“Bayu, tolong jangan ganggu istriku. Lakukan apa yang kamu mau tapi jangan kamu sentuh dia. Tolong Bayu.” Ario berkata lirih mencoba agar Bayu merubah niatnya dan bersedia melepaskan Lasmini.
“Hahaha, ternyata nyali anda cuma segitu saja. Kemana nyali anda sewaktu di kantor dulu?” Bayu kemudian berjalan ke arah Ario dan meraih kerah kaos polo Ario dan melayangkan pukulan yang cukup keras ke wajah dan tubuh Ario secara bergantian.
“Mass...” Lasmini menjerit melihat suaminya tersungkur tak berdaya dengan wajah yang mulai mengeluarkan darah. “Tolong hentikan Bayu. Jangan pukuli suamiku.”
Bayu tidak mendengarkan kata-kata Lasmini. Dia terus memukul wajah dan tubuh Ario yang tidak bisa melawan karena tubuhnya terikat. Ario pasrah dengan apa yang dilakukan oleh Bayu. Dia membiarkan Bayu melampiaskan amarahnya, asalkan istrinya tidak diganggu.
“Bagaimana rasanya, Bapak Ario yang terhormat? merasa menjad
Ario segera dibawa ke rumah sakit oleh pria yang tadi menolong mereka. Luka Ario cukup parah, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama bagi petugas medis untuk mengobati luka di wajahnya. Dokter juga menjahit bibir Ario yang robek, karena pukulan yang dilancarkan oleh Bayu. Pria yang mengantar Ario juga meminta agar petugas medis melakukan visum bagi luka Ario. Hal itu diperlukan sebagai bukti atas kekerasan yang dilakukan bayu terhadap pasangan suami istri itu.Setelah urusan di rumah sakit selesai, pria itu mengantar Ario dan Lasmini kembali ke villa. Ario tertidur di bahu Lasmini sepanjang perjalanan. Sementara Lasmini terlihat mengelus rambut suaminya lembut.“Saran saya besok Ibu atau suami Ibu datang ke kantor polisi, untuk melaporkan kejadian tadi. Jangan lupa untuk memberikan hasil visum tadi kepada polisi, yang akan dijadikan bukti untuk memberatkan pria tadi.” Pria itu berkata sambil mengemudi dan terus fokus menatap jalan raya.“Ba
Ario dan Lasmini sudah tiba di rumah. Saat tiba, hari sudah menjelang malam sehingga mereka langsung beristirahat. Bima yang tidak mengetahui kejadian yang menimpa orangtuanya merengek ingin terus bermain bersama dengan Ario. Namun Lasmini mencegahnya karena kondisi tubuh Ario yang harus banyak istirahat.“Sayang, mainnya sama Bunda dan Mbak Asih dulu, ya. Ayah sedang sakit.” Lasmini berkata sambil mencium kening anaknya lembut.“Mau sama Ayah,” rengek Bima.“Iya, tapi nanti kalau Ayah sudah sembuh. Kalau Bima terus ingin bermain sama Ayah, nanti malah semakin lama sembuhnya. Jadi sekarang main sama Bunda dan Mbak Asih dulu, ya,” bujuk Lasmini.Akhirnya, setelah dibujuk berulang kali, Bima bersedia bermain bersama ibunya dan baby sitter. Bocah itu membiarkan Ario untuk beristirahat di kamar.***Ario mengerjapkan matanya kala sinar mentari menyelinap masuk melalui celah tirai jendela kamarnya. Dia merasaka
Satu bulan kemudian.Lasmini merasakan ada yang aneh pada dirinya. Mulai dari dirinya yang terlambat haid, sering pusing dan mual serta dirinya yang mudah mengantuk. Akhirnya dia memutuskan untuk membeli alat tes kehamilan.Dia kemudian langsung menuju toilet saat sudah tiba di rumahnya dan segera melakukan tes sesuai dengan petunjuk yang tertera di kemasan itu.Lasmini menatap benda yang ada di tangannya dengan senyum yang mengembang di bibirnya."Garis dua! itu tandanya di sini ada adiknya Bima sedang tumbuh," ucapnya bermonolog sambil mengusap perutnya yang masih rata.Tiba-tiba saja tubuhnya ada yang memeluk dari belakang. Lasmini tersenyum kala melihat lengan suaminya melingkar di pinggangnya.“Kita ke rumah sakitnya kapan, hm?” tanya Ario yang masih memeluk erat tubuh istrinya.“Sore ini bisa, besok pagi juga bisa. Terserah Mas bisanya kapan.
Lasmini dan Ario menoleh ke belakang ke arah sumber suara. Senyum mengembang dari bibir mereka kala melihat seseorang yang memanggil Lasmini.“Ibu!” ucap Lasmini yang langsung mendekat ke arah Aisyah. “Ibu sedang apa di rumah sakit ini?”“Ibu baru saja menjenguk teman yang dirawat di sini,” jawab Aisyah kalem.“Sendiri?” tanya Lasmini memastikan. Dia melihat di sekitar tidak ada orang yang bersama dengan Aisyah.“Tentu tidak, Mini. Suami Ibu mana mengijinkan Ibu pergi sendiri. Dia pasti ikut kemana saja Ibu pergi. Dia sekarang sedang ada di toilet.” Aisyah terkekeh saat menjawab pertanyaan anaknya.Ario dan Lasmini juga tertawa menanggapi ucapan Aisyah.“Kamu sendiri, sedang apa di sini?” tanya Aisyah menatap anaknya lekat.“Bunda akan punya cucu lagi,” jawab Ario mewakili istrinya.“Wah, Ibu senang sekali. Sebentar lagi cucu Ibu bertambah
Ario berjalan cepat ke ruang rawat di ruang UGD. Dia mendapat kabar dari mertuanya kalau Lasmini mengalami perdarahan karena terpeleset di taman belakang rumahnya.Ario segera menghampiri istrinya yang terbaring lemah di ranjang perawatan."Istirahat saja jangan banyak bicara dulu, hm." Ario mengecup kening istrinya dengan lembut."Apa...apa anakku baik-baik saja, Mas?" tanya Lasmini sendu."Anak kita baik-baik saja. Tadi dokter mengatakan kalau beliau sudah menyuntikkan vitamin dan penguat supaya janinnya lebih kuat lagi. Dan dokter juga mengatakan kalau kamu bedrest di rumah sakit selama lima hari dan sisanya istirahat total di rumah," ucap Ario.Lasmini menganggukkan kepalanya dan menatap Ario dengan tatapan sendu. Ario menautkan kedua alisnya saat tatapannya bertemu dengan tatapan istrinya."Ada apa, sayang? kamu seperti sedang memikirkan sesuatu. C
Sudah lima hari Lasmini bedrest di rumah sakit akibat perdarahan yang dialaminya. Kini saatnya dia kembali pulang ke rumah setelah dokter memeriksa kondisinya. Dengan senyum yang merekah, Lasmini merapikan pakaiannya dan menunggu suaminya yang akan datang menjemput pulang ke rumah.Ario tersenyum sumringah melihat istrinya yang sudah siap dan tampak segar saat dia tiba di kamar rawat Lasmini. Dia mencium bibir ranum Lasmini yang semakin menggoda saat wanita cantik pujaan hatinya itu tersenyum menyambut kedatangannya.“Sudah siap?” tanya Ario sambil mengarahkan lengan kanannya untuk dirangkul istrinya.“Sudah dong, Mas, aku sudah siap dari tadi. Tinggal tunggu Mas Ario datang untuk menjemputku,” sahut Lasmini dengan senyum manis yang membuat Ario tidak tahan untuk tidak mencium kembali bibir ranum nan indah itu.Ario meletakkan kembali tas pakaian milik Lasmini di atas meja. La
Lasmini terbangun setelah dia merasakan ada benda lunak yang saat ini menyentuh bibirnya. Dan dia tersenyum saat melihat pemilik benda lunak itu yang kini sedang berada sangat dekat dengan wajahnya.“Selamat pagi! nyenyak sekali sepertinya Ibu hamil yang satu ini,” sapa Ario. Dia tersenyum sumringah melihat istrinya yang tetap cantik saat bangun dari tidurnya.“Nyenyak dong, Mas. Kan ada kamu yang selalu ada di sisiku untuk menjagaku,” jawab Lasmini. Dia terkekeh mendengar ucapannya sendiri yang baru saja dia lontarkan.“Iya, sayang. Aku akan selalu ada di sisi kalian. Dan aku senang kalau kalian merasa nyaman. Kalau kamu merasa nyaman dan tenang, maka anak kita dapat tumbuh dengan sehat karena ibunya juga sehat. Kalau ibunya sehat, maka bisa menghasilkan ASI yang banyak buat si dedek,” ucap Ario. Dia berkata sambil mengelus serta mencium perut istrinya yang masih rata.&n
Lasmini menatap tulisan itu dengan tatapan nanar. Dia tidak menyangka kalau suaminya begitu romantis. Dia memberikan hadiah yang indah dan dilengkapi dengan secarik kertas yang berisi kata-kata romantis di dalamnya. Ario menyebut kalau Lasmini adalah belahan jiwanya dan merupakan anugerah terindah yang Tuhan berikan untuknya. Lasmini kemudian melipat kembali kertas itu dan menyimpannya di dalam kotak perhiasan itu. Dia lalu menyimpan kotak perhiasan itu di dalam lemari. Setelah itu Lasmini melakukan panggilan telepon kepada suaminya. Tak lama panggilan teleponnya segera diangkat oleh Ario. “Halo, sayang,” sapa Ario di seberang sana. “Halo, Mas, terima kasih hadiahnya. Tapi, aku sedang tidak berulang tahun. Kok, Mas kasih aku hadiah sih?” tanya Lasmini polos. Lasmini mendegar Suaminya tertawa di seberang sana. Lalu terdengar suara Ario di telepon.