Di sisi lain, Kerin berjalan ke lokasi syuting dengan gembira. Dia ingin melihat Jessie dimarah lantaran telah mengganggu jadwal syuting.Siapa sangka, Kerin malah menyadari Jessie sedang syuting adegan lain dan tidak kelihatan batang hidung Levin. Seketika Kerin merasa syok. Dia segera bertanya pada kru, “Bukannya hari ini syuting adegan Jessie dan Levin? Kenapa aku nggak nampak Levin?”Kru itu membalas, “Tuan Levin lagi sakit perut, dia tidak enak badan. Jadi, dia lagi istirahat.”Sakit perut ….Kerin tertegun di tempat. Kakinya seketika terasa lemas.Kenapa bisa seperti ini? Jangan-jangan kopi yang Kerin taruh obat cuci perut itu bukan untuk Jessie, melainkan untuk Levin sendiri?Tadinya Kerin mengira kopi itu pasti untuk Jessie. Itulah sebabnya dia sengaja menaruh dosis besar. Menjengkelkan sekali! Semua ini gara-gara Jessie!Selesai syuting, Jessie bersama Dacia pergi mengunjungi Levin. Raut wajah Levin masih kelihatan pucat. Perutnya juga tak berhenti berbunyi. “Pasti ada masalah
Claire tersenyum. “Awas!”Di dalam halaman, Jessie melepaskan tangan Jules, lalu membalikkan tubuhnya. “Kenapa kamu nggak beri tahu aku kalau kamu akan ke rumah?”Jules menyelipkan rambut Jessie ke belakang telinga. Dia pun tersenyum tipis. “Apa aku sudah mempermalukanmu?”“Bukan!” jelas Jessie, “Gimana kalau aku lagi nggak di rumah? Nanti Ayah pasti akan persulit kamu.”Jules tertegun sejenak, lalu menunduk. Senyuman di wajahnya semakin lebar lagi. “Apa aku tipe orang yang takut dipersulit?”Jessie menggeleng. “Kamu nggak tahu malu.”Kali ini, Jules langsung tertawa. “Baguslah kalau kamu sadar.”Pelayan yang melewati melihat ke sisi paviliun sekilas. Mereka berdua yang berdiri bersama itu kelihatan sangat serasi.Jessie memalingkan kepala menatap ke sisi Jules. Jelas-jelas baru tiga tahun mereka tidak berjumpa, sepertinya Jules semakin memesona saja. Bukan hanya tampan saja, Jules juga unggul, apalagi jago gombal dan sangat lembut. Wanita mana yang tidak suka dengan pria seperti ini?
Jules bersandar di dinding dengan malas. “Tuan Jerry pulangnya malam sekali.”Jerremy tertegun sejenak. Raut wajahnya kelihatan datar. “Kamu masih belum pergi?”Jules tersenyum. “Aku nginap di sini.”Tatapan Jules seketika tertuju pada dasi miring Jerremy dan juga bekas gigitan di dalam kerah kemeja. Ujung bibir Jules melengkung ke atas. “Perkembangan Tuan Jerry dan adik sepupuku cukup cepat juga.”Kening Jerremy berkerut. Dia tidak berbicara.Jules berjalan mendekati Jerremy, lalu berhenti di belakangnya. “Apa kamu serius?”“Tidak ada hubungannya sama kamu.” Jerremy langsung berjalan ke dalam kamar.Jules menatap bayangan punggung yang semakin menjauh. Dia menyipitkan matanya, seolah-olah dapat membaca isi hati Jerremy saja.Keesokan harinya, di lokasi syuting.Levin sudah mengonsumsi obat dan istirahat semalaman. Akhirnya dia pulih kembali. Dia sedang duduk di samping mobil karavan. Dia tidak bisa fokus dalam membaca naskah, melainkan terus mencari sesuatu dari dalam kerumunan.Kerin
Raut wajah Kerin berubah muram. Apa hubungan mereka sudah seakrab itu?Jessie melirik Levin sekilas. “Apa ada yang perlu kamu banggakan? Kapan kamu akan mendapat penghargaan aktor terbaik untuk membalas budi Samuel?”Levin memalingkan wajahnya. “Aku tidak mengejar hal seperti itu. Aku hanya ingin hidup tenang.”Ujung bibir Jessie berkedut. “Apa kamu sudah kecanduan untuk menjadi orang nggak berguna?”“Nona Jessie, kenapa kamu malah bilangin Kak Levin orang nggak berguna?” Kerin berusaha untuk membelanya. “Apa salah kalau Kak Levin nggak berbakat? Dia juga sudah sangat berusaha. Aku percaya sama Kak Levin.”Setelah Kerin begitu membela Levin, bisa jadi Levin akan merasa berterima kasih kepadanya. Lihatlah! Orang yang benar-benar memahami Levin hanyalah Kerin.Jessie mengamati Kerin. Setelah bergabung ke lokasi syuting, dia jarang berhubungan dengan Kerin. Kerin hanyalah pemeran pembantu, dia masih belum memulai syutingnya.Namun, Jessie hanya sedang mengobrol dengan Levin saja. Sejak ka
Jessie meringis kesakitan. Lengannya yang dicambuk itu bagai terbakar saja. Dia menarik napas dalam-dalam. Raut wajahnya kelihatan pucat. Pundaknya juga agak gemetar.Orang-orang di sekitar masih tidak menyadarinya. Jessie juga tidak menghentikan proses syuting. Sutradara menjerit “cut”, lalu berdiri. “Bagus! Sudah lewat.”Dacia dan kru yang lain maju untuk memapah Jessie. Dacia tak sengaja menyentuh bagian luka di lengan Jessie, dia pun merintih.Pada saat ini, Dacia bertanya, “Jessie, apa kamu baik-baik saja?”Jessie melambaikan tangannya.Kru lokasi syuting mengeluarkan bantalan dari punggung Jessie. Hingga saat ini, Jessie masih belum memberi tahu masalah luka di lengannya. Dia mengikuti Dacia untuk pergi mengganti pakaian.Saat berada di dalam ruang ganti, Jessie melepaskan pakaiannya. Tampak bekas memar di atas lengannya. Lengannya telah dicambuk beberapa kali. Sekarang Jessie merasa lengannya terasa kebas.Dacia membuka pintu ruangan. Ketika melihat bekas memar di lengan Jessie
Masalah dipukul juga sudah biasa bagi artis. Lagi pula, Jessie hanyalah seorang wanita. Meski ditampar, memangnya tenaganya bisa sebesar apa coba? Jika Raffa tidak bisa menahan tamparan dari seorang wanita, apa dia pantas disebut pria?Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi.Syuting dimulai. Jessie mengangkat tangannya, lalu melayangkan tamparan ke wajah Raffa. Tenaga itu membuat Raffa hampir terjatuh. Dia memiringkan tubuhnya, bahkan terhuyung-huyung beberapa langkah.Raffa terbengong!Jessie memalingkan kepalanya, lalu menjerit ke sisi sutradara, “Maaf, apa boleh sekali lagi? Tadi aku terlalu mendalami, tamparanku terlalu keras.”Usai berbicara, Jessie masih menunjukkan ekspresi khawatir. “Maaf sekali, Kak Raffa. Apa kamu baik-baik saja?”Raffa sungguh tidak menyangka tamparan Jessie akan sekeras itu. Sekarang, sepertinya wajahnya terasa sedikit membengkak.Sudah bertahun-tahun Raffa bergumul di dunia hiburan. Meskipun dipukul oleh lawan mainnya, dia juga tidak pernah dipukul hi
Para kru di lokasi syuting merasa Jessie sangat profesional. Jelas sekali penggemar Raffa yang keterlaluan kali ini. Apalagi Raffa bisa ditampar juga sudah didiskusikan sebelumnya. Jessie memilih untuk benar-benar menampar juga demi menjaga kualitas drama. Siapa sangka masalah ini akan viral?Jessie tidak berbicara. Seolah-olah masalah ini sesuai dengan dugaannya.Penggemar Raffa berkerumun di luar pagar. Mereka sedang menegakkan keadilan untuk idola mereka. Semua menjerit meminta penjelasan dari Jessie.Sutradara juga tidak ingin memperbesar masalah. Dia menyuruh Raffa maju untuk menghadapi para penggemar.Raffa dan Kerin berusaha untuk menenangkan emosi penggemar. Dari tadi, mereka berdua terus membela Jessie, tidak ada yang menjelaskan siapa yang benar dan siapa yang salah.Para penggemar sangat impulsif. Ketika melihat idola mereka dipukul, mereka merasa sangat sedih. Sekarang idola mereka malah membela Jessie, mereka pun tidak bisa bersikap tenang lagi.“Kak Raffa, mukamu bengkak
Penggemar masih tidak mengampuni Jessie. “Muka Kak Raffa masih bengkak. Kami semua juga bisa melihatnya. Sekarang kamu bilang semua itu hanya salah paham?”Raffa berusaha untuk menjadi penengah. “Jangan permasalahkan masalah ini lagi. Semuanya harap tenang.”Dari tadi, Raffa bersikap sangat ramah, lembut, lapang dada, dan tidak perhitungan sama sekali. Selain merasa kagum dengan idola mereka, mereka juga semakin membenci Jessie.Kerin berjalan ke hadapan Jessie. “Nona Jessie, Kak Raffa sudah bilang semua ini hanya salah paham. Kamu jangan perhitungan dengan penggemar lagi.”Jessie malas meladeninya. Dia berjalan ke hadapan Raffa. “Kak Raffa, sebelum syuting, apa aku pernah bertanya aku boleh menamparmu beneran atau nggak?”Raffa terbengong sejenak, lalu tersenyum. “Kita sudah mendiskusikannya ….”“Berhubung semuanya sudah didiskusikan, kamu juga setuju, aku pun benar-benar menamparmu ketika syuting. Selesai syuting, aku juga sudah minta maaf sama kamu. Apa kamu nggak jelaskan detail in
“Oh, ya, di mana Kak Ariel?” tanya Bastian.Jodhiva membalas, “Dia lagi temani ayahnya untuk jalan-jalan. Sekarang aku juga mau nyusul ke sana. Aku permisi dulu.”Usai berbicara, Jodhiva meninggalkan tempat.Bastia berdecak sembari menggeleng. “Orang yang sudah punya istri memang berbeda.”“Kamu ngomongnya seolah-olah kamu nggak sama dengan dia.” Yura juga meninggalkan tempat.Bastian meletakkan gelasnya, lalu mengikuti langkah Yura. “Hei, kenapa kamu malah meninggalkanku. Tunggu aku.”Claire berhenti di hadapan Javier. Javier menggandeng tangannya. “Sudah selesai mengenang masa lalu?”“Menurutmu? Bukannya sore nanti, kamu dan Ayah akan pergi ke Kediaman Keluarga Tanaka?”Javier tersenyum. “Aku lagi menunggumu untuk makan di sana.”Roger berjalan di sisi Izza, lalu menatap mereka. “Tuan Javier, Nyonya Claire. Kalau begitu, kamu pergi cari Ayah Angkat dulu.”Javier mengangguk. Dia merangkul pundak Claire, lalu berjalan ke koridor. Cahaya matahari dipantulkan ke sisi jendela. Bayangan d
Jessie tersenyum lebar. “Kalau begitu, aku akan mengenakan mahkota ini saat pernikahanku nanti. Anggap saja sebagai iklan desain ibuku.”Jules memeluk Jessie dari belakang. “Yang penting kamu suka.”…Anggota Keluarga Fernando baru tiba di Negara Hyugana dua hari sebelum resepsi pernikahan. Mereka tinggal di hotel yang dipesan Jules. Seluruh hotel ini telah dipesan oleh anggota keluarga kerajaan untuk menjamu para hadirin.Keluarga Chaniago dan Keluarga Kenata juga telah datang. Tobias juga tidak absen. Bahkan Shinta, Erin, Levin, dan Samuel yang berasal dari dunia hiburan juga telah datang. Tentu saja, Yura dan Bastian juga masuk dalam daftar undangan.Claire tiba di restoran. Pelayan membawanya ke dalam ruangan VIP. Ketika melihat pria yang duduk di dalam sana, dia pun tersenyum. “Ayah Angkat.”Owl memutar tubuhnya dengan perlahan. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Owl masih seperti dulu saja, tapi tubuhnya kelihatan lebih kurus dari sebelumnya. Claire langsung maju untuk m
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me