Tanya Aluna balik membuat Nyonya Ayu tesenyum senang"Sengaja, karena Mama ingin memberimu kejutan."Aluna langsung tertawa hampa mendengar jawaban sang Ibu "Selamat, kejutan Mama sangat berhasil bahkan nyaris membuatku pingsan." Jawab Aluna "Kenapa kau begitu kesal, harusnya kau senang dapat bertemu dengan Axel lagi bukankah dulu kalian sangat akrab." Ucapan Nyonya Ayu membuat Aluna langsung terdiam lalu menatap sang Ibu nanar "Andai Mama tahu alasan aku ikut pindah dengan Mama adalah karena ingin
Aluna terpaku menatap Axel yang berdiri tegap menghalau pintu, sorot mata lelaki itu penuh permusuhan menatap sosok Aluna."Sudah sekian lama kita tak bertemu, kenapa kau begitu terburu-buru?" Ucap Axel, nada suara itu membuat dada Aluna sesak, gadis itu bahkan harus berusaha ekstra hanya untuk memompa paru-parunya untuk menghirup oksigen."Aku salah ruangan," tutur Aluna seraya melenggang pergi sementara Axel hanya tersenyum kecut dan menggeretakan rahangnya, sebelum terduduk diatas kursi yang telah disiapkan para pelayan untuk ruangan itu.Aluna berjalan terburu, dadanya sakit tubuhnya begetar hebat ia sama sekali tidak menyangka bahwa luka yang ditanam Axel 5 tahun silam benar-benar kembali terbuka saat sosok lelaki itu muncul dihadapannya."Kau benar, aku tidak mencintainya dan hanya menjadikannya sebagai pelampiasan " Aluna kembali mengingat ucapan Alex 5 tahun silam pada seorang gadis, kalimat Axel 5 tahun silam itu berhasil menumbangkan Aluna dikoridor restoran."Kau baik-baik
Aluna termenung dalam posisi duduk, perkataan Andin tentang bagian kesekretarisan untuk CEO baru perusahaanya benar-benar menyita semua pikiran dan kekhawatirannya, kecurigaan bahwa Pak Antonio memilihnya untuk di tumbalkan kini mulai menguat di pikiran Aluna "Apa yang harus aku lakukan jika aku yang di pindahkan?" Pikir Aluna cemas."ALUNA!" Suara keras Nyona Ayu membuat Aluna tersentak dari lamunannya membuat anak gadis sematawayangnya itu segera menatap kearah dirinya yang kini tengah berdiri di hadapan Aluna."Mama dari tadi berbicara denganmu tapi tak ada respon darimu." Ucap Nyonya Ayu merasa kecewa akan tindakan sang anak gadisAluna menghela nafas berat "Maafkan aku, Ma." Ucap Aluna membuat Nyonya Ayu menyerengitkan dahinya dan menangkap sesuatu diwajah bimbang sang anak."Apa ada masalah?" Tanya Nyonya AyuAluna terdiam sejenak menatap sang Ibu, ia ingin berbagi cerita dengan Ibunya itu namun jika ia berbagi cerita tentang pekerjaannya dan tentang kemungkinan bahwa dia akan
Aluna berdiri dengan raut wajah harap-harap cemas saat Pak Antonio memeriksa lembar demi lembar proposal yang diajukannya itu, dari raut wajah Pak Antonio, Aluna dapat mengetahui bahwa lelaki paruh bayar perjaka tua itu tidak membaca proposalnya selain hanya membalik lembar demi lembar dengan enggan dan bertingkah seolah-olah membacanya.Buuuk!.. bunyi pelan dari proposal yang di lepas Pak Antonio ke atas meja mencuri perhatian semua orang yang ada disana."Masih kurang bagus, ini bahkan tidak dapat di sebut sebagai proposal. Kau harus merevisinya lagi." Ucap Pak Antonio dengan enggan menatap Aluna yang kini tampak mengerutkan alisnya karena menahan rasa kesalnya.Aluna mengepalkan tangannya ingin rasanya ia meninju wajah lelaki paruh baya perjaka tua itu namun apalah daya ia hanya dapat menghajar Pak Antonio dalam benaknya saja."Maaf Pak sebelumnya, Bapak sudah memintaku merevisi proposal ini sebanyak 5 kali, kalau boleh aku tahu bagian mana dari proposal ini yang salah dan tidak ma