Jessie menjinjit ujung kakinya, lalu mengusap bibirnya. “Kalau begitu, aku hukum kamu ….”Dering ponsel Jessie memotong ucapannya. Jessie mengeluarkan ponselnya, lalu tampak ada panggilan masuk dari Dacia. Baru saja Jessie mengangkatnya, terdengar suara Dacia dari ujung telepon. “Jessie, tolong aku ….”Kemudian, panggilan pun terputus.Sepertinya Jessie dapat mendengar suara Jerremy dari ujung telepon.Kening Jules tampak berkerut. Dia berkata, “Sepertinya Dacia dibawa pergi Jerry.”Jessie segera menariknya. “Kak Jules, sebenarnya apa yang telah terjadi di antara Kak Jerry dan Dacia?”Jules tersenyum. “Aku juga tidak tahu.”Di dalam hotel.Dacia didorong masuk ke dalam ruangan. Aura menyeramkan membuat Dacia memojokkan dirinya di sudut dinding. Aroma segar seketika menyelimutinya. Jerremy mencengkeram dagu Dacia, mengangkat dagunya, lalu melihatnya tatapannya tajam. “Kamu sudah bersembunyi selama tiga tahun. Kenapa kamu tidak bersembunyi lagi?”Hati Dacia terasa gugup. Dia mengalihkan
Dacia memandang ke luar jendela sembari melamun. Semuanya masih mirip dengan pagi tiga tahun silam itu. Setelah bangun, Jerremy pun tidak kelihatan batang hidungnya lagi.Setelah meniduri Dacia, Jerremy pun pergi tanpa meninggalkan pesan sama sekali. Siapa juga yang tahu bagaimana sikap Jerremy yang sebenarnya?Sebenarnya kejadian pada malam tiga tahun silam sangat berkesan di hati Dacia. Dia bukan mabuk hingga tidak menyadarkan diri, melainkan sangat sadar dengan apa yang dia lakukan.Terkadang Dacia sungguh berharap dirinya sedang mabuk parah malam itu. Dengan begitu, dia tidak akan mengingat semua yang terjadi saat itu.Setiap kali kepikiran malam itu, Dacia sungguh menyesal telah menghubungi Jerremy di saat dirinya sedang mabuk. Dia menyesal tidak mendorong Jerremy, alhasil malah terjadi masalah itu. Dacia juga tidak tahu bagaimana cara menghadapi Jerremy. Itulah sebabnya dia memilih untuk terus bersembunyi.Semuanya memang adalah sebuah kesalahan. Dacia mengira dengan bersembunyi,
Claire pun hanya tersenyum saja. Apa mungkin Claire tidak bisa membaca isi pikiran suaminya?Javier memang tipikal orang lain di hati, lain di mulut. Selain Jules, sepertinya dia tidak bisa menemukan calon menantu yang lebih unggul lagi. Apalagi anak unggul seperti Jules juga sangat tampan. Tentu saja dia pantas untuk bersama dengan putrinya.Langit semakin gelap. Lampu neon di malam hari menghiasi malam di kota.Di dalam ruangan VIP Grup Garzia, Jerremy sedang membahas proyek dengan klien luar negeri. Cakupan bisnis Grup Angkasa sangat luas, ada industri hiburan, konstruksi, rekreasi, restoran, teknologi, dan lain sebagainya. Tentu saja klien tersebut merasa sangat gembira untuk bisa bekerja sama dengan Grup Angkasa, apalagi setelah mengetahui Jerremy tertarik dengan teknologi proyeksi holografik 3D, mereka pun semakin antusias lagi.Setelah selesai membahas soal kerja sama, asisten mengantar tamu meninggalkan ruangan VIP. Saat asisten kembali ke ruangan, dia pun bertanya, “Pak Jerry
Jerremy menepis tangan Dacia, lalu melempar luarannya ke samping. Dia berjalan ke dalam kamar mandi.Dacia duduk terkaku di atas ranjang. Dia menggigit erat bibir bawahnya. Ketika mendengar suara air mengalir dari dalam kamar mandi, tangannya spontan meremas selimut.Ternyata Jerremy masih membenci Dacia.Tiga tahun lalu, Jerremy menghadiahkan kalung untuk Dacia, lalu mencium bibirnya. Apa maksud dari perlakuannya waktu itu?Jerremy membungkus tubuhnya dengan jubah mandi, lalu berjalan keluar kamar mandi. Air di rambut basah Jerremy menetes ke tubuhnya. Dia mengeringkan rambutnya dengan handuk, kemudian memalingkan kepala untuk melihat Dacia.Dacia melipat kakinya bersandar di atas ranjang. Dia kelihatan sangat muram bagai menerima siksaan saja.Apa Dacia merasa tersiksa? Heh! Dia hanya sedang bersandiwara saja.Jerremy meletakkan handuk ke atas meja, lalu berjalan ke sisi ranjang. “Kamu tidak mandi?”Dacia tersadar dari bengongnya. Dia tidak melihat Jerremy. “Nggak.”“Kotor.”“Kalau k
Levin melipat kedua lengan di depan dada. “Bukannya hanya hafal naskah? Gampang!”Jessie sudah selesai merias wajahnya. Dia mengambil naskah sembari berjalan ke sisinya. “Kalau begitu, coba kita latihan duku?”“Untuk apa latihan?”Jessie langsung memukul Levin dengan buku naskah. “Hari ini ada adegan aku dengan kamu. Kalau kamu sembarangan, aku akan pukul kamu.”Levin menghindar, lalu menunjukkan senyum menyeringai. “Oke, oke! Bukannya cuma latihan saja? Nggak sulit bagiku!”Lima belas menit kemudian, Jessie sungguh emosi ketika melihat akting berlebihan Levin. Saking emosinya, dia langsung membuang naskah di tangannya. “Levin, sebenarnya kamu sudah baca naskah belum, sih?”Levin memungut naskah untuk membaca sekali lagi. “Jangan pukul aku! Aku hanya lupa saja!” Saat Levin berlari keluar ruangan, dia tak sengaja menabrak seseorang.Dacia yang ditabrak pun terhuyung-huyung ke belakang. Dia hampir menabrak kotak properti yang diletakkan di koridor. Levin segera menariknya. “Hati-hati!”
Justru karena Levin juga, dia baru menerima tawaran syuting ini.Sekarang pria yang disukainya malah menjadi “pengawal” Jessie saja. Apa mungkin dia tidak marah?Asisten dapat menyadari ada yang aneh dengan dirinya. Dia pun bertanya, “Kak Kerin, ada apa?”“Bukannya si Jessie itu hanya mendapat penghargaan aktris terbaik? Apa ada yang perlu dibanggakan? Bahkan, pria idamanku juga bersedia untuk mengikutinya ke mana-mana. Seandainya dia bukan berasal dari Keluarga Fernando, siapa juga yang bakal menghormatinya?” Kerin sungguh marah saat ini. Dia tidak sanggup membaca naskahnya lagi.Asisten merasa tidak berdaya. “Siapa suruh dia punya latar belakang keluarga yang hebat? Mana mungkin juga bisa dibandingkan dengan kita? Lagi pula, Levin dan Jessie itu sama-sama berasal dari kalangan kelas atas, bukannya wajar kalau merasa bisa berteman?”Kerin memelototi asistennya sekilas. “Jadi, kamu juga merasa Jessie serasi sama cowok idamanku?”Asisten segera melambaikan tangannya. “Aku nggak bermaksu
Di sisi lain, Kerin berjalan ke lokasi syuting dengan gembira. Dia ingin melihat Jessie dimarah lantaran telah mengganggu jadwal syuting.Siapa sangka, Kerin malah menyadari Jessie sedang syuting adegan lain dan tidak kelihatan batang hidung Levin. Seketika Kerin merasa syok. Dia segera bertanya pada kru, “Bukannya hari ini syuting adegan Jessie dan Levin? Kenapa aku nggak nampak Levin?”Kru itu membalas, “Tuan Levin lagi sakit perut, dia tidak enak badan. Jadi, dia lagi istirahat.”Sakit perut ….Kerin tertegun di tempat. Kakinya seketika terasa lemas.Kenapa bisa seperti ini? Jangan-jangan kopi yang Kerin taruh obat cuci perut itu bukan untuk Jessie, melainkan untuk Levin sendiri?Tadinya Kerin mengira kopi itu pasti untuk Jessie. Itulah sebabnya dia sengaja menaruh dosis besar. Menjengkelkan sekali! Semua ini gara-gara Jessie!Selesai syuting, Jessie bersama Dacia pergi mengunjungi Levin. Raut wajah Levin masih kelihatan pucat. Perutnya juga tak berhenti berbunyi. “Pasti ada masalah
Claire tersenyum. “Awas!”Di dalam halaman, Jessie melepaskan tangan Jules, lalu membalikkan tubuhnya. “Kenapa kamu nggak beri tahu aku kalau kamu akan ke rumah?”Jules menyelipkan rambut Jessie ke belakang telinga. Dia pun tersenyum tipis. “Apa aku sudah mempermalukanmu?”“Bukan!” jelas Jessie, “Gimana kalau aku lagi nggak di rumah? Nanti Ayah pasti akan persulit kamu.”Jules tertegun sejenak, lalu menunduk. Senyuman di wajahnya semakin lebar lagi. “Apa aku tipe orang yang takut dipersulit?”Jessie menggeleng. “Kamu nggak tahu malu.”Kali ini, Jules langsung tertawa. “Baguslah kalau kamu sadar.”Pelayan yang melewati melihat ke sisi paviliun sekilas. Mereka berdua yang berdiri bersama itu kelihatan sangat serasi.Jessie memalingkan kepala menatap ke sisi Jules. Jelas-jelas baru tiga tahun mereka tidak berjumpa, sepertinya Jules semakin memesona saja. Bukan hanya tampan saja, Jules juga unggul, apalagi jago gombal dan sangat lembut. Wanita mana yang tidak suka dengan pria seperti ini?
“Oh, ya, di mana Kak Ariel?” tanya Bastian.Jodhiva membalas, “Dia lagi temani ayahnya untuk jalan-jalan. Sekarang aku juga mau nyusul ke sana. Aku permisi dulu.”Usai berbicara, Jodhiva meninggalkan tempat.Bastia berdecak sembari menggeleng. “Orang yang sudah punya istri memang berbeda.”“Kamu ngomongnya seolah-olah kamu nggak sama dengan dia.” Yura juga meninggalkan tempat.Bastian meletakkan gelasnya, lalu mengikuti langkah Yura. “Hei, kenapa kamu malah meninggalkanku. Tunggu aku.”Claire berhenti di hadapan Javier. Javier menggandeng tangannya. “Sudah selesai mengenang masa lalu?”“Menurutmu? Bukannya sore nanti, kamu dan Ayah akan pergi ke Kediaman Keluarga Tanaka?”Javier tersenyum. “Aku lagi menunggumu untuk makan di sana.”Roger berjalan di sisi Izza, lalu menatap mereka. “Tuan Javier, Nyonya Claire. Kalau begitu, kamu pergi cari Ayah Angkat dulu.”Javier mengangguk. Dia merangkul pundak Claire, lalu berjalan ke koridor. Cahaya matahari dipantulkan ke sisi jendela. Bayangan d
Jessie tersenyum lebar. “Kalau begitu, aku akan mengenakan mahkota ini saat pernikahanku nanti. Anggap saja sebagai iklan desain ibuku.”Jules memeluk Jessie dari belakang. “Yang penting kamu suka.”…Anggota Keluarga Fernando baru tiba di Negara Hyugana dua hari sebelum resepsi pernikahan. Mereka tinggal di hotel yang dipesan Jules. Seluruh hotel ini telah dipesan oleh anggota keluarga kerajaan untuk menjamu para hadirin.Keluarga Chaniago dan Keluarga Kenata juga telah datang. Tobias juga tidak absen. Bahkan Shinta, Erin, Levin, dan Samuel yang berasal dari dunia hiburan juga telah datang. Tentu saja, Yura dan Bastian juga masuk dalam daftar undangan.Claire tiba di restoran. Pelayan membawanya ke dalam ruangan VIP. Ketika melihat pria yang duduk di dalam sana, dia pun tersenyum. “Ayah Angkat.”Owl memutar tubuhnya dengan perlahan. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Owl masih seperti dulu saja, tapi tubuhnya kelihatan lebih kurus dari sebelumnya. Claire langsung maju untuk m
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me