Ariel menunduk. Beberapa saat kemudian, pundaknya gemetar.Belum sempat si pria merasa bingung, Ariel pun tertawa. Si pria spontan merinding, tetapi dia merasa sepertinya Ariel sedang mentertawakannya. Dia langsung menjambak rambut Ariel, lalu berkata dengan galak, “Sialan! Apa yang kamu tertawakan!”Ariel membuka matanya. Terlintas ekspresi dingin di dalam mata merahnya. Kelopak mata Ariel kelihatan sedikit membengkak. “Apa kamu tahu apa akibatnya dari orang-orang yang bersikap arogan di depanku?”Tanpa menunggu respons dari si pria, entah sejak kapan Ariel berhasil melepaskan ikatan di tangannya. Dia langsung melilit leher pria itu dengan tali. Si pria mengentakkan kakinya hendak meronta. Wajahnya pun sudah merona karena dililit tali. Dia bahkan hampir kehilangan napasnya.Pria yang satu lagi langsung berlari ke sisi Ariel, lalu mencekik lehernya dari belakang dan menyeret Ariel. Tanpa sungkan, Ariel langsung mematahkan jari tangan si pria. Pria itu kesakitan spontan melepaskan ceng
“Haih, itu nasibnya.”Pengurus rumah memeluk pundak kecil Ariel dengan raut serius. “Tuan Muda ….”Waktu itu Ariel tidak menangis dengan tersedu-sedu. Tidak terlihat ekspresi apa pun di wajah pucatnya. Entah dari mana asal keberaniannya, Ariel langsung berlari ke tengah hujan.“Tuan Muda!”Ariel berlari ke hadapan Tobias. Tobias menunduk, tidak berani menatap matanya. Tiba-tiba Ariel menarik tangan Tobias. “Di mana Ibu?”Tobias tidak berbicara.Ariel kembali menggoyang tangan Tobias. Setetes demi setetes air mata mengalir. “Kata Ibu, dia akan pulang setelah beli hadiah buat aku. Kenapa Ibu nggak pulang? Kenapa Ibu bohongi aku? Apa Ibu nggak menginginkanku lagi?”Tobias sungguh tidak berdaya. Air hujan memerciki wajahnya. Tidak bisa dibedakan yang mana air hujan dan yang mana air mata. Dia memegang erat hadiah di tangan, lalu menyerahkannya kepada Ariel.Saat Ariel memegang kotak hadiah itu, suara tangisnya semakin keras lagi. Tobias berjongkok untuk memeluk Ariel. Suaranya terdengar s
Dessy tersenyum. “Keinginanmu pasti akan terkabulkan.”Ariel membuka matanya. Dia menyadari dirinya sedang berbaring di atas kamar pasien. Disusul, dia mendengar suara Tobias dan juga Dessy. Ketika melihat Ariel sudah bangun, Tobias segera berjalan ke sisi ranjang. “Ariel, kamu sudah bangun?”Dessy tersenyum. “Akhirnya Nona bangun juga. Aku pergi panggil dokter!”Dokter berjalan ke dalam kamar pasien, lalu memeriksa Ariel. Kemudian, dokter berkata pada Tobias, “Pasien baik-baik saja, hanya saja ada air yang menumpuk di paru-paru dan sedikit demam.”Tobias mengangguk. “Terima kasih.”Dessy duduk di samping ranjang. “Nona, apa yang kamu rasakan?”Ariel menatap plafon dengan terbengong. Dia tidak berbicara sama sekali.Tobias berdiri dengan menopang tongkat. Hatinya terasa tenang. Namun, tiba-tiba Tobias kepikiran sesuatu dan dia pun merasa marah. “Kamu seharusnya tahu meski Tom menculikmu, dia juga tidak berani melakukan apa-apa terhadapmu. Kamu cukup menunggu kami datang menyelamatkanmu
Ariel tertegun sejenak, lalu terdiam.Sebenarnya Ariel juga tidak tahu kenapa dirinya bisa lompat ke dalam laut. Dia sangat membenci laut. Namun, dia masih saja hidup di atas pulau. Hanya saja, dia tidak memiliki perasaan apa-apa terhadap laut.Setiap kali melaut untuk berbisnis, Ariel selalu memilih untuk tinggal di dalam kamar. Dia tidak akan pergi ke dek. Bahkan saat menemukan Jules di laut, dia juga menyuruh bawahannya yang sedang patroli untuk mengangkat Jules ke atas kapal. Sebenarnya dia bisa memilih untuk tidak menyelamatkan Ariel.Sebab, hidup matinya orang lain tidak ada hubungannya dengan Ariel. Mungkin dia kepikiran dengan ibunya yang juga mati di dalam laut yang dingin ini. Jadi, hati Ariel merasa goyah. Sebenarnya apa alasan Ariel memilih untuk melompat ke laut? Mungkin Ariel tidak ingin dirinya jatuh ke tangan Tom, lalu melibatkan Keluarga Oswaldo saja. Tatapan Ariel tertuju pada boneka merah muda di tangan Jodhiva. Dia langsung menunjukkan ekspresi risi. “Sudah segede
Tom ingin memonopoli semua area kekuasaan Puzo di pulau ini. Hanya dengan begitu, Tom baru memiliki kekuatan untuk menghadapi Keluarga Oswaldo.Si Gendut mengangguk. “Aku mengerti.”…Masalah Tom menguasai area barat daya sudah tersebar sampai ke Keluarga Oswaldo. Berhubung Organisasi Skelem bertindak dengan brutal, tak sedikit geng di area barat daya terpaksa menuruti perintah Tom.Kekacauan dan kerusuhan di sana membuat banyak toko tutup untuk berlindung. Bahkan, para pejalan kaki malah menjadi korban dalam kerusuhan itu. Banyak turis hanya bisa bersembunyi di hotel dan tidak berani keluar.Di Restoran Sameton, Tobias bersama Jodhiva dan yang lainnya duduk di ruang VIP untuk berdiskusi tentang langkah selanjutnya. Setelah mendengar laporan dari Dessy, Roger merasa marah. “Cara Tom seperti ini hanya akan membuat reputasi Pulau Persia semakin buruk. Bisa jadi bisnis Keluarga Oswaldo juga akan terkena imbasnya. Meski Tom benar-benar berhasil menguasai wilayah Puzo, aku rasa orang-orang
Semua ini sudah direncanakan sejak Tom datang ke Pulau Persia dua tahun silam. Sams hanyalah pion Tom saja.Tom berhasil mendapatkan rasa percaya Sams, kemudian berhasil menghasut Sams mengalihkan dana Geng Markus kepadanya. Dengan dalih membantu Sams, Tom pun menjadi dalang di balik semuanya.Semua itu cukup menjelaskan bagaimana seorang buronan yang tidak memiliki apa pun, bisa tiba di Pulau Persia yang asing baginya, apalagi mampu mengendalikan semuanya. Bahkan, anggota Organisasi Skelem diam-diam berhasil disogoknya.Puzo merasa emosi hingga sekujur tubuhnya gemetar. “Dasar berengsek! Transaksi apa yang kamu lakukan dengan mereka!”Tom membungkukkan tubuhnya untuk menatap Puzo. Dia tidak bisa menyembunyikan betapa gembiranya dia saat ini. “Tentu saja setelah aku menggantikan posisimu, aku akan membagikan keuntungan buat mereka.”Puzo tertegun di tempat.Tom langsung berdiri, lalu berjalan ke samping. “Aku akui kamu cukup ambisius. Kamu ingin memperluas kekuasaanmu sampai ke Europia
Tom berusaha untuk menghindari tembakan di kerumunan. Si Gendut dan dua pria berpakaian hitam lainnya membuka tembakan sembari membawa Tom meninggalkan tempat.Saat ini, Tom sudah berhasil memasuki mobil. Si Gendut dan pria berpakaian hitam juga ikut memasuki mobil. Pihak kepolisian mengejar keluar vila. Peluru tak berhenti ditembakkan ke tubuh mobil. Namun, mobil melaju kencang meninggalkan orang-orang di belakang.Hujan semakin lebat saja. Mobil mengebut di tengah hujan.Pria berpakaian hitam yang mengemudi mobil menyadari ada mobil di depan sana. Dia segera menginjak pedal rem, lalu memutar setir mobil ke jalan yang satu lagi.Tom menggertakkan giginya. “Sialan! Aku sudah meremehkan Puzo. Kita mesti segera meninggalkan Pulau Persia.”Pihak kepolisian luar negeri bisa datang sampai ke Pulau Persia pasti demi menangkap Tom. Keberadaannya telah terbongkar. Jadi, dia tidak boleh tinggal lama di tempat ini lagi.Hujan lebat di luar sana mengaburkan pandangan sekitar. Selain melihat ke si
“Memangnya kalian bisa menangkapku?” Lagi-lagi Tom melakukan serangan. “Aku tidak akan mengakui kekalahanku. Meskipun kamu mati, aku juga akan membawamu ke neraka!”Pada saat yang sama, Dessy berjalan ke halaman dengan memegang payung. Dia meletakkan payung di sisi pintu, lalu memasuki ruang tamu. “Tuan Tobias.”Tobias menatapnya. “Ada apa?”“Tom melarikan diri.” Dessy terdiam sejenak, lalu melanjutkan, “Tapi langkahnya berhasil dihalangi oleh Tuan Muda Jules. Seharusnya dia bisa mengulur waktu sampai mereka tiba.”Jessie spontan berdiri. “Apa dia sendirian?”Dessy mengangguk.Jessie menggigit erat bibirnya. Kenapa Jules malah sendirian?Saat Jessie hendak menyusul langkah Jules, Tobias pun menghalanginya. “Kalau kamu pergi, masalah akan semakin kacau lagi.”Jessie berkata, “Bagaimana kalau Tom punya banyak anggota? Aku nggak bisa biarkan Jules sendirian.”Pada saat ini, Dessy juga membujuk Jessie, “Tuan Muda Jules punya keyakinan. Kalau kamu pergi, dia malah mesti melindungimu. Nanti
Carly berjalan ke sisi Dacia. “Dacia, kamu … apa kamu baik-baik saja?”Dacia menggeleng. Saat ini, dia sudah tidak bisa berkata-kata lagi.Carly berusaha menenangkan Dacia di samping hingga kedatangan Jerremy. Jerremy menebak Dacia sudah mengetahui kabar itu. Itulah sebabnya dia bergegas ke akademi untuk mencari Dacia.Jerremy merangkul Dacia. “Terima kasih. Serahkan saja dia kepadaku.”Carly mengangguk.Jerremy membawa Dacia ke dalam mobil, lalu bergegas meninggalkan akademi. Dia membawa Dacia ke istana. Saat Dacia merasa bingung, kebetulan Jessie dan Jules berjalan keluar istana. “Dacia, beri penghormatan terakhir kepada kakekmu.”Dacia mengepal erat kedua tangannya, lalu bergegas berlari ke dalam istana.Saat ini, istana kedatangan banyak pejabat dan politikus dari seluruh penjuru. Jasad Raja Willie diletakkan di dalam kotak kaca. Raut wajahnya terlihat sangat santai, seolah-olah sedang tidur saja.Dacia muncul di depan aula, kemudian disusul dengan Jules. Dia melangkahkan kakinya p
Jules menatapnya. “Bagaimana kondisi tubuhmu?”Willie membalas dengan tersenyum, “Tidak apa-apa. Namanya juga sudah tua, wajar kalau sering sakit. Aku sudah bekerja selama bertahun-tahun. Aku selalu mendedikasikan diriku dalam urusan negara. Aku tidak merasa bersalah terhadap rakyatku, tapi aku merasa aku bersalah terhadap kalian.”Jules menggigit bibirnya dan tidak berbicara.Tatapan Raja Willie tertuju pada luar jendela. Tatapannya kelihatan datar. “Aku bersalah terhadap nenekmu, juga bersalah terhadap ibumu, kamu, dan juga Dacia.”Willie merasa sakit hati dengan perbuatan yang dilakukan ibunya Dacia. Bagaimanapun, Lidya juga adalah putrinya. Terlebih, sebenarnya Dacia juga tidak bersalah.Jessie memutar sedikit bola matanya. “Kakek, kamu mesti jaga kesehatanmu dengan baik. Jadi, kamu bakal punya kesempatan untuk menebus kesalahanmu. Dacia juga nggak bakal salahin kamu.”Ketika mendengar ucapan Jessie, Willie pun tersenyum. “Semoga saja seperti itu.”Willie mulai terbatuk-batuk. Jule
Jules merangkul pundak Jessie. Dia menggigit bagian yang sudah digigit Jessie tadi. “Emm, manis sekali, seperti aroma Jessie.”Wajah Jessie terasa panas. “Kamu … aku suruh kamu coba ubinya. Kenapa kamu sembarangan bicara, sih?”Senyuman di wajah Jules semakin lebar lagi. “Tadi kamu baru makan di rumah Kak Jerry. Sekarang kamu malah mau makan ubi.”“Putramu lagi lapar, bukan aku.”“Putra kita jago makan juga, sepertinya kelak dia akan menjadi bocah gendut.”Jessie mengusap perutnya sembari tersenyum. “Bisa jadi dia itu gadis gendut.”Jules mengesampingkan rambut Jessie. Dia melihat Jessie yang semakin rakus itu dengan tersenyum. “Tidak masalah. Aku suka dua-duanya.”Pada saat ini, ponsel Jessie tiba-tiba berdering. Dia mengambil ponsel, lalu melihat sekilas. Ternyata ada panggilan masuk dari Silvia.“Ibu?”Silvia berkata dengan tersenyum, “Sayangku, malam ini aku dan ayahmu tinggal di istana, tidak pulang ke rumah. Ingat bantu aku sampaikan kepada Jules. Oh, ya, kalau Jules berani menin
Jules tersenyum. “Mereka semua baik-baik saja. Bagaimana dengan Paman?”Daniel mengangguk sembari mengangkat gelas teh. “Aku juga baik-baik saja.”Jerremy berjalan menuruni tangga. Ketika melihat keberadaan Jules, dia pun berkata, “Pintar juga, datangnya saat jam makan.”Jessie mencondongkan kepalanya keluar dapur. “Jangan tindas suamiku!”Jerremy terdiam membisu.Daniel pun tersenyum, lalu mengalihkan topik pembicaraan. “Hari ini kita makan hotpot saja?”Jessie segera menimpali, “Iya, hotpot enak, kok!”Jules mengatakan, “Aku ikut istriku saja.”Saat Daniel hendak berbicara, Jerremy malah menunjukkan rasa tidak puasnya. “Masa makan ….”Dacia langsung berdeham.Jerremy berlagak merenung, lalu memiringkan kepalanya. “Iya, makan hotpot saja.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi.Pada jam lima sore, meja makan sudah dipenuhi dengan bahan makanan, seperti daging sapi, daging ayam, daging ikan, daging udang, dan berbagai jenis sayur hijau. Bukan hanya itu saja, ada juga camilan di s
Jodhiva berjalan keluar. “Apa kamu tidak pernah berendam?”“Nggak ada musim dingin di Pulau Persia. Siapa juga yang akan berendam?” Ariel menoleh. Ketika melihat Jodhiva hanya membungkus setengah tubuhnya dengan handuk, dia segera mengalihkan pandangannya.Jodhiva berjalan ke belakang Ariel, lalu mengulurkan tangan untuk memeluk Ariel. “Bukannya kamu mau berendam air panas?”Ariel menarik napas dalam-dalam. “Aku memang mau berendam, tapi kamu malah menggodaku.”Jodhiva pun tersenyum. “Sekalian.”Usai berbicara, Jodhiva langsung menggendong Ariel.Ariel memeluk leher Jodhiva sembari memejamkan matanya. “Jangan ceburin aku!”Jodhiva membawanya turun ke dalam pemandian air panas. Seiring dengan suara “byur”, air memercik ke segala arah. Ariel muncul ke permukaan. Rambut panjangnya yang basah menempel di punggungnya.Ariel mengusap air di wajahnya dan berteriak, “Dasar berengsek!”Jodhiva memeluk Ariel di dalam pelukannya. “Ariel.”Ariel hanya merasa jari tangannya terasa dingin. Dia pun t
Di Grup Angkasa.Saat jam istirahat, para karyawan sedang membahas acara malam hari ini. Saat Edwin membawa kotak hadiah melewati sisi mereka, ada yang bertanya dengan tersenyum, “Tuan Edwin, itu hadiah buat kekasihmu?”Edwin merasa kaget. “Sejak kapan aku punya kekasih? Bukan punyaku, tapi punya Tuan Muda Jody.”Semua orang langsung mengerumuninya. “Apa isinya perhiasan?”“Apa Tuan Muda Jody menghadiahkannya untuk istrinya?”“Romantis sekali. Kenapa nggak ada yang kasih hadiah Natal buat aku?”Sebenarnya Edwin juga tidak tahu. Hanya saja, isinya memang adalah perhiasan dari suatu merek ternama.Entah sejak kapan Jodhiva berdiri di belakang mereka, dia pun tersenyum. “Apa kalian tidak mau cepat pulang kerja? Kalau begitu, kalian lembur saja?”“Tidak, tidak! Kami ingin pulang kerja tepat waktu. Kami semua punya acara nanti malam.” Mereka segera kembali ke tempat duduk mereka.Edwin berjalan ke sisi Jodhiva, lalu menyerahkan kotak hadiah kepadanya. Dia bertanya dengan penasaran, “Ini had
Ariel terdiam sejenak.Pemikiran Sulivan sangat jernih, tetapi terlalu blak-blakan. Bagaimana dia bisa memiliki pacar nantinya?Ariel berjongkok di hadapan Sulivan untuk bertatapan dengan matanya. “Nggak ada yang menentukan kamu mesti menyukainya dan kamu nggak boleh menolak. Tapi, hadiah ini niat baik dari orang lain. Nggak peduli kamu suka atau nggak, kamu mesti berterima kasih.”“Meski kamu nggak mau, kamu boleh mengatakan kamu nggak memerlukannya, terima kasih atas maksud baikmu. Ini yang dinamakan sopan santun.”Sulivan menatap Ariel dalam beberapa saat. “Kamu cerewet sekali.”Saat Ariel hendak mengatakan sesuatu, anak perempuan itu pun menangis. Kali ini, Ariel merasa kewalahan, segera membujuk.Yogi mendengar suara tangisan itu. Dia langsung mendekat. Dia menyadari Ariel sedang membujuk anak perempuan yang sedang menangis dengan penuh kesabaran. Namun, anak perempuan itu masih tidak berhenti menangis.Yogi mendekat, lalu menggendong si anak perempuan. “Kenapa malah menangis? Apa
Ariel tertegun. “Selain kamu, siapa yang bisa bawa aku pergi?”Jodhiva meletakkan sebutir telur ayam di atas piring Ariel. “Bagaimana kalau bukan aku?”Ariel menggigit bibirnya. “Lain kali aku nggak bakal minum sebanyak ini lagi.”Ketika melihat Ariel sedang merenung kesalahannya, Jodhiva pun tertawa. “Kamu cukup tulus ketika mengakui kesalahanmu.”Ariel mengupas kulit telur. “Semalam … aku nggak ngawur, ‘kan?”Jodhiva mengiakan. “Sedikit.”Ariel merasa syok, spontan mengangkat kepalanya. “Apa yang aku katakan?”Jodhiva tidak menjawab, melainkan mempermainkannya. “Coba pikir sendiri.”Ariel berpikir dalam waktu lama. Sepertinya dia ingat dengan apa yang dikatakannya semalam. ‘Jody, aku sangat menyukaimu.’Tiba-tiba kedua mata Ariel terbelalak lebar. Dia menutup wajah meronanya. Apa? Dia malah mengutarakan perasaannya di saat sedang mabuk?Jodhiva mengangkat-angkat alisnya. “Sudah ingat?”“Ergh … aku … aku mabuk.” Sekarang Ariel tidak sanggup mengatakannya lagi.Jodhiva membungkukkan tu
Yogi mengangkat kelopak matanya, lalu memalingkan kepalanya. “Masalah itu nggak ada hubungannya sama kamu.”Mengenai masalah dua orang wanita pendamping itu, Yogi tahu semua itu adalah ide Ariel.Ariel memang arogan, tapi dia tidak jahat hingga berencana menghancurkan reputasi seseorang. Sebenarnya Ariel dan dua wanita pendamping itu juga masuk jebakan orang lain.Ide buruk Ariel kebetulan melancarkan rencana orang lain. Itulah sebabnya setelah masalah terekspos, Yogi pun dijuluki sebagai “buaya darat”.Hanya saja, semuanya sudah berlalu lama. Yogi juga sudah tidak mempermasalahkannya lagi dan sudah tidak ada lagi “dendam” di hatinya.Beberapa saat kemudian, tidak lagi kedengaran suara Ariel, Yogi pun menatapnya.Ariel sedang tertidur bersandar di atas meja. Entah sejak kapan Ariel ketiduran? Sepertinya suara ribut di samping tidak bisa mengganggu tidurnya.Tatapan Yogi tertuju pada wajah Ariel. Dulu saat pertama kali bertemu dengan Ariel di Pulau Persia, dia merasa Ariel sungguh mirip