Ariel tersenyum. Semuanya sesuai dengan keinginannya.Malam harinya, tempat hiburan area barat daya dihancurkan pengikut Ariel hingga toko tidak bisa beroperasional. Berhubung masalah tergolong cukup serius, kabar itu pun tersebar sampai ke telinga Puzo.Di dalam vila, cahaya lampu menyala.Puzo yang mengenakan jubah tidur sedang duduk di depan meja makan, menikmati makan malamnya.Anak buah di sampingnya merasa sangat emosi. “Tuan Muda Ariel arogan sekali! Dia bahkan berani membawa anggotanya untuk menghancurkan klub kita, bahkan melukai anggota kita.”Puzo meletakkan garpu dan pisaunya, kemudian menyeka sudut mulut dengan tisu.Saat ini, Celine berjalan ke dalam vila. Dia berdiri di samping Puzo, lalu membisikkan sesuatu di telinganya.Puzo mengangkat kelopak matanya, lalu mengeluarkan duri ikan dari mulutnya. “Pergi peringati Sania untuk jangan buat masalah dalam beberapa waktu ini. Kalau tidak, aku tidak akan memberinya muka.”Keesokan harinya, saat Jessie latihan di arena seni bel
“Iya, jangan remehkan Tuan Muda Ariel. Dia memang kelihatan kurus, bagai seorang wanita saja. Tapi sebenarnya dia sangat sadis.”Pria yang pernah dipukul Ariel membayangkan kembali kejadian waktu itu. Seluruh bulu kuduknya spontan berdiri.Jessie mulai mencemaskan abangnya. Dia hanya berharap Ariel tidak bersikap terlalu sadis terhadap bawahannya saja.Di atas panggung, mereka melakukan pertandingan satu lawan satu.Ariel ingin segera mengakhiri pertandingan. Jadi, dia duluan melakukan penyerangan. Jodhiva hanya menghindar di tempat. Saat dia berhasil menghindari serangan Ariel, dia pun menarik pergelangan tangan Ariel.Ariel membalikkan tubuhnya, lalu menarik lengan Jodhiva membantingnya ke lantai. Jodhiva yang terjatuh itu menopang lantai dengan kedua telapak tangannya, lalu kembali membangkitkan dirinya.Namun, Ariel tidak memberi Jodhiva kesempatan untuk istirahat. Dia terus melakukan serangan. Jodhiva hanya bisa melakukan pertahanan. Jurus yang dikeluarkan Ariel cukup sadis dan ce
Ariel menarik napas dalam-dalam, lalu menggertakkan giginya. “Dia hanya lagi beruntung saja.”Ariel kembali ke kamar. Dia membasuh tubuhnya, kemudian mengganti pakaiannya. Celana yang dinodai dengan sedikit darah itu dilempar ke dalam keranjang pakaian kotor.Tak lama kemudian, Dessy memasuki kamar. “Tuan Muda, kamu lagi datang bulan?”Biasanya pakaian Ariel tidak dicuci oleh pelayan. Bahkan, pelayan juga tidak diizinkan untuk memasuki kamarnya. Semua pelayan di Kediaman Keluarga Oswaldo juga tahu bahwa kamarnya adalah tempat terlarang. Jadi, biasanya kamar Ariel hanya akan dibersihkan oleh Dessy atau pengurus rumah saja, begitu pula dengan pakaiannya.Bukan hanya itu saja, bahkan pembalut dan bahan kebutuhan keseharian Ariel juga dipersiapkan Dessy secara diam-diam.Ariel duduk di samping ranjang, lalu mengompres perutnya dengan kantongan es. “Bantu aku cuci pakaian itu. Jangan sampai kelihatan sama mereka.”Dessy mengangguk. Dia membawa keranjang pakaian meninggalkan ruangan. Ariel
Jodhiva membalikkan tubuhnya, menyipitkan matanya untuk menatap Jessie. “Jessie, apa kamu sengaja?”Jessie berlagak lugu. “Sengaja apaan?”Jodhiva tersenyum tidak berdaya. “Apa kamu takut aku mengetahui sesuatu?”Jessie menggeleng, lalu melanjutkan kebohongannya. “Nggak, kok. Memangnya apa yang ingin Kakak ketahui?”Jodhiva menatapnya. Adiknya yang merupakan aktris itu memang jago dalam berlagak bodoh. Hanya saja, Jodhiva tetap saja bisa membaca pikirannya. “Jessie, apa kamu paling menyayangi Kak Jody?”Jessie tersenyum, lalu menempel di sisi Jodhiva. “Tentu saja, siapa suruh Kak Jody paling baik sama aku?”Jodhiva menurunkan kelopak matanya untuk melihat Jessie. Senyumannya semakin lebar lagi. “Kalau begitu, tidak seharusnya kamu merahasiakan sesuatu dari Kakak, ‘kan?”Jessie tertegun sejenak, segera mengalihkan pandangannya. Dia tidak mengerti apa maksud ucapan Jodhiva. Jodhiva menghela napas ringan. “Aku sungguh tidak menyangka Jessie malah tidak percaya dengan Kak Jody. Kamu bukan
Saat ini Sams sedang berdiri di belakang Sania. Dia melihat Sania sedang meluapkan amarahnya dengan membanting peralatan makan. Hatinya memang terasa sakit, hanya saja Sams merasa Sania terlalu buru-buru. “Nona, Tuan Puzo ingin kamu menenangkan dirimu dulu. Karena sekarang masih belum saatnya.”“Masih belum saatnya? Jadi, kapan saatnya?” Sania mencengkeram kerah pakaian Sams. “Kamu bilang sendiri, asalkan aku meneruskan posisi ayahku, aku bisa melakukan apa pun yang aku lakukan. Tapi apa buktinya? Aku bahkan sudah berpihak di sisi Puzo. Sekarang dia juga nggak menganggapku?”“Apalagi si Ariel itu! Berkali-kali dia menginjakku. Kalian yang nggak berguna ini malah nggak membantuku, malah menyuruhku untuk bersabar saja!”Ucapan kasar Sania membuat kedua tangan Sams dikepal erat.“Ckck, emosi Nona Sania besar sekali.” Tom membawa anggotanya memasuki vila dengan perlahan.Kening Sania berkerut. “Siapa kamu? Ini masalah Organisasi Imoana, nggak ada hubungannya sama kamu.”Tom tersenyum. “Kal
Gamma mentertawakan dirinya sendiri. “Ternyata aku sedang membesarkan seorang anak durhaka. Mungkin semua ini memang pantas kuterima.”“Setelah Sania mengambil alih Organisasi Imoana, dia sudah pindah ke area kekuasaan Puzo.” Ucapan Tobias mengejutkan Gamma. Beberapa saat kemudian, Gamma berkata dengan malu, “Apa kamu tidak menyalahkanku?”Tobias membuka mulutnya dengan perlahan. “Aku dan ayahmu adalah sahabat. Sebelum ayahmu meninggal, dia memintaku untuk menjagamu dan Organisasi Imoana. Aku juga sudah berjanji dengannya. Saat aku tahu kamu ingin bergabung dengan Puzo, aku merasa kecewa terhadapmu.”Gamma menggigit bibirnya dengan erat. Dia bahkan tidak memiliki keberanian untuk menatap mata Tobias.Sebenarnya Keluarga Oswaldo memperlakukan Keluarga Imoana dengan sangat baik. Hanya saja, Gamma tidak puas dengan kondisinya sekarang. Ditambah lagi dengan adanya tawaran menggiurkan dari Puzo, hatinya pun terus berputar di antara hendak mengkhianati Tobias atau tidak.Namun, pada akhirny
Ariel tersenyum. “Satu cek itu untuk membeli satu rahasia.”Jodhiva menyipitkan matanya. “Ternyata Tuan Muda Ariel sedang memerasku.”Ariel meletakkan tangannya di atas pundak Jodhiva, lalu mendekatinya. “Tuan Muda Jody, aku perbaiki kata-katamu, ya. Aku tidak sedang memerasmu, paling-paling hanya membohongimu saja.”Jodhiva menatapnya. Dia merasa orang di hadapannya sungguh mirip dengan seekor rubah yang licik dan juga pintar. Di dirinya, Jodhiva dapat melihat keberanian dan tanggung jawab yang seharusnya dimiliki oleh seorang pria, serta kecerdasan dan taktik yang juga dimiliki seorang pria. Wajar jika Ariel mampu membuat orang hormat serta takut kepadanya meski dia telah menyembunyikan identitasnya selama puluhan tahun.“Apa yang sedang kalian lakukan?” Baru saja Tobias memasuki halaman, dia melihat Ariel sedang meletakkan tangannya di atas pundak Jodhiva.Jarak mereka berdua sangatlah dekat. Di mata Tobias, sepertinya “putranya” sedang menggoda pria lain lagi.Ariel segera menurun
Ariel menyeka sudut mulutnya dengan saputangan. “Sudahlah, Ayah. Biar aku saja yang menanganinya.”Saat Ariel berdiri, Tobias malah menghentikannya. “Biarkan Jody pergi bersamamu.”Ariel terbengong melongo.…Beberapa mobil sedan hitam berhenti di depan pintu kamar dagang. Ariel dan Jodhiva menuruni mobil. Ariel merapikan pakaiannya, lalu melirik Jodhiva sekilas. Dia sungguh tidak tahu apa yang ada di benak ayahnya. Ayahnya malah menyuruh Jodhiva datang bersamanya.Saat ini, situasi di dalam kamar dagang sangat kacau dan dipenuhi banyak orang. Mereka semua sedang berkelahi.Sams duduk di sofa sembari menyesap alkohol dengan santai. Ini pertama kalinya dia merasakan nyamannya untuk memiliki kekuasaan. “Semuanya berhenti.” Ariel membawa sekelompok anggotanya ke dalam kamar dagang. Orang-orang yang sedang berkelahi spontan menghentikan aksi mereka. Tatapan Ariel tertuju pada diri Sams. Dia pun tersenyum sinis. “Lho, sekarang kamu sudah sanggup berpakaian mahal? Akhirnya Sania rela untuk