Jessie memarkirkan mobilnya di samping, lalu menghubungi Dacia. Saat pintu mobil dibuka, Jessie melihat wanita yang duduk di samping bangku pengemudi. “Kamu ….”“Hanya karena ganti model rambut, kamu jadi nggak kenal aku lagi?” Dacia melepaskan kacamata hitamnya.Jessie langsung tertawa. “Kamu keritingin rambutmu?”Jujur saja, dibandingkan dengan rambut lurus, Dacia memang lebih cocok dengan rambut keriting.Mobil mulai melaju di jalan raya. Jessie mengobrol banyak dengan Dacia. Dia juga sempat sengaja mengungkit masalah Jerremy. Raut wajah Dacia berubah kaku, bahkan langsung mengalihkan pandangannya. “Oh ya? Bukannya bagus untuk meneruskan bisnis keluarga.”Jessie melirik Dacia sekilas. “Dacia, apa telah terjadi sesuatu di antara kamu dengan Kak Jerry?”Wajah Dacia semakin kaku lagi. “Nggak, kok. Memangnya apa yang bisa terjadi antara aku dengan kakakmu?” Kemudian, Dacia sengaja mengalihkan topik pembicaraannya. “Ngomong-ngomong, apa Jules nggak cari kamu? Satu bulan lalu, dia berhasi
Jessie menjinjit ujung kakinya, lalu mengusap bibirnya. “Kalau begitu, aku hukum kamu ….”Dering ponsel Jessie memotong ucapannya. Jessie mengeluarkan ponselnya, lalu tampak ada panggilan masuk dari Dacia. Baru saja Jessie mengangkatnya, terdengar suara Dacia dari ujung telepon. “Jessie, tolong aku ….”Kemudian, panggilan pun terputus.Sepertinya Jessie dapat mendengar suara Jerremy dari ujung telepon.Kening Jules tampak berkerut. Dia berkata, “Sepertinya Dacia dibawa pergi Jerry.”Jessie segera menariknya. “Kak Jules, sebenarnya apa yang telah terjadi di antara Kak Jerry dan Dacia?”Jules tersenyum. “Aku juga tidak tahu.”Di dalam hotel.Dacia didorong masuk ke dalam ruangan. Aura menyeramkan membuat Dacia memojokkan dirinya di sudut dinding. Aroma segar seketika menyelimutinya. Jerremy mencengkeram dagu Dacia, mengangkat dagunya, lalu melihatnya tatapannya tajam. “Kamu sudah bersembunyi selama tiga tahun. Kenapa kamu tidak bersembunyi lagi?”Hati Dacia terasa gugup. Dia mengalihkan
Dacia memandang ke luar jendela sembari melamun. Semuanya masih mirip dengan pagi tiga tahun silam itu. Setelah bangun, Jerremy pun tidak kelihatan batang hidungnya lagi.Setelah meniduri Dacia, Jerremy pun pergi tanpa meninggalkan pesan sama sekali. Siapa juga yang tahu bagaimana sikap Jerremy yang sebenarnya?Sebenarnya kejadian pada malam tiga tahun silam sangat berkesan di hati Dacia. Dia bukan mabuk hingga tidak menyadarkan diri, melainkan sangat sadar dengan apa yang dia lakukan.Terkadang Dacia sungguh berharap dirinya sedang mabuk parah malam itu. Dengan begitu, dia tidak akan mengingat semua yang terjadi saat itu.Setiap kali kepikiran malam itu, Dacia sungguh menyesal telah menghubungi Jerremy di saat dirinya sedang mabuk. Dia menyesal tidak mendorong Jerremy, alhasil malah terjadi masalah itu. Dacia juga tidak tahu bagaimana cara menghadapi Jerremy. Itulah sebabnya dia memilih untuk terus bersembunyi.Semuanya memang adalah sebuah kesalahan. Dacia mengira dengan bersembunyi,
Claire pun hanya tersenyum saja. Apa mungkin Claire tidak bisa membaca isi pikiran suaminya?Javier memang tipikal orang lain di hati, lain di mulut. Selain Jules, sepertinya dia tidak bisa menemukan calon menantu yang lebih unggul lagi. Apalagi anak unggul seperti Jules juga sangat tampan. Tentu saja dia pantas untuk bersama dengan putrinya.Langit semakin gelap. Lampu neon di malam hari menghiasi malam di kota.Di dalam ruangan VIP Grup Garzia, Jerremy sedang membahas proyek dengan klien luar negeri. Cakupan bisnis Grup Angkasa sangat luas, ada industri hiburan, konstruksi, rekreasi, restoran, teknologi, dan lain sebagainya. Tentu saja klien tersebut merasa sangat gembira untuk bisa bekerja sama dengan Grup Angkasa, apalagi setelah mengetahui Jerremy tertarik dengan teknologi proyeksi holografik 3D, mereka pun semakin antusias lagi.Setelah selesai membahas soal kerja sama, asisten mengantar tamu meninggalkan ruangan VIP. Saat asisten kembali ke ruangan, dia pun bertanya, “Pak Jerry
Jerremy menepis tangan Dacia, lalu melempar luarannya ke samping. Dia berjalan ke dalam kamar mandi.Dacia duduk terkaku di atas ranjang. Dia menggigit erat bibir bawahnya. Ketika mendengar suara air mengalir dari dalam kamar mandi, tangannya spontan meremas selimut.Ternyata Jerremy masih membenci Dacia.Tiga tahun lalu, Jerremy menghadiahkan kalung untuk Dacia, lalu mencium bibirnya. Apa maksud dari perlakuannya waktu itu?Jerremy membungkus tubuhnya dengan jubah mandi, lalu berjalan keluar kamar mandi. Air di rambut basah Jerremy menetes ke tubuhnya. Dia mengeringkan rambutnya dengan handuk, kemudian memalingkan kepala untuk melihat Dacia.Dacia melipat kakinya bersandar di atas ranjang. Dia kelihatan sangat muram bagai menerima siksaan saja.Apa Dacia merasa tersiksa? Heh! Dia hanya sedang bersandiwara saja.Jerremy meletakkan handuk ke atas meja, lalu berjalan ke sisi ranjang. “Kamu tidak mandi?”Dacia tersadar dari bengongnya. Dia tidak melihat Jerremy. “Nggak.”“Kotor.”“Kalau k
Levin melipat kedua lengan di depan dada. “Bukannya hanya hafal naskah? Gampang!”Jessie sudah selesai merias wajahnya. Dia mengambil naskah sembari berjalan ke sisinya. “Kalau begitu, coba kita latihan duku?”“Untuk apa latihan?”Jessie langsung memukul Levin dengan buku naskah. “Hari ini ada adegan aku dengan kamu. Kalau kamu sembarangan, aku akan pukul kamu.”Levin menghindar, lalu menunjukkan senyum menyeringai. “Oke, oke! Bukannya cuma latihan saja? Nggak sulit bagiku!”Lima belas menit kemudian, Jessie sungguh emosi ketika melihat akting berlebihan Levin. Saking emosinya, dia langsung membuang naskah di tangannya. “Levin, sebenarnya kamu sudah baca naskah belum, sih?”Levin memungut naskah untuk membaca sekali lagi. “Jangan pukul aku! Aku hanya lupa saja!” Saat Levin berlari keluar ruangan, dia tak sengaja menabrak seseorang.Dacia yang ditabrak pun terhuyung-huyung ke belakang. Dia hampir menabrak kotak properti yang diletakkan di koridor. Levin segera menariknya. “Hati-hati!”
Justru karena Levin juga, dia baru menerima tawaran syuting ini.Sekarang pria yang disukainya malah menjadi “pengawal” Jessie saja. Apa mungkin dia tidak marah?Asisten dapat menyadari ada yang aneh dengan dirinya. Dia pun bertanya, “Kak Kerin, ada apa?”“Bukannya si Jessie itu hanya mendapat penghargaan aktris terbaik? Apa ada yang perlu dibanggakan? Bahkan, pria idamanku juga bersedia untuk mengikutinya ke mana-mana. Seandainya dia bukan berasal dari Keluarga Fernando, siapa juga yang bakal menghormatinya?” Kerin sungguh marah saat ini. Dia tidak sanggup membaca naskahnya lagi.Asisten merasa tidak berdaya. “Siapa suruh dia punya latar belakang keluarga yang hebat? Mana mungkin juga bisa dibandingkan dengan kita? Lagi pula, Levin dan Jessie itu sama-sama berasal dari kalangan kelas atas, bukannya wajar kalau merasa bisa berteman?”Kerin memelototi asistennya sekilas. “Jadi, kamu juga merasa Jessie serasi sama cowok idamanku?”Asisten segera melambaikan tangannya. “Aku nggak bermaksu
Di sisi lain, Kerin berjalan ke lokasi syuting dengan gembira. Dia ingin melihat Jessie dimarah lantaran telah mengganggu jadwal syuting.Siapa sangka, Kerin malah menyadari Jessie sedang syuting adegan lain dan tidak kelihatan batang hidung Levin. Seketika Kerin merasa syok. Dia segera bertanya pada kru, “Bukannya hari ini syuting adegan Jessie dan Levin? Kenapa aku nggak nampak Levin?”Kru itu membalas, “Tuan Levin lagi sakit perut, dia tidak enak badan. Jadi, dia lagi istirahat.”Sakit perut ….Kerin tertegun di tempat. Kakinya seketika terasa lemas.Kenapa bisa seperti ini? Jangan-jangan kopi yang Kerin taruh obat cuci perut itu bukan untuk Jessie, melainkan untuk Levin sendiri?Tadinya Kerin mengira kopi itu pasti untuk Jessie. Itulah sebabnya dia sengaja menaruh dosis besar. Menjengkelkan sekali! Semua ini gara-gara Jessie!Selesai syuting, Jessie bersama Dacia pergi mengunjungi Levin. Raut wajah Levin masih kelihatan pucat. Perutnya juga tak berhenti berbunyi. “Pasti ada masalah