Jessie menggaruk pipinya dengan canggung. “Mungkin … nggak ada yang perlu dicemburui?”Semalam Jules sudah melahapnya hingga tak bersisa. Sepertinya agak keterlaluan jika Jules cemburu lagi?Ariel melipat kedua tangan di depan dada. Terlintas ekspresi tidak senang di wajahnya. “Tidak seru. Aku kira aku bisa jadi saingan asmaranya.”Jessie hanya tersenyum dan tidak berbicara lagi.Pada saat ini, Jodhiva dan Jules memandang ke sisi halaman. Ekspresi Jodhiva kelihatan tenang. “Sepertinya kamu tidak peduli dengan kedekatan Jessie dan Tuan Muda Ariel?”Jules mengalihkan pandangannya dan tersenyum. “Apa ada yang perlu aku pedulikan?”Jodhiva menyipitkan matanya. “Sepertinya kamu sudah tahu sejak awal?”Tatapan Jules tertuju pada diri Jodhiva. “Apa maksud Kak Jody?”“Menurutmu?”Jodhiva tidak menjawab dengan langsung, malah memberi pertanyaan yang bersifat ambigu. Alhasil pihak lawan tidak bisa menebak isi pikirannya. Inilah trik yang sering digunakan Jodhiva. Jika pihak lawan tidak cukup ber
Jelas-jelas Jessie sedang marah, tetapi dia malah kelihatan imut.Jules sungguh kehabisan kata-kata.Jessie membalikkan tubuhnya, lalu berkata dengan Ariel, “Kak Ariel, bukannya kamu mau bawa aku jalan-jalan? Ayo, kita pergi!”Jessie duluan berjalan pergi. Ariel juga tidak menolak.Saat melihat Jules, Ariel pun tidak bisa menyembunyikan ekspresi puasnya.Jules hanya bisa terdiam membisu.Namun, Jodhiva tahu bahwa adiknya sedang membantu Ariel untuk menyembunyikan rahasianya. Mobil dengan perlahan melaju ke pusat kota.Ariel melihat ke sisi Jessie sembari tertawa. “Terima kasih.”Jessie menghela napas. “Kak Jules dan Kak Jody itu nggak gampang untuk dikelabui. Aku merasa mereka sudah mulai mencurigaimu.”Ariel memandang ke luar jendela. “Kak Jody-mu pernah melihat aku ketika berbusana wanita. Wajar kalau dia merasa curiga.”Jessie merasa kaget. “Kapan?”Ariel tersenyum, lalu memalingkan kepalanya untuk melihat Jessie. “Saat dia mengungkit nama Nona Candy.”Akhirnya Jessie mengerti.Ari
Ketika menyadari tidak ada gerak-gerik dari mereka, Sania pun merasa kesal. “Maju! Kalian lagi ngapain!”Sekelompok orang berpakaian hitam sungguh tidak berdaya. Mereka terpaksa maju untuk melakukan penyerangan.Saat orang-orang menyadari akan terjadi perkelahian, mereka takut akan terkena imbasnya, spontan melangkah mundur.Beberapa orang berpakaian hitam menyerbu ke sisi Ariel. Ariel tidak mengelak sama sekali. Pergelangan tangan pria yang berada di sebelah kiri dan kanan langsung dicengkeram Ariel. Dia memelintir tangan mereka berdua secara bersamaan, lalu menjatuhkannya ke lantai.Kemudian, Ariel mengangkat kakinya untuk menyerang pria yang hendak menyerangnya dari belakang. Pada saat ini, sekitar delapan pria berpakaian hitam sudah meringis kesakitan di lantai.Raut wajah Sania berubah pucat. Dia menggigit erat bibirnya. Tatapannya seketika tertuju pada pisau buah di atas meja. Dia segera mengambilnya, bergegas menyerbu ke sisi Ariel. “Matilah!”Ariel masih tidak bergerak.Namun
Ariel tersenyum. Semuanya sesuai dengan keinginannya.Malam harinya, tempat hiburan area barat daya dihancurkan pengikut Ariel hingga toko tidak bisa beroperasional. Berhubung masalah tergolong cukup serius, kabar itu pun tersebar sampai ke telinga Puzo.Di dalam vila, cahaya lampu menyala.Puzo yang mengenakan jubah tidur sedang duduk di depan meja makan, menikmati makan malamnya.Anak buah di sampingnya merasa sangat emosi. “Tuan Muda Ariel arogan sekali! Dia bahkan berani membawa anggotanya untuk menghancurkan klub kita, bahkan melukai anggota kita.”Puzo meletakkan garpu dan pisaunya, kemudian menyeka sudut mulut dengan tisu.Saat ini, Celine berjalan ke dalam vila. Dia berdiri di samping Puzo, lalu membisikkan sesuatu di telinganya.Puzo mengangkat kelopak matanya, lalu mengeluarkan duri ikan dari mulutnya. “Pergi peringati Sania untuk jangan buat masalah dalam beberapa waktu ini. Kalau tidak, aku tidak akan memberinya muka.”Keesokan harinya, saat Jessie latihan di arena seni bel
“Iya, jangan remehkan Tuan Muda Ariel. Dia memang kelihatan kurus, bagai seorang wanita saja. Tapi sebenarnya dia sangat sadis.”Pria yang pernah dipukul Ariel membayangkan kembali kejadian waktu itu. Seluruh bulu kuduknya spontan berdiri.Jessie mulai mencemaskan abangnya. Dia hanya berharap Ariel tidak bersikap terlalu sadis terhadap bawahannya saja.Di atas panggung, mereka melakukan pertandingan satu lawan satu.Ariel ingin segera mengakhiri pertandingan. Jadi, dia duluan melakukan penyerangan. Jodhiva hanya menghindar di tempat. Saat dia berhasil menghindari serangan Ariel, dia pun menarik pergelangan tangan Ariel.Ariel membalikkan tubuhnya, lalu menarik lengan Jodhiva membantingnya ke lantai. Jodhiva yang terjatuh itu menopang lantai dengan kedua telapak tangannya, lalu kembali membangkitkan dirinya.Namun, Ariel tidak memberi Jodhiva kesempatan untuk istirahat. Dia terus melakukan serangan. Jodhiva hanya bisa melakukan pertahanan. Jurus yang dikeluarkan Ariel cukup sadis dan ce
Ariel menarik napas dalam-dalam, lalu menggertakkan giginya. “Dia hanya lagi beruntung saja.”Ariel kembali ke kamar. Dia membasuh tubuhnya, kemudian mengganti pakaiannya. Celana yang dinodai dengan sedikit darah itu dilempar ke dalam keranjang pakaian kotor.Tak lama kemudian, Dessy memasuki kamar. “Tuan Muda, kamu lagi datang bulan?”Biasanya pakaian Ariel tidak dicuci oleh pelayan. Bahkan, pelayan juga tidak diizinkan untuk memasuki kamarnya. Semua pelayan di Kediaman Keluarga Oswaldo juga tahu bahwa kamarnya adalah tempat terlarang. Jadi, biasanya kamar Ariel hanya akan dibersihkan oleh Dessy atau pengurus rumah saja, begitu pula dengan pakaiannya.Bukan hanya itu saja, bahkan pembalut dan bahan kebutuhan keseharian Ariel juga dipersiapkan Dessy secara diam-diam.Ariel duduk di samping ranjang, lalu mengompres perutnya dengan kantongan es. “Bantu aku cuci pakaian itu. Jangan sampai kelihatan sama mereka.”Dessy mengangguk. Dia membawa keranjang pakaian meninggalkan ruangan. Ariel
Jodhiva membalikkan tubuhnya, menyipitkan matanya untuk menatap Jessie. “Jessie, apa kamu sengaja?”Jessie berlagak lugu. “Sengaja apaan?”Jodhiva tersenyum tidak berdaya. “Apa kamu takut aku mengetahui sesuatu?”Jessie menggeleng, lalu melanjutkan kebohongannya. “Nggak, kok. Memangnya apa yang ingin Kakak ketahui?”Jodhiva menatapnya. Adiknya yang merupakan aktris itu memang jago dalam berlagak bodoh. Hanya saja, Jodhiva tetap saja bisa membaca pikirannya. “Jessie, apa kamu paling menyayangi Kak Jody?”Jessie tersenyum, lalu menempel di sisi Jodhiva. “Tentu saja, siapa suruh Kak Jody paling baik sama aku?”Jodhiva menurunkan kelopak matanya untuk melihat Jessie. Senyumannya semakin lebar lagi. “Kalau begitu, tidak seharusnya kamu merahasiakan sesuatu dari Kakak, ‘kan?”Jessie tertegun sejenak, segera mengalihkan pandangannya. Dia tidak mengerti apa maksud ucapan Jodhiva. Jodhiva menghela napas ringan. “Aku sungguh tidak menyangka Jessie malah tidak percaya dengan Kak Jody. Kamu bukan
Saat ini Sams sedang berdiri di belakang Sania. Dia melihat Sania sedang meluapkan amarahnya dengan membanting peralatan makan. Hatinya memang terasa sakit, hanya saja Sams merasa Sania terlalu buru-buru. “Nona, Tuan Puzo ingin kamu menenangkan dirimu dulu. Karena sekarang masih belum saatnya.”“Masih belum saatnya? Jadi, kapan saatnya?” Sania mencengkeram kerah pakaian Sams. “Kamu bilang sendiri, asalkan aku meneruskan posisi ayahku, aku bisa melakukan apa pun yang aku lakukan. Tapi apa buktinya? Aku bahkan sudah berpihak di sisi Puzo. Sekarang dia juga nggak menganggapku?”“Apalagi si Ariel itu! Berkali-kali dia menginjakku. Kalian yang nggak berguna ini malah nggak membantuku, malah menyuruhku untuk bersabar saja!”Ucapan kasar Sania membuat kedua tangan Sams dikepal erat.“Ckck, emosi Nona Sania besar sekali.” Tom membawa anggotanya memasuki vila dengan perlahan.Kening Sania berkerut. “Siapa kamu? Ini masalah Organisasi Imoana, nggak ada hubungannya sama kamu.”Tom tersenyum. “Kal